Rabu, 20 Desember 2023

Aku Angin Engkaulah Samudra: Kisah Pilu di Tanah Rencong

 Identitas Buku

Judul Buku: Aku Angin Engkaulah Samudra 

Pengarang: Tasaro GK

Penerbit: Qanita

Tahun Terbit: 2014

Tebal Halaman: 556 halaman





Alhamdulillah, lagi-lagi aku akhirnya bisa menyelesaikan satu buku lagi yang sudah lama menjadi penghuni rak buku rumah. Masyaallah, lega rasanya. Sebenarnya suami yang membeli buku ini, tapi ketika kemarin kutanya, ternyata dia sendiri belum menuntaskannya. Buku ini dia beli saat kami masih memiliki satu anak, sekitar 2014, sudah tujuh tahun berlalu. Parah banget, ya, baru selesai sekarang, wkwk. Alhamdulillah berkat program Ruang Baca Ibu, satu masalah penumpukan buku menemukan solusinya.


Saat 2014 itu sebenarnya aku sudah mulai membaca buku ini, tapi entah mengapa tidak kulanjutkan. Akhirnya sekarang aku baca dari awal yang alhamdulilah bisa sampai tuntas.


Buku ini sebelumnya sudah pernah diterbitkan dengan judul Di Serambi Makkah. Selain itu, di sampul dalam buku dituliskan bahwa novel ini ditulis berdasarkan kisah nyata. Kisah dimulai dengan persahabatan tokoh Samudro dan Maruto. Dalam novel ini Maruto berperan sebagai aku yang mengisahkan cerita ini. Maruto yang bermakna angin, dan Samudro yang bermakna samudra.


Kisah persahabatan Maruto dan Samu berlangsung saat mereka masih SD di sebuah desa di Gunung Kidul, Jogja. Lalu mereka pun terpisah karena Maru harus ikut orang tuanya pindah ke kota. Kisah pun beralih ke masa SMP, SMA, kuliah, hingga saat Maru telah bekerja sebagai seorang wartawan.


Sejujurnya penokohan Maru ini mirip sekali dengan penulis, yang masa kecilnya juga di Gunung Kidul, serta menjadi wartawan di Bogor saat pertama bekerja. Namun, bisa jadi ini kisah orang lain yang ditokohkan sedikit berbeda dari kenyataannya karena setahu saya based on true story tidak 100% sama dengan kisah aslinya, ada penyesuaian-penyesuaian saat ditulis menjadi novel.


Inti kisah pun dimulai saat tiba-tiba Samu, teman masa kecil Maru menghubungi. Samu yang saat kecil bercita-cita menjadi tentara ternyata benar-benar menjadi tentara yang ditugaskan di Aceh, sebuah daerah yang masih berkonflik karena ada GAM (Gerakan Aceh Merdeka). Di sinilah konflik bermula, tentang cerita Samu saat menjadi tentara di Aceh dan cerita Maru yang ingin menulis tentang konflik GAM tersebut.


Konflik antara GAM dengan pemerintah Indonesia memang sudah berlangsung sejak lama. Konflik yang begitu menegangkan untuk disimak kisahnya. Hingga rakyatlah yang menjadi korban, terjepit di antara dua kubu. Kisah ini pun ditutup dengan adanya tragedi tsunami di Aceh 2004.


Dari sekian banyak buku Tasaro yang sudah kubaca, novel ini agak unik karena banyak terdapat kesalahan sudut pandang. Misal di awal paragraf bicara tentang aktivitas aku, tapi tiba-tiba kalimat selanjutnya menggunakan kata ganti 'nya'. Hal ini pun saya baca juga dikritik di Goodreads dan pengulas katanya tidak melanjutkan membaca dan langsung memberi bintang satu.


Hal ini sebenarnya cukup mengganggu, meski sebagai pembaca aku cukup paham apa yang dimaksudkan. Aku menduga penulis melakukan perubahan sudut pandang dari orang ketiga menjadi orang pertama. Editor pun tidak cukup teliti untuk menelusuri penggantian ini.


Di luar hal itu, novel ini menjadi tambahan pengetahuan bagiku tentang konflik GAM di Aceh. Aku pun penasaran apakah sekarang masih berkonflik, ternyata menurut mesin pencarian konflik sudah selesai dengan perjanjian damai di Helsinki pada 2014, saat pemerintahan Pak SBY.


