Senin, 11 Desember 2017

Writing therapy with teh Imon

Alhamdulillah kemarin diberi kesempatan berjumpa dengan teh Imon atau Maimon Herawati yang saya ngefans terhadap tulisan beliau gara-gara baca novel Rahasia Dua Hati yang bikin saya baper. Dari dhuhur sampai isya' alhamdulillah dapat ilmu yang masyaallah daging semua, ya ilmu kepenulisan, ya ilmu akhirat.

Beliau sendiri adalah aktivis pejuang kemerdekaan Palestina, masyaallah, saya dibuat gemetar saat beliau bercerita tentang Palestina. Kemana-mana beliau membawa slayer Palestina, menunjukkan betapa beliau sangat cinta terhadap Palestina, al-Aqsho, kiblat pertama orang Muslim.

Dari dhuhur sampai ashar, beliau mengisi acara untuk umum dengan tema writing therapy berkolaborasi dengan mbak Wulan yang praktisi SEFT. Menjadikan menulis sebagai terapi terhadap diri sendiri, salah satunya dengan menuliskan masalah dalam hidup. Kalaupun kita sedih menuliskan itu, tapi akan ada orang yang membacanya dan tidak mengalami kejadian yang sama dengan yang kita alami. Menuliskannya bisa dalam bentuk cerpen ataupun novel, yang kita sendiri bisa menentukan akhir cerita.

Selesai acara umum, saya berkesempatan makan bareng secara pribadi di ayam goreng nelongso (salah satu sponsor acara) yang dekat dengan togamas. Kemarin makan berlima saja dengan teh Imon, sosoknya begitu rendah hati tapi sangat kritis terhadap segala sesuatu. Beberapa teman sudah menitipkan buku tulisannya untuk beliau kritisi.

Lanjut muscab pemilihan ketua alhamdulillah akhirnya terpilih Gunung sebagai ketua FLP Malang periode 2017-2019. Setelah selesai, teh Imon meminta kami kumpul sebentar untuk bedah karya yang sebelumnya sudah minta dibedah.

Begitu banyak kesalahan yang tertangkap oleh teh Imon, bahkan untuk tulisan-tulisan best seller beliau sangat jeli menangkap kesalahan. Kalau dari tulisan teman-teman yang paling banyak adalah kesalahan 'tell', bukan 'show'. Jadi tulisan yang baik itu sebaiknya 'show' bukan 'tell', terutama untuk fiksi. Bagaimana kita bisa menggambarkan suasana dengan baik tanpa menyebutkan apa suasana tersebut, jadi pembaca bisa benar-benar merasakan apa yang dimaksud penulis.

Terkait setting tempat dan kejadian, beliau sangat detail dan teliti, bahkan untuk tulisan beliau yang berjudul Pingkan, dengan setting Australia (beliau belum pernah kesana), tapi beliau riset dengan detail sampai nama-nama jalan disana, letak bangunan dll benar adanya. Jadi orang-orang yang kesana akan dibuat membayangkan cerita Pingkan benar-benar real. Bahkan untuk Pingkan yang kuliah jurusan Fisika, beliau benar-benar riset makul nya apa saja, bahkan nama-nama dosen di universitas dan jurusan tersebut, masyaAllah. Apalagi sekarang sudah ada google earth yang bisa melihat kondisi suatu tempat dengan detail, jadi beliau pun mempelajarinya demi setting yang benar-benar nyata.

Dan terakhir, pesan beliau adalah, yang terpenting bukan seberapa banyak royaltimu dari menulis, tapi seberapa bermanfaat tulisanmu bagi yang membaca, sudah berapa orang yang tercerahkan menuju kebaikan dengan tulisanmu. Setiap apa yang kita tulis harus memiliki pesan yang positif, karena kelak semua akan dipertanggungjawabkan di hadapanNya. Ah, saya benar-benar tersentil dengan ini.

Terima kasih atas segala ilmunya teh Imon, jazakillah khoir. 

Agie Botianovi
11 Desember 2017

Minggu, 10 Desember 2017

Melatih Kemandirian (10)

Masih bab beberes yang luas sekali wilayahnya. Salah satunya adalah membereskan baju-baju yang akan dibawa untuk perjalanan. Kali ini saya melibatkan Jundi dengan meminta dia menyiapkan sendiri baju yang akan dia bawa. Dia dengan sigap memilih bajunya yang dia ingin pakai sambil saya bantu mengambil agar tidak berantakan.

Namun ternyata kemandirian ini membuat saya lalai, saya lalai menyiapkan celana yang dibawa untuk Jundi. Dan itu baru saya sadari saat sudah di tempat tujuan. Astagfirullah maafkan bunda nak, lain kali memang harus ada ceklis. Apalagi bunda tipe sanguin yang cenderung berantakan. No no no, jangan sampai terulang lagi.

#Harike10
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Melatih Kemandirian (9)

Masih dalam tema beberes, kali ini agak nyerempet ke seni beberesnya mbak Marie Kondo (biar keliatan akrab gitu panggil mbak :p). Saya pribadi belum belajar dengan baik bagaimana seni beberes konmari, yang saya tau cuma bagian buang-buang benda yang sudah gak berguna aja (biar rumah gak kayak tempat rongsokan kali ya :D). Walau yang sekilas pernah saya baca metode konmari ini lebih ke 'spark of joy' dari tiap benda (nah ini belum belajar ilmunya).

Berhubung mau nyortir baju-baju untuk disumbangkan ke korban bencana, jadilah sekalian saya melibatkan Jundi pilah pilih mana baju dia yang sudah tidak muat (baru di tahap ini, belum sampai spark of joy :D). Beberapa kali saya tanya ke dia, "Baju ini dikasihkