Tampilkan postingan dengan label Ibu Profesional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ibu Profesional. Tampilkan semua postingan

Minggu, 11 Maret 2018

Pohon Literasi (8) (Aku Senang Berbagi)


U yeah, ternyata kalau sudah loncat 1 tantangan saja bikin kurang semangat garap tantangan berikutnya ๐Ÿ™ˆ.



Buku yang dibaca anak-anak saya masih sekitar buku milik pribadi meski kemarin lusa sempat membaca 4 buku tulisan mbak D.K Wardhani di rumah beliau saat ada acara ngariung bareng Rumbel Menulis. Menyimak penuturan beliau tentang proses kreatif menulis buku anak membuat banyak bermunculan lampu di kepala saya, masyaallah. Meski hanya 10 halaman board book, namun prosesnya panjang, dan kalimat-kalimat yang disusun pendek-pendek itu tetap harus ada konfliknya.



Namun kali ini saya mau membahas salah satu buku milik pribadi (karena gak sempat memfoto buku yang dibaca si kembar saat di rumah mbak DK). Buku kali ini berjudul  Aku Senang Berbagi, salah satu board book yang menjadi favorit anak-anak saya. Di belakang buku ada keterangan bahwa buku ini diperuntukkan untuk anak berumur 1+, tapi nyatanya ketika saya bacakan untuk si kembar Jundi yang berumur 5+ juga suka ikut menyimaknya. Dan setelah saya amati, memang benar seperti kata bu DK, buku ini hanya terdiri dari 20 halaman saja, 10 halaman berisi tulisan dan 10 halaman adalah gambar (selang-seling). Namun dari 10 kalimat pendek tersebut sudah ada konflik ringan yang tersaji untuk anak-anak.

#HariKeDelapan

#GameLevel5

#Tantangan10Hari

#KuliahBunsayIIP

#ForThingsToChangeIMustChangeFirst

Jumat, 09 Maret 2018

Pohon Literasi (7) (Ups! Aku Mau Menggosok Gigi)



Alhamdulillah mulai banyak daun-daun baru bermunculan di pohon literasi keluarga kami. Anak-anak gak berkutat di buku yang sama lagi, mereka mulai mengambil buku-buku yang lain lagi. Yang penting dari awal saya sudah menyediakan banyak buku agar mereka terbiasa dengan buku. Dan saya pun harus menjadi contoh terlihat anak ketika baca buku, karena hal ini cukup efektif, walau akhirnya saya gak jadi baca ๐Ÿ˜‘ (karena harus bacakan).



Kemarin lusa (absen 2 hari gak setor ๐Ÿ™ˆ) anak-anak tiba-tiba meminta dibacakan buku gosok gigi, buku lama yang kami belikan untuk Jundi sebelum ada si kembar. Bukunya pun sudah jelek rupa karena sampul depan sudah copot. Namun buku ini adalah salah satu buku yang menarik dan bagus buat anak-anak terutama untuk mengajarkan kepada mereka tentang pentingnya gosok gigi. Pada tahapan seperti anak-anak saya yang rentang konsentrasinya masih rendah memang yang paling cocok buku-buku seperti ini, satu halaman dengan satu gambar besar dan satu kalimat cerita. Buku-buku seperti mute dengan kalimat yang panjang di tiap halaman biasanya mengakibatkan belum selesai saya baca tapi mereka sudah minta ganti halaman, atau biasanya Jundi akan protes,'kok lama sih bunda bacanya?' ๐Ÿ˜…๐Ÿ˜…๐Ÿ˜….



Kalau dari cemilan di kelas yang saya dapat kemarin, minimal 10 menit per hari selama 360 hari kita membacakan secara keras, maka anak akan bisa membaca sendiri dengan sendirinya.

#HariKeTujuh

#GameLevel5

#Tantangan10Hari

#KuliahBunsayIIP

#ForThingsToChangeIMustChangeFirst

Selasa, 06 Maret 2018

Pohon Literasi (6) (DKM 25 Nabi)



Belum ada yang berubah dari pohon literasi keluarga kami. Pun membuat pohon literasi yang baru belum bisa terlaksana.