Minggu, 27 Agustus 2023

Mencintai Tanpa Henti: Nasihat Indah untuk Pernikahan

Identitas Buku

Judul Buku: Mencintai Tanpa Henti

Penulis: Cahyadi Takariawan

Jenis Buku: buku digital

Tebal buku: 37 halaman

Penerbit: Intera dan Smart Media Prima

Tahun Terbit: 2020





Entah ada angin apa tiba-tiba ingin membaca buku yang mengingatkan romantisme awal pernikahan dulu. Sebenarnya banyak buku-buku pernikahan di rumah yang belum selesai terbaca, tapi entahlah tiba-tiba ingin membaca yang singkat tapi mengena, hingga sampailah bertemu buku ini di iPusnas. 


Buku ini bisa dibilang sangat tipis, kurang dari 50 halaman. Begitu pula per halaman tulisan dibuat cukup besar jika dibandingkan buku pada umumnya. Jadilah sekitar tiga harian saya selesai membaca buku ini. Cukup lama sih, tapi bagi saya pribadi ya meski begitu butuh usaha juga agar bisa baca setiap harinya.


Buku yang hanya diterbitkan versi digitalnya saja ini memiliki lima bab: Mencintai Tanpa Henti, Persahabatan Abadi Suami Istri, Ekspresikan Cinta pada Istri, Dari Romantic Love menuju Real Love, dan Menjauh dari Istri, Menghilangkan Rezeki. Kelima bab yang saling berkesinambungan ini dinarasikan begitu ringan dan tidak bertele-tele.


Bab pertama berbicara tentang konsep dalam mencintai agar selalu ikhlas, melakukan segala hal untuk pasangan dengan tulus tanpa berharap kembali. Jangan pernah mengharapkan imbalan karena akan berujung kecewa, tapi ketika kita melakukan dengan tulus, pasangan akan bersikap seiring.


Bab dua membahas tentang persahabatan, tidak ada persahabatan sebaik persahabatan suami istri. Jadikan pasangan menjadi sahabat dalam segala hal.


Berikutnya tentang ekspresi cinta suami kepada istri. Banyak istri sering mempertanyakan apakah suaminya masih mencintainya hanya karena suami tidak pernah bilang cinta. Padahal dengan suami tetap mencari nafkah untuk istri adalah salah satu bukti cinta suami. Menurut saya ini mungkin masuk ke bahasa cinta yang berbeda-beda di tiap orang. 


Adalah penting membicarakan hal yang tidak penting antara suami istri. Obrolan suami istri harusnya memang tidak melulu soal rumah tangga dan anak, suami istri perlu obrolan-obrolan tidak penting layaknya sepasang sahabat tempat berbagi segala kisah.


Seiring berjalannya waktu, di buku ini dijelaskan tahapan cinta suami istri, dari romantic love menuju real love. Cinta yang menggebu-gebu pasangan baru dengan lebih banyaknya sentuhan fisik menjadi cinta yang lebih mendalam atau diistilahkan real love. Sebelum mencapai real love ada fase-fase di mana sesama pasangan saling mengetahui buruknya pasangannya, di sinilah biasanya ujian pernikahan.


Bab terakhir adalah sebuah cerita dari seseorang kepada penulis. Sebagai konselor pernikahan, tentu beliau banyak menerima konsultasi pernikahan. Ada seorang suami yang bercerita kepada beliau tentang kehidupan pernikahannya. Ketika si suami menjauh dari istri, ternyata rezeki ikut menjauh. Benarlah quote di beberapa tempat yang seliweran, ketika suami membahagiakan Istri, rezeki akan menjadi lebih lancar. Wallahu 'alam.


Meski ini buku tipis, tapi memberi banyak energi baru dan pencerahan bagi pernikahan. 


Senin, 14 Februari 2022

Pertama Kalinya Dapat ACC Bawa Bayi Keluar Kota Backpacker-an

bundajundi.blogspot.com – Tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa seorang aku akan mendapatkan ACC dari suami membawa bayi keluar kota sendirian. Setelah hampir sebelas tahun menikah, rasanya inilah pertama kalinya suami rida aku keluar kota sendiri tanpa dia.

Aku berangkat untuk mengikuti Musywil FLP Jatim sebagai seorang pengurus yang bersiap demisioner dari amanah. Alhamdulilah aku berangkat dengan Mbak Zie yang suami juga sudah kenal baik bahkan sebelum kami menikah. Mungkin itu juga alasan yang membuat suami bisa mengizinkanku berangkat.

Awalnya aku berencana berangkat bersama rombongan dari Malang yang menyewa mobil. Namun, karena Mbak Zie tidak bisa ikut rombongan tersebut karena masih mengajar, aku menemaninya berangkat via kendaraan umum.

Kalau dibilang nekad, ya, nekad banget. Sampai di tempat acara pun banyak teman pengurus menyatakan salut pada kenekadanku. Aku sendiri merasakan sesuatu pengalaman baru yang cukup memicu adrenalin.

Rasanya sudah lama sekali aku tidak merasakan naik bus keluar kota. Alhamdulilah bayi pun kondusif tidak perlu drama rewel, hanya sekali menangis justru saat sudah sampai di kota tujuan dan naik mobil penjemput.

Dijemput calon Jatim 1

Ya, kusebut begitu karena yang menjemput rombongan kami saat itu adalah calon kuat kandidat ketua FLP Jatim, Ustadz Muchlisin.

Saat dalam perjalanan beliau berkata kepadaku bahwa sebenarnya istrinya pun ingin ikut menjemput tapi tidak jadi. Istri beliau sudah lama menjadi salah satu distributor BOTIA, merk hijab milikku.

Benar saja, setelah agenda acara berlangsung, beliau benar-benar terpilih menjadi ketua FLP Jatim periode 2022-2024. Wah, beruntung sekali merasakan dijemput oleh orang nomor satu di FLP Jatim.

Bayi introvertku bahagia

Alhamdulilah, sebagai anak bontot, bayiku ini bisa kubilang bayi introvert. Jika dengan orang baru dia akan bersikap agak ketakutan dan terus memelukku lebih erat. Namun, karena keintrovertannya itu dia mudah dikondisikan agar tidak terlalu rewel di perjalanan. Dia pun begitu anteng duduk di pangkuanku.

Awalnya dia tidak mau diajak orang lain, tapi alhamdulillah lama-lama dia pun mau diajak Mbak Zie yang juga sekamar denganku (aslinya enggak, tapi minta ganti, hehe). Dalam perjalanan pulang pun dia mau dipangku Mbak Zie, malah aku dicuekin, haha.

Bayiku terlihat bahagia saat di kamar hotel, diajak jalan-jalan ke alun-alun dekat acara, dan juga saat pergi ke pantai. Ya, ini pertama kalinya dia diajak ke pantai.

Bayiku bermain pasir pantai

Sebagai anak pandemi yang lahir tepat sebulan sebelum Indonesia dinyatakan pandemi, dia memang bisa dibilang jarang diajak jalan-jalan. Paling sering hanya ke rumah Eyang atau Mbah, haha.

Apalagi semenjak beberapa bulan lalu mobil kami harus dijual. Semakin jarang dia merasakan jalan-jalan. Bismillah, ya, Nak, semoga sebentar lagi ada rezeki beli mobil lagi.

Liburan bagiku, mengurus rumah tangga bagi suami

Sebenarnya aku sudah hampir tidak jadi berangkat ke Gresik karena jadwal ujian tes masuk SD untuk anak kembarku. Namun, alhamdulillah jadwalnya diundur hari Senin. Waktu diundur aku sudah bahagia sekali, eh, tiba-tiba ada undangan lain dari sekolah mereka untuk temu wali. Aku yang sudah bahagia hampir patah hati lagi.

Secangkir cokelat hangat bikinan ayah dan tiga anak

Alhamdulilah suami mau menggantikan dan anak-anak pun bisa diberi pengertian. Salut dengan suami yang bisa momong tiga anak sekaligus sendirian tanpa ada aku di rumah. Berbagai laporan aku terima, mulai membuat minuman cokelat bersama, hingga menonton film bersama.

Aku tetaplah seorang ibu

Sebagai seorang perempuan, aku tetaplah seorang ibu dan istri. Bagaimanapun kiprahku dalam mengaktualisasi diri, tugas utamaku tetap menjadi seorang ibu dari empat anakku. Tugas utama inilah yang kelak akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak, sudahkah aku menjalankan fungsiku dengan baik?