Hari ini saya ingin membahas salah satu buku favorit anak-anak yang sering mereka minta untuk saya membacakannya, Dahsyatnya Kisah & Mukjizat 25 Nabi. Sedari pagi tadi sebelum Jundi berangkat sekolah, 3 anak sudah meminta saya membacakan buku ini. Pagi tadi Jundi meminta saya membacakan cerita Nabi Isa a.s, dia nampak antusias mendengar cerita bayi yang bisa bicara. Diapun mengira bayi tersebut sama dengan bayi yang ada di kisah asbahul ukhdud, karena sebelumnya dia memang jarang tahu tentang kisah Nabi Isa a.s. Alhamdulillah Jundi mulai bisa mengingat satu per satu kisah dalam al-qur'an yang kami ajarkan.



Buku ini menurut saya adalah buku yang cukup baik untuk menjadi pegangan bercerita tentang 25 nabi kepada anak-anak. Sebelumnya saya belum menemukan 1 buku yang langsung memuat 25 kisah, yang sering saya tahu justru dalam bentuk buku-buku set mahal yang berjilid-jilid. Berkaca dari salah satu buku set mahal yang pernah saya beli justru bikin anak-anak gak selesai-selesai tau ceritanya secara bulat dan runut. Apapun itu, membaca harus saya biasakan sejak dini kepada mereka agar mereka terbiasa membudayakannya kelak ketika remaja dan dewasa.

#HariKeEnam

#GameLevel5

#Tantangan10Hari

#KuliahBunsayIIP

#ForThingsToChangeIMustChangeFirst

Senin, 05 Maret 2018

Pohon Literasi (5) (HOP!)



Hari ini tidak ada pertambahan di pohon literasi keluarga kami, karena yang dibaca masih buku yang sama. Alhamdulillah saya sudah menyelesaikan novel Janji Pelangi, semoga bisa nulis resensinya. Dan si kembar dan Jundi hari-hari terakhir masih suka minta dibacakan buku-buku Rabbithole dan DKM 25 Nabi.

Hari ini saya ingin membahas salah satu buku Rabbithole yang kami punya yaitu HOP! Buku ini bercerita singkat mengenai metamorfosis makhluk hidup. Dari telur ikan menjadi ikan, ulat menjadi kepompong lalu kupu-kupu, dan yang terpenting bahwa manusia semua dilahirkan dari kecil menjadi besar.



Buku-buku anak Rabbithole rata-rata adalah buku yang cocok untuk usia bayi dan balita. Untuk HOP! adalah salah satu boardbook dengan fitur geser. Karena ada fitur geser maka buku ini masuk dalam jenis interactive book yang mana cocok untuk 12 bulan ke atas.

Semoga kebiasaan membaca yang saya tanamkan sejak kecil terbawa hingga mereka dewasa kelak.

#HariKeLima

#GameLevel5

#Tantangan10Hari

#KuliahBunsayIIP

#ForThingsToChangeIMustChangeFirst

Minggu, 04 Maret 2018

Pohon Literasi (4) (Mukaddimah)



Yeay ayah akhirnya pecah tunas juga kemarin. Sebetulnya suami saya termasuk suka membaca, namun karena dia adalah internet marketer, maka yang banyak dia baca adalah artikel online. Kalau baca buku dia juga suka tapi akhir-akhir ini jarang. Walau begitu sebetulnya tiap hari dia juga membaca al-qur'an dan juga membacakan buku anak-anak bergantian dengan saya. Namun jika saya dan suami membacakan anak-anak,buku tsb tidak turut saya cantumkan di ranting kami.



Lalu apakah buku yang dibaca suami? Buku tersebut adalah buku yang tebalnya i wow sekali karya ulama terdahulu Ibnu Khaldun, Mukaddimah. Meski buku karya ulama muslim, namun buku ini justru direkomendasikan wajib dibaca oleh om Mark pendiri facebook yang notabene adalah non muslim.



Isinya apa? Saya sendiri belum membaca, namun dari yang sekilas saya baca buku ini membahas tentang kehidupan sosial masyarakat. Semoga berikutnya saya mampu membacanya.


#HariKeEmpat

#GameLevel5

#Tantangan10Hari

#KuliahBunsayIIP

#ForThingsToChangeIMustChangeFirst

Sabtu, 03 Maret 2018

Pohon Literasi (3) (Al-qur'an Pertamaku)



Alhamdulillah di tiap ranting terus bertambah daun baru. Bismillah semoga bisa memperbaiki rupa pohon lebih baik.



Hari ketiga saya akan mengulas tentang salah satu paket buku favorit anak-anak saya yaitu Al-qur'an Pertamaku. Buku ini sangat cocok untuk balita karena termasuk boardbook dan banyak gambar-gambar menarik di dalamnya. Meski tidak saya bacakan, anak-anak biasanya sekedar membuka sambil menunjuk-nunjuk bertanya kepada saya, 'ini gambar apa?' atau akan menunjuk sendiri sambil menyebutkan nama warna yang dia tunjuk.

Karena membaca itu memang ada tahapannya, dari mulai tahap fantasi dimana anak mulai kenal buku hingga tahap membaca lancar di tahap kelima paling akhir. Dan saya pikir ketiga anak saya masih dalam tahap 3 yaitu tahap membaca gambar, karena mereka belum bisa baca. Meskipun setelah saya amati mas Jundi sudah mulai masuk tahap 4 yaitu tahap pengenalan bacaan, karena dia sudah kenal huruf meskipun belum bisa membaca lancar.

#HariKeTiga

#GameLevel5

#Tantangan10Hari

#KuliahBunsayIIP

#ForThingsToChangeIMustChangeFirst

Jumat, 02 Maret 2018

Pohon Literasi (2) (Muhammad Teladanku)


Hari ini akhirnya saya dan suami memutuskan melepas pohon literasi yang kemarin sudah saya buat di kertas manila putih dan saya tempel di tembok dekat rak buku. Bakat kompetisi Jundi membuat penulisan judul buku di tiap ranting menjadi tidak sehat. Jundi memang lagi suka dengan satu buku, Dahsyatnya Kisah & Mukjizat 25 Nabi. Hal ini membuat di rantingnya baru muncul 1 daun, sedang pada ranting Fara sudah muncul 5 daun. Protes, dia langsung meminta saya membacakannya beberapa buku MuTe. Belum selesai satu judul dia minta ganti buku lagi hanya demi rantingnya lekas rimbun.



Akhirnya saya membuat pohon sederhana di buku catatan saya, meski suami juga berjanji mau membuatkan saya melalui sebuah aplikasi di laptopnya.

Dan hari ini saya ingin mengulas sedikit tentang buku MuTe a.k.a Muhammad Teladanku. Buku ini terdiri dari 16 jilid utama dan beberapa buku pelengkap sekitar 8 buah. Saya membelinya sekitar 3 tahunan lalu melalui sistem arisan. Sempat ragu saat akan ikut arisan buku ini mengingat harganya yang cukup wow (bagi saya) untuk sepaket buku anak. Saat itu saya yakin beli karena rekomendasi dari seorang ustadzah.



Dan ternyata setelah 3 tahunan, saya masih belum sukses membacakan semua isinya, karena anak-anak saya suka memilih buku yang mau dibacakan. Seperti kemarin,beberapa jilid yang mereka minta dibacakan adalah 5, 12,16, itu pun lompat-lompat. Biasanya mereka suka melihat dari warna buku sampul dan gambar yang ada di dalamnya.

#HariKeDua

#GameLevel5

#Tantangan10Hari

#KuliahBunsayIIP

#ForThingsToChangeIMustChangeFirst

Kamis, 01 Maret 2018

Pohon Literasi (1) Janji Pelangi

Di hari pertama ini saya akan mengulas bacaan kami sekeluarga kemarin. Kemarin ketiga anak saya sedang suka dibacakan lagi Dahsyatnya Kisah & Mu'jizat 25 Nabi, belum semua sukses terbacakan, karena anak-anak saya selalu minta lompat-lompat halaman yang ingin dibacakan, jadi saya turuti saja. Sedang saya sendiri kemarin masih membaca novel karya teman FLP Malang yang judulnya Janji Pelangi.