Meski aku diberi kesempatan menjadi ‘diriku’, aku tetaplah seorang ibu yang memiliki tanggung jawab empat orang anak. Jadi, kalau jalan-jalan juga harus membelikan oleh-oleh untuk mereka.

Bersama teman-teman pengurus FLP Jatim demisioner

Saat jalan-jalan di Pantai Dalegan, akhirnya aku pun membelikan keempat anakku baju dengan tulisan Pantai Dalegan sebagai kenang-kenangan. Meski tiga anakku belum pernah ke sana, setidaknya sudah punya bajunya dulu. Hehehe.

Bu, apapun kiprahmu dalam mengaktualisasi diri, tugas utamamu adalah seorang ibu. Dalam setiap keputusan mengambil amanah baru aku pun selalu meminta pertimbangan suami. Lalu suami pun akan mengembalikan kepadaku apakah aku merasa bisa membagi waktu atau tidak. Ah, suamiku, terima kasih banyak atas semua cintamu.

Very late post, kejadiannya sudah sebulan lalu, nulisnya baru sekarang.

Malang, 14 Februari, dini hari.


Jumat, 04 Februari 2022

Seorang Ibu Rumah Tangga Mengisi Pelatihan di Perusahaan, Memang Bisa Apa?

bundajundi.blogspot.com – Ini adalah pengalaman kecilku pada pertengahan bulan lalu, Januari 2022. Beberapa hari sebelumnya tiba-tiba adik ipar menghubungi memintaku untuk mengisi pelatihan di divisi tempat dia bekerja. Dia memintaku mengisi pelatihan mengenai ejaan bahasa Indonesia.

Tentu awalnya aku kaget tidak percaya, bagaimana bisa? Dengan latar belakang pendidikan bukan dari jurusan bahasa Indonesia, tapi diminta mengisi pelatihan mengenai bahasa Indonesia.

Berawal dari Nekat

Flyer saat menjadi speaker

Setahun sebelumnya melalui kelas Bunda Produktif pada zona Open Space, saya memang sudah nekat menjadi speaker dengan tema ‘Dasar Menyunting Tulisan’. Berbekal sedikit pengalaman dan ilmu yang baru aku dapat dari kelas PUEBI yang kuikuti di awal tahun lalu, aku nekat membagikan ilmu itu.

Tampil di Sampul Majalah

Foto saat nampang di Hexabliss

Alhamdulilah, berkat kenekatan itu aku mendapat pengalaman luar biasa. Waktu itu, beberapa saat setelah zona Open Space tersebut tiba-tiba aku dihubungi oleh salah satu wartawan dari Hexabliss. Aku diliput untuk mengisi rubrik The Superb Story of 5 Perempuan Hebat Hexagon City. Judul yang diangkat di dalam tulisan adalah ‘Berani Berkarya Melalui Tulisan’.

Awalnya aku bertanya kepada Mbak Eka yang meliputi kala itu, ‘Mengapa harus saya?’. Ya, memang itulah yang berkelebat di benakku. Di antara ratusan speaker dengan tema keren-keren, mengapa aku yang dipilih? Jawab Mbak Eka karena banyak teman dari cluster Kepenulisan mengikuti acaraku dan terkesan dengan materi yang kusampaikan. Masyaallah walhamdulillah.

Balik ke adik ipar. Waktu aku menjadi speaker tahun lalu, adik ipar memang ikut menjadi pesertanya juga. Dari situlah akhirnya dia memintaku mengisi pelatihan di perusahaan tempat dia bekerja, sebuah perusahaan BUMN yang cukup besar di pulau seberang sana.

Awalnya aku diminta mengisi di platform Zoom, tapi dengan keribetan bayiku yang agak susah dikondisikan akhirnya menggunakan platform WhatsApp. Alasan itu juga yang membuatku menolak beberapa tawaran mengisi yang harus live speaker. Aku lebih suka menyampaikan materi dalam bentuk tulisan.

Antusiasme Peserta

Hari H pun tiba, aku dimasukkan di grup berjudul Bag Pemantauan & Pelaporan. Adik ipar sendiri ada di divisi Lingkungan Hidup. Jadi, aku mengisi di bagian Pemantauan dan Pelaporan divisi Lingkungan Hidup. Jumlah anggota di grup itu ada sembilan orang, alhamdulillah meski cuma bersembilan aku tidak merasa krik-krik atau dikacangi. Padahal di tempat lain dengan anggota grup puluhan orang saat aku mengisi materi sering menjadi monolog, hanya moderator yang sepertinya sibuk berpikir mau tanya apa agar tidak krik-krik, haha.

Satu demi satu pertanyaan pun keluar dari mereka, sampai grogi takut salah ketik jawaban. Mereka begitu antusias hingga waktu sekitar dua jam pun tidak terasa. Aku pun sudah menyiapkan kuis dan hadiah berupa dua buku antologi.

Alhamdulilah semua kegrogianku pun terlewati juga. Pengalaman yang begitu luar biasa bagiku yang tidak pernah merasakan kerja kantoran. Ijazah cumlaude-ku dari jurusan Kimia masih terbungkus rapi belum pernah terpakai melamar kerja.

Salah Jurusan

Dulu saat akan memilih jurusan kuliah sebenarnya aku sudah sangat ingin mengambil kuliah jurusan Bahasa Indonesia karena ketertarikanku pada bidang tersebut. Namun, Ibu tidak mengizinkan, aku akhirnya diterima dari jalur PMDK jurusan Kimia, salah satu pelajaran favoritku juga saat SMA yang alhamdulillah belum pernah merasakan remidi, hanya sekali saat diajar guru PPL karena gak paham dengan cara mengajar dan soal yang diberikan, wkwkw.

Jadi, inilah bentuk dendamku pada masa lalu di mana aku tidak bisa mendalami ilmu Bahasa Indonesia di bangku kuliah. Alhamdulilah aku bisa mempelajarinya di bangku nonformal dan dari pengalaman menjadi editor beberapa buku.

Apapun yang terjadi, semua sudah menjadi garis takdir dari Allah. Alhamdulilah ala kulli haal.

Terima kasih banyak kepada Ibu Septi Peni Wulandani yang banyak sekali menginspirasi dan memberikan ilmu untuk kehidupan. Ibu rumah tangga mengisi pelatihan di perusahaan besar? Siapa takut?

Malang,

Dini hari yang dingin,

4 Februari 2022

2 Rajab 1443


Selasa, 25 Januari 2022

Tahapan Perkuliahan di Institut Ibu Profesional (2)

bundajundi.blogspot.com – Lanjutan tulisan sebelumnya tentang tahapan perkuliahan di Institut Ibu Profesional. Pada tulisan sebelumnya sudah ada pembahasan kelas Bunda Cekatan. Setelah Bunda Cekatan ada kelas apalagi?


Kelas Bunda Produktif

Kelas ketiga ini lagi-lagi alhamdulillah saya bisa gabung di batch 1 yang dipandu langsung oleh Ibu Septi Peni. Waktu belajar hampir sama dengan Bunda Cekatan, yaitu 6 bulan.

Pada awal kelas kami diminta memilih salah satu passion yang ingin ditekuni dan tidak bisa ganti di tengah jalan seperti saat di kelas Bunda Cekatan yang bisa ganti-ganti passion.

Sesuai passion yang sudah dipilih, kami dikumpulkan dalam sebuah cluster yang dibagi menjadi CoHousing. Setiap CoHousing beranggotakan 10 orang yang tiap orang memiliki rumah berbentuk hexagon. Jadi karena nama kota tempat kelas adalah Hexagon City, semua rumah juga berbentuk hexagon alias segienam.

Pada awal perkuliahan pun kami diminta membuat desain rumah hexagon sesuai dengan passion kami, apa saja ruangan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan passion. Para mahasiswa penduduk Hexagon City ini pun memiliki nama sendiri, yaitu Hexagonia.

Hexagon City bisa jadi adalah kota virtual pertama yang ada di Indonesia, atau bahkan dunia. Pada awal perkuliahan pun ada pemilihan walikota serta jajarannya.

Materi perkuliahan di kelas ini nama-nama materinya pun sesuai dengan kata H-E-X-A-G-O-N, meski ada 2 materi awal sebagai pengantar yang tidak ada di jajaran huruf tersebut.

Berbeda dengan kelas-kelas sebelumnya, di kelas ini kerja tim yang utama. Tiap CoHousing membuat satu proyek yang dikerjakan bersama. Pengerjaan jurnal pun lebih banyak dikerjakan secara tim. Mau tidak mau, suka tidak suka sistem seperti ini pasti ada saja yang sekadar ‘ndompleng’ nama tanpa benar-benar kerja.