Dan kali ini saya ingin membahas sedikit tentang novel Janji Pelangi. Novel ini adalah karya seorang dosen sejarah di UM bernama Fahrul Khakim. Yang menarik perhatian saya di novel ini adalah cerita tentang Terry yang menderita agorafobia. Agorafobia adalah salah satu jenis fobia dimana penderitanya tidak bisa keluar rumah. Trauma keras yang dialami Terry mengenai keluarganya membuat dia tidak berani sama sekali keluar rumah bahkan hingga 2 tahun.

Saya sendiri belum menyelesaikan ceritanya, jadi belum bisa mengulas lebih lanjut. Semoga bisa saya ulas ketika saya sudah menyelesaikannya.


Gambar pohon literasi keluarga kami pun sangat sederhana,semoga besok bisa mulai banyak daun baru bermunculan.

#HariKeSatu

#GameLevel5

#Tantangan10Hari

#KuliahBunsayIIP

#ForThingsToChangeIMustChangeFirst

Sabtu, 10 Februari 2018

Gaya Belajar Anak (10) (Menggambar di atas udara)


Sering saya mengamati Jundi ketika menceritakan sesuatu dia menggambarkan apa yang dia ceritakan di atas udara. Sambil bercerita dia menjelaskan pada saya ataupun ayahnya tentang benda yang dia ceritakan, "Ini gini lo bunda, bentuknya begini,begini, begini" begitulah dia sering bercerita sambil menggerakan tangannya membentuk apa yang dia maksud.

Dari sini nampak Jundi dengan gaya belajar kinestetiknya. Namun, di hari kesepuluh ini dari hasil observasi saya, saya menyimpulkan bahwa Jundi memiliki gaya belajar kombinasi dari ketiga gaya belajar, kinestetik, audio, dan visual. Ada kalanya dia belajar dengan gaya kinestetik, namun ada kalanya pula dia dengan cepat belajar dengan jalan audio dan visual.

#harike10
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP

Jumat, 09 Februari 2018

Gaya Belajar Anak (9) (Puzzle dan menyusun lego)



Masih seputar gaya belajar ruang yang saya bahas di hari ke 8 kemarin. Saya mengamati Jundi suka menyusun puzzle ataupun lego. Menyusun sesuatu dari imajinasinya sendiri dari lego adalah salah satu kesukaan dia.

Sepertinya gaya belajar ini mesti saya eksplore lagi dan lagi dari Jundi.

#harike9
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP

Kamis, 08 Februari 2018

Gaya Belajar Anak (8) (Gaya Belajar Ruang)



Setelah mendapat cemilan kemarin, bahwa ternyata teori macam-macam gaya belajar itu ada beberapa macam, dan yang menarik perhatian saya adalah 7 tipe gaya belajar yang dipaparkan dalam materi Diklat PAUD yang diselenggarakan oleh HIMPAUDI Kab. Bantul tahun 2009. Salah satu dari 7 gaya belajar tersebut adalah gaya belajar ruang yang menurut pengamatan saya paling sesuai untuk menggambarkan Jundi.

Gaya belajar ini berpikir melalui gambar-gambar, menyukai merancang, menggambar, memvisualisasikan, dsb, serta membutuhkan seni, logo, video, film, slide, permainan imaginasi, maze, puzzle, buku-buku ilustrasi, kunjungan ke museum. Dari ciri ini muncul kecocokan dengan Jundi.

Beberapa waktu lalu Jundi saya ajak menonton video kisah Nabi Yusuf a.s, dia nampak antusias hingga pada sesi berikutnya dia minta melihatnya lagi. Ternyata dengan melihat video membuat dia mengingat dengan baik kisah tersebut. Baru sekali dia menonton, esoknya saat membaca buku seri Al-qur'an pertamaku dia nampak antusias sekali saat melihat gambar di buku tersebut yang menunjukkan gambar Nabi Yusuf saat bermimpi 11 bintang bersujud kepadanya. Ah, ternyata kisah tersebut begitu membekas dalam dirinya.