Bagi saya yang paling menarik dari tiap zona adalah zona O untuk Open Space. Pada zona ini ada virtual conference hexagon city. Setiap mahasiswa boleh memilih perannya sendiri, mau menjadi speaker, atau penerima manfaat.

Saya pun mencoba memberanikan diri menjadi speaker dengan materi ‘Dasar Penyuntingan Tulisan’ meski saya berada di cluster bisnis. Saya nekat berbagi ilmu yang sebenarnya masih sangat sedikit. Namun, di luar ekspektasi ternyata pilihan saya ini membawa dampak lain yang tidak terbayangkan. Alhamdulilah peserta pun cukup banyak (meski nggak sampai ratusan setidaknya nggak krik krik). Peserta pun cukup antusias dalam bertanya. Saat itu saya menggunakan platform Telegram. Sebenarnya banyak pilihan platform yang bisa digunakan, tapi saya memilih platform yang tekstual tidak perlu live.

Beberapa waktu setelah acara tersebut, tiba-tiba ada Hexagonia dari cluster menulis menghubungi saya untuk wawancara. Profil saya pun dimuat di majalah digital mereka Hexabliss yang membahas tentang jajaran kiprah perempuan. Masyaallah, di antara banyaknya speaker, mereka memilih saya. Jika bukan tangan Allah yang menggerakkan, tidak mungkin saya yang dipilih.

Setahun kemudian setelah acara tersebut yaitu di bulan ini, saya tiba-tiba diundang mengisi pelatihan mengenai dasar ejaan Bahasa Indonesia di bagian pemantauan dan pelaporan Departemen Lingkungan Hidup Pupuk Kaltim. Sebenarnya mereka meminta mengisi di platform Zoom, tapi saya memang kesulitan mengondisikan anak bayi saya jika harus live. Jadilah digunakan platform WhatsApp. Terbayang nggak, ibu rumah tangga mengisi pelatihan di perusahaan besar. Yah, meski bukan pelatihan penting, bagaimanapun ini adalah sebuah pencapaian.

Selanjutnya tentu kelas terakhir dari perkuliahan.

Kelas Bunda Salihah

Inilah jenjang terakhir itu, banyak teman memutuskan tidak lanjut ke tahap ini. Eh udah mulai di tahap Bunda Produktif sih, ada yang dari awal tidak ikut, ada yang mundur di tengah jalan. Saking beratnya kelas Bunda Produktif, di awal perkuliahan ada pembayaran komitmen fee yang akan dikembalikan bagi yang lulus hingga akhir perkuliahan.

Namun, untuk Bunda Salihah tidak ada komitmen fee tersebut. Kelas ini menurut saya hampir sama dengan kelas sebelumnya yaitu membuat proyek. Yang berbeda proyek di kelas ini diawali dari masalah yang dihadapi masing-masing mahasiswa.

Setiap mahasiswa memilih satu masalah untuk dipecahkan melalui proyek. Selain itu ada juga kampanye mencari tim baik dari sesama mahasiswa atau non mahasiswa yang memiliki masalah yang sama untuk dipecahkan bersama.

Berbeda dengan sebelumnya, saya memilih mengangkat masalah agama untuk saya. Berawal dari kajian yang saya ikuti mengenai Wirid Al-Qur’an, Sang Ustaz mengatakan bahwa kebanyakan orang malah belum khatam tadabur Al-Qur’an. Saya pun merasa menjadi salah satu yang belum khatam tersebut. Selama ini membaca terjemah Al-Qur’an loncat-loncat sesuai kebutuhan.

Alhamdulilah ada empat orang yang mau bergabung bersama tim saya, 1 mahasiswa Bunsal, 3 mahasiswa non Bunsal. Bersama mereka, kami berkomitmen merutinkan tadabur Al-Qur’an minimal sehari 1 halaman lalu menuliskan ayat yang berkesan untuk dibagikan di grup.

Sebagai seorang leader, sejujurnya saya merasakan berat sekali mengawal grup sesuai tahapan instruksi dari materi yang diberikan. Apalagi untuk mahasiswa non Bunsal, saya merasa ada rasa sungkan untuk mengajak mereka mikir hal rumit yang sebenarnya mereka tidak berkepentingan.