#harike8
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP

Rabu, 07 Februari 2018

Gaya Belajar Anak (7) (Mendengarkan Sholawat)



Kemarin karena Fasya sakit, Jundi pulang sekolah langsung diajak ke rumah eyangnya, jadilah bisa dibilang saya ketemu dia cuma pagi aja sampai dia berangkat sekolah. Sayapun akhirnya bertanya tentang aktivitas Jundi di sana bersama etehnya (tante).

Salah satu aktivitas yang menarik adalah saat dia diajak mendengar sholawat nabi. Ternyata pertanyaan yang muncul adalah 'bahasa indonesianya kalau sholawat bagaimana?'

Gaya belajar audionya muncul, dari mendengar dia lalu berpikir. Jundi, meski dominan kinestetik namun gaya belajar yang lain juga ada dalam dirinya.

#harike7
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP

Selasa, 06 Februari 2018

Gaya Belajar Anak (6) (Bermain bayang-bayang)



Meski tidak 100% dominan, saya semakin meyakini gaya belajar Jundi dominan di kinestetik. Ini sih dari pengamatan saya 5 hari kemarin. Kalau hari ini, hasil pengamatan saya juga tetap kinestetik ๐Ÿ˜….

Sejak sore listrik mati-hidup hingga 3 kali, sampai hari gelap listrik masih mati, jadilah jadwal HE ba'da isya menonton video edukasi beralih ke mainan bayang-bayang dengan tangan dengan memanfaatkan cahaya lilin. Jundi ternyata memiliki imajinasi yang saya sendiri belum bisa sepenuhnya menangkap. Dengan lincah dia gerak-gerakan tangan di depan tembok yang terkena cahaya lilin, "Ini burung bunda, burungnya lagi terbang, ini buntutnya," saya pun aslinya bingung yang dia maksudkan ๐Ÿ˜…. Lalu bermain buaya-buayaan yang saling memakan, dan tak kalah seru mainan bayangan raksasa dengan Fara. Kemarin kondisi Fasya kurang sehat, jadilah dia nempel ke ayahnya terus, hanya sesekali mau dengan saya (Fasya nempel ayah Fara nempel bunda ๐Ÿ˜). Jadilah saya fokus handle 2 anak dan ayah handle yang sakit, bagi tugas ๐Ÿ˜Š.

Jadi, belajarnya anak kinestetik ini yang gayanya paling unik. Ibunya harus punya banyak stok sabar dan berusaha memahami, dia tak sekedar terus bergerak, tapi dari bergerak itu dia sedang belajar.


#harike6
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP

Senin, 05 Februari 2018

Gaya Belajar Anak (5) (Membaca simbol)



Beberapa waktu terakhir ini saya mengamati Jundi sedang suka menerjemahkan simbol-simbol yang dia lihat di alat-alat dengan asumsi dia sendiri. Terkadang saya dan suami menangkap dia menerjemahkan suatu simbol di luar dugaan kami.

Hal ini bermula saat perjalanan dari luar kota untuk mengalihkan kebosanannya saya mengajak dia membaca arti simbol pada rambu-rambu lalu lintas sepanjang jalan. Dan alhamdulillah ternyata efektif membuat dia antusias dan mengalihkan kebosanannya di mobil tanpa aktivitas fisik.

Untuk gaya belajar Jundi, saya amati memang kinestetik yang mendominasi, namun audio dan visual juga bisa menjadi gaya belajarnya. Hasil kuisioner memang Jundi bisa dibilang hampir seimbang di ketiganya.

Untuk pembacaan simbol ini saya pikir masuk di dalam ranah gaya belajar visual, namun ternyata tetap, dia menjelaskan sambil menggerakkan tangannya untuk menjelaskan gambar, kalau ini termasuk ciri kinestetik ๐Ÿ˜….