Alhamdulilah meski tertatih-tatih, saya dan tim pun bisa melewati setiap tantangan. Hingga saat ini program masih terus berjalan walau rencana milestone kedua untuk membuka member umum belum bisa terlaksana.

Tim kami pun terpilih lolos untuk melaju ke tahap selanjutnya yaitu ekosistem ibu pembaharu. Tahap ini kami akan dibimbing untuk membentuk sebuah komunitas yang berkepanjangan dan akan meninggalkan sebuah legacy kelak ketika diri ini hanya tinggal nama.

Namun, saya pribadi masih ragu untuk lanjut karena milestone kedua belum juga kami eksekusi. Semoga ada jalan untuk segera mengeksekusi.

Dari penjelasanku, kamu tertarik ikut perkuliahan juga? Ikut pendaftaran Foundation dulu, ya. Bisa sering-sering cek media sosial Ibu Profesional agar tidak ketinggalan infonya.

Salam manis dariku,

Agie Botianovi.

Senin, 24 Januari 2022

Empat Tahapan Perkuliahan di Institut Ibu Profesional (1)

bundajundi.blogspot.com - Kalau diingat-ingat, kapan ya pertama kali tahu Institut Ibu Profesional? Sepertinya sih sudah sejak 2015, waktu itu tahu dari teman dan sempat menjadi panitia acara kopdar perdana IP Malang. Hingga setelah itu saya mundur dari grup dan baru tertarik gabung lagi di Matrikulasi batch 4 yang tepatnya dimulai bulan Mei 2017. Eh tidak terasa sudah lima tahun lalu.

Matrikulasi ini kalau dulu –sebelum ada pembagian komponen- adalah pintu gerbang keanggotaan di IIP. Kalau belum lulus matrikulasi ya belum bisa masuk grup member-nya.

Kelas matrikulasi memberi banyak ilmu baru buat saya, tentang dasar-dasar adab menuntut ilmu, dan beberapa ilmu penting lain. Setiap materi juga ada feedback berupa Nice Home Work (NHW). Paling keinget di NHW 3 karena isinya membuat surat cinta buat suami, hahahaha. Meski udah lupa juga dulu nulis apa buat suami. Ada juga ilmu tentang memahami anak, dan lain-lain. Biasanya tiap batch ada penyesuaian sih sistem matrikulasi dan banyak materinya. Karena ada materi yang dulu saya nggak dapat, batch yang baru dapat.

Keinget juga materi tentang FOMO (Fear Of Missing Out), sebuah ketakutan ketinggalan informasi di media sosial sehingga terus menerus scroll karena takut ketinggalan. Semoga kita tidak mengalami hal ini dengan menggunakan mantra ‘menarik tapi tidak tertarik'.

Pada kelas matrikulasi pula saya belajar tentang semua ibu adalah ibu bekerja, yang membedakannya yang satu bekerja di ranah domestik, yang satu bekerja di ranah publik. Sebagai seorang ibu rumah tangga, saya merasa bahagia dengan ungkapan tersebut. Ya, kami pun di rumah sedang bekerja membangun peradaban. Karena mendidik anak sama dengan mempersiapkan peradaban.

Setelah lulus matrikulasi, kami mendaftar untuk jenjang pertama perkuliahan.



Kelas Bunda Sayang

Kami dari batch 4 setelah lulus matrikulasi langsung diberikan kesempatan untuk mendaftar kelas Bunda Sayang batch 3. Namun, kuota yang diberikan terbatas karena juga mungkin keterbatasan fasilitator. Jadinya waktu itu daftarnya rebutan. Padahal kuota 1.500 tapi rebutan saking banyaknya yang mau daftar, masyaallah. Ada beberapa teman sekelas dari matrikulasi tidak terangkut ke kelas ini.

Kelas Bunda Sayang sendiri berisi 12 materi dasar mendidik anak yang jaman saya dulu disampaikan dalam satu tahun. Tiap bulan 1 materi selama 12 bulan. Seperti halnya matrikulasi, kelas ini juga ada tugas sebagai syarat kelulusan. Tugasnya ada tantangan 10 hari. Jadi selama 10 hari mahasiswa diminta menuliskan jurnalnya dalam mempraktikkan ilmu yang sudah didapat. Jika ingin extramiles bisa mengerjakan 15 hari berturut-turut tanpa jeda. Pun ada 3 macam bagde: outstanding performance, excellent, dan bagde dasar jika mengerjakannya rapel atau tidak berturut-turut.