Pernah suatu saat dia memiliki mainan. Di saat dia ingin main, ternyata adiknya ingin meminjam. Dan saya tidak menduga jawaban Jundi, "Loh, adik gak boleh main ini, ini lo ada gambarnya, anak kecil gak boleh ikut main, lho ini lo bunda ada gambarnya anak bayi dicoret, brati kan adik gak boleh?" dia menjelaskan simbol sambil menggerakan tangannya. Ibunya kudu panjang akal ๐Ÿ˜….

#harike5
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP

Minggu, 04 Februari 2018

Gaya Belajar Anak (4) (Melipat dan Membeli Buku)



Kegiatan edukasi kami kemarin adalah membeli lalu bermain kertas lipat dan membeli buku baru di IBF lalu membaca dan mengerjakan aktivitas yang ada di buku. Dari pagi kami berempat sudah berada di rumah eyang Jundi karena sang ayah mau ke Pasuruan, dan lagi weekend memang jadwal main ke rumah eyangnya.

Sedikit berbeda dengan observasi sebelumnya yang saat membuat sesuatu Jundi langsung membuat sendiri (kinestetik), saat bermain kertas lipat dia justru menyuruh saya membaca dulu tutorial yang ada di plastik, tapi saya juga sih yang mengerjakan, bukan dia. Kalau ibunya mah emang dominan visual ๐Ÿ˜‚.



Saat membuka buku baru 25 nabi dia terlihat antusias membuka-buka halaman penuh gambar, dia lagi antusias sekali dengan cerita nabi-nabi, terutama Nabi Daud a.s. Tapi belum baca, dia lebih tertarik mengerjakan aktivitas terlebih dahulu. Menggunting dan menempel stiker membentuk puzzle Nabi Nuh bersama kaumnya saat membuat kapal. Lalu saat saya mulai membacakan kisah dengan narasi panjang, lagi-lagi dia meminta dibalik sebelum selesai halaman yang saya baca. Ah ini mah brati jelas bukan visual, walau saya tetep berharap saat besar dia suka baca ๐Ÿ˜….

Saya sebenarnya juga masih penasaran mengobservasi lirikan mata Jundi ketika berpikir, ke atas, samping, atau bawah? Karena menurut teori hal ini bisa untuk mengamati gaya belajar. Coba saya kasih tebakan dia hitung-hitungan, dan hasilnya, dia memang lebih mengarah ke kinestetik, setelah soal dia langsung menunduk dan menghitung dengan tangannya.

Semoga ada petunjuk lagi di observasi selanjutnya, karena di hasil tes, meski kinestetik dominan, namun audio dan visual tidak berjarak banyak skornya.

#harike4
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP

Sabtu, 03 Februari 2018

Gaya Belajar Anak (3) (Bebikinan)



Kali ini yang ingin saya amati adalah bab bebikinan, karena saya membaca di buku Bunda Sayang, salah satu cara mengamati gaya belajar anak adalah dengan cara mengamati saat dia membikin atau menyusun sesuatu. Jika dia suka membaca petunjuk dulu brati dia dominan visual, jika meminta dijelaskan dulu berarti dominan auditory, sedang kinestetik biasanya langsung mengerjakan tanpa tau instruksi, mengerjakan dengan intuisinya sendiri.

Sebelum-sebelumnya dia memang suka utak-atik sendiri mainannya, bahkan lego kecil-kecil yang kalau saya yang buat saya harus baca dulu petunjuknya (visual banget). Tanpa melihat petunjuk atau meminta dijelaskan Jundi bisa mengerjakannya, biasanya hanya melihat hasil akhirnya. Terkadang dia berkreasi sendiri dengan imajinasinya.

Meski tidak selalu menunjukkan ciri gaya belajar kinestetik,tapi bisa saya bilang gaya belajar Jundi yang menonjol adalah kinestetik. Untuk audio dan visual juga terkadang nampak, tapi jarang.



Kemarin dia membuatkan mainan kardus adiknya, tanpa minta saran saya dia sendiri yang membikin mobil-mobilan untuk adiknya dan model bagasi di belakang tempat duduk. Ide yang sangat simpel,namun menurut saya disini makin kelihatan kinestetiknya.


Sorenya saya mengajak membuat kue bersama dari remah biskuit yang diberi skm coklat agar bisa menjadi bola-bola coklat. Insting tangannya langsung membuat bulatan-bulatan, padahal saya belum ngajari. Tapi begitulah, kue sudah tinggal separo saat jadi bulatan-bulatan, karena dicemil bareng ๐Ÿ˜‚.




Hari ini semoga ada pengamatan baru yang menimbulkan aha di kepala saya.

#harike3
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP

Jumat, 02 Februari 2018

Gaya Belajar Anak (2) (Menonton Video Edukasi)



Salah satu jadwal rutin Home Education di keluarga kami adalah menonton video edukasi bersama setelah sholat isya'. Di keluarga kami memang tidak ada tv, jadi saat ingin melihat video, kami memutarnya lewat laptop atau ponsel.

Beberapa hari terakhir Jundi meminta melihat ulang video Nabi Daud a.s ketika melawan Jalut. Daud yang saat itu masih kecil dan belum diangkat menjadi Nabi mampu mengalahkan Jalut yang bertubuh besar seperti raksasa. Dengan ijin Allah Daud mengalahkannya dengan sebuah senjata ketapel.

Jundi terlihat antusias dengan cerita ini, beberapa kali dia meminta dicarikan video lanjutan ketika Daud dewasa, menjadi raja dengan beberapa mukjizatnya. Saya dan suami pun bercerita, "Nabi Daud itu memiliki suara yang merdu sekali, lalu Nabi Daud bisa melunakkan besi hanya dengan menyentuhnya." Dia semakin penasaran, sayang kami belum memiliki buku tentang 25 nabi untuk anak-anak (punyanya versi dewasa ๐Ÿ˜…).

Saya pun kemarin mengamati, saat melihat video, kaki Jundi tetap bergerak-gerak. Meski sedang belajar dengan media audiovisual tubuhnya tetap bergerak, tanda Jundi gaya belajarnya memang dominan kinestetik. Walau ketika saya mengamati gaya bicaranya yang cepat dan keras (ciri gaya belajar visual), saya melihat ketika dia berbicara untuk menceritakan kembali apa yang dia lihat dia selalu menggerakkan tangannya untuk menjelaskan apa yang dia maksud, dan tentu saja ini adalah ciri kinestetik.

#harike2
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP

Kamis, 01 Februari 2018

Gaya Belajar Anak (1) (Belajar Mengaji)



Bismillah, mulai hari ini saya akan mengerjakan tantangan kelas BunSay level 4 tentang mengamati gaya belajar anak. Tantangan kali ini saya akan memilih Jundi lagi sebagai partner tantangan saya. Fasya bagiannya next tantangan aja ya, insyaallah.

Pada dasarnya gaya belajar sendiri ada 3 macam : kinestetik, auditory, dan visual. Kinestetik cara belajar dengan melibatkan gerak, auditory suara, dan visual penglihatan. Sebelumnya, Jundi sudah pernah diobservasi dengan saya mengisi kuesioner, ternyata skor Jundi 28 kinestetik, 26 auditory, dan 25 visual.

Benar saja, saat sesi belajar mengaji kemarin saya amati sambil membaca Jundi selalu sambil menggerakan anggota tubuhnya, entah itu menggerakan tangan, kaki, berpindah duduk, dan banyak hal lain. Astaghfirullah, saya jadi mulai merasa bersalah karena selama ini sering menegur Jundi saat dia tidak bisa diam saat belajar, Bunda masih fakir ilmu nak, maaf ya.

Dan, satu hal lagi 'aha' yang muncul di otak saya, ternyata gaya belajar visual memang kurang begitu menarik baginya, pantesan saya beli flashcard malah gak laku. Walau kadang ada juga gaya belajar dia yang melibatkan visual, meski hal tersebut tidak dominan.