Materi kelas ini yang paling saya ingat ada di materi pertama adalah komunikasi produktif. Yes, ternyata memang inilah kunci dari segala kunci. Butuh kesabaran yang panjang untuk terus berlatih dan berlatih.

Ada juga materi tentang matematika, gaya belajar, hingga materi tentang multimedia. Zaman yang serba multimedia ini mau tidak mau sebagai orang tua harus melek teknologi agar kita bisa terus memantau apa yang dikerjakan anak. Apalagi multimedia membuat anak mudah mengakses apapun tanpa batas, termasuk hal-hal yang tidak baik.

Kelas Bunda Sayang ini juga ada program pelajar teladan (eh bener gak ya istilahnya?) yang mana tiap materi akan diambil 1 orang dengan bagde outstanding performance untuk berkunjung ke kelas lain. Seru sekali program ini. Sayangnya saya belum pernah berkesempatan terpilih, mungkin karena jarang-jarang juga bisa outstanding performance, wkwkwk.

Kalau yang batch yang terbaru kurang begitu paham bagaimana sistemnya, sepertinya banyak perubahan juga, termasuk perubahan waktu belajar. Sekilas mendengar sekarang perkuliahan bunda sayang dimampatkan jadi lebih cepat tidak sampai 1 tahun. Ada beberapa materi yang dijadikan satu, kabarnya seperti itu.

Setelah lulus Bunda Sayang ada kelas apalagi? Yes, kelas Bunda Cekatan. Langsung? Enggak dong, nunggu lumayan lama, jadinya dalam kurun waktu tidak ada perkuliahan kegiatan ada di rumbel a.k.a rumah belajar. Eh tapi ini sebelum pemecahan menjadi komponen-komponen. Kalau sekarang ingin masuk rumbel harus ikut orientasi Komunitas dulu, saya belum masuk karena fokus di komponen Institut.

Kelas Bunda Cekatan

Yup, ini kelas kedua di tahapan perkuliahan Institut Ibu Profesional. Kelas ini memuat ribuan mahasiswa lulusan Bunda Sayang dari batch 1 hingga batch 6 (semoga nggak salah). Istimewanya alhamdulilah ikut batch 1 ini jadi bisa dipandu langsung oleh Ibu Septi Peni Wulandini.

Berbeda dengan konsep kelas Bunda Sayang, kelas ini tidak mengajarkan 12 ilmu dasar Bunda Cekatan sebagaimana bukunya yang sudah terbit terlebih dahulu. Kelas ini dibuat gamifikasi dengan pembagian tahapan menjadi empat tahap: kelas telur-telur, kelas ulat-ulat, kelas kepompong, dan kelas kupu-kupu.

Yang saya ingat dari kelas-kelas ini mahasiswa diminta memetakan hal-hal apa saja yang termasuk ranah suka dan bisa. Lalu kita pun diminta memilih ingin konsentrasi di bidang apa agar menjadi cekatan. Jadi makna cekatan di sini tidak hanya cekatan dalam kerumahtanggaan, tapi cekatan di bidang yang sudah kita pilih.

Kelas kepompong mengajarkan saya bagaimana untuk berpuasa dari hal-hal yang mengganggu terlaksana target dari bidang yang saya tekuni. Selama sebulan penuh di kelas kepompong diminta mengasah skill yang ingin ditekuni. Kelas ini mengajarkan agar mencukupkan diri untuk tidak memakan semua ilmu seperti halnya saat di kelas ulat-ulat dimana pada tahapan tersebut kita diminta memakan sebanyak-banyaknya ilmu yang ditebarkan oleh sesama mahasiswa yang ahli di bidang masing-masing.

Yang seru juga di Bunda Cekatan ini ada program mentoriship, setiap mahasiswa diharap menjadi mentor dan mentee pada bidang yang dikuasai dan yang ingin dikuasai. Saya dulu memilih menjadi mentor di bidang bisnis, sedang sebagai mentee saya memilih menjadi mentee untuk menerbitkan buku di penerbit mayor.

Lalu, setelah jadi kupu-kupu mau lanjut ke mana lagi? Lanjut ke part 2, ya. Stay tune.