#harike1
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP

Jumat, 19 Januari 2018

Melatih Kecerdasan (15) (Menonton Kisah Nabi dan Belajar Warna)



Bicara tentang layar datar, saya sepakat anak-anak sebaiknya tidak terlalu sering berinteraksi dengannya. Walau saya juga meyakini ada sisi positif dari layar datar ini, apalagi untuk anak dengan gaya belajar audio-visual.

Anak-anak saya juga bukan anak yang steril dari gagdet, ada jam tertentu mereka boleh melihat video atau bermain dengan gadget, yang tentunya dengan kandang waktu yang kami sepakati.

Salah satu cara saya memanfaatkan gagdet agar tidak sia-sia bagi anak adalah dengan cara menonton bersama video kisah nabi. Semalam kami memutar kisah Nabi Musa a.s dan Nabi Harun a.s. Dan tentu saja di kegiatan ini Jundi yang paling antusias banyak bertanya tentang kisah Nabi Musa a.s. Namun karena di level ini saya sudah memilih Fara sebagai partner, maka saya akan membahas Fara.

Fara juga terlihat antusias meski beberapa kali dia tidak fokus, namun saya yakin kisah ini setidaknya bisa masuk ke alam bawah sadarnya yang semoga akan ia ingat hingga ia dewasa kelak.

Beberapa hari terakhir Fara juga sedang suka belajar warna dari buku. Tentunya semua buku anak yang saya belikan full colour dengan banyak gambar ilustrasi di dalamnya, nah Fara (dan juga Fasya) sedang asyik menunjuk tiap gambar dan mencoba menyebutkan warnanya. Penyebutan warna ini, Fara saya ajarkan hanya satu bahasa dulu, yaitu bahasa ibu. Dan saya yakin ketika bahasa ibu sudah lancar maka akan mudah mengajarkan bahasa asing kepadanya.



Alhamdulillah dua aktivitas ini bisa mengasah kecerdasan spiritual, intelektual, dan adversitynya. Karena ini adalah hari terakhir saya di level ini, semoga saya bisa konsisten dan lebih terjadwal dalam membuat aktivitas yang melatih kecerdasan anak. Bismillah.

#tantangan_hari_ke15
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Kamis, 18 Januari 2018

Melatih Kecerdasan (14) (Membuat Donat)



Kegiatan kami kemarin adalah membuat donat bersama. Meski ibunya udah lama banget gak bikin. Jadi resepnya nanya ke salah satu walmur temen Jundi sekolah dulu.

Kegiatan ini terinspirasi dari playdough yang tempo hari didapat dari kegiatan di sekolah Jundi. Gara-gara playdough itu saya jadi ingat dulu sebelum ada si kembar saya pernah bikin donat bareng Jundi, dan kegiatan itu sudah seperti main playdough. Bedanya kalau donat bukan lagi roleplay, tapi memang beneran membuat 'sesuatu'.



Kali ini saya mencoba modifikasi dengan mengganti susu dengan yang rasa coklat. Sebelum memulai saya ucapkan bismillah keras, agar anak-anak terbiasa. Pencampuran adonan saya kerjakan sendiri sambil sesekali dibantu Jundi. Fasya beberapa kali tak sabar ingin ikut meremas. Akhirnya setelah kalis dan mengembang, saya ajak mereka membentuk bersama. Dan Fara ternyata masih kesulitan (karena adonannya kurang kalis, entah apa yang salah ๐Ÿ™ˆ, mau saya tambah terigu lagi khawatir bantat). Saya bantu mereka membentuk bulatan dan bentuk yang entah.

Setelah selesai semua saya ajak mereka tidur sembari menunggu mengembang lagi. Mau saya goreng sendiri ternyata Fara bangun dan agak rewel, jadilah saya goreng sambil menggendong. Sebagian saya goreng setengah matang agar bisa saya froozen. Alhamdulillah anak-anak suka meski dimakan tanpa toping dan bentuknya gak karuan ๐Ÿ˜….

Yang terpenting dari kegiatan ini adalah anak jadi tahu tahapan membuat kue, selain itu juga melatih motorik halusnya yang penting untuk melatih kecerdasan intelektualnya.

#tantangan_hari_ke14
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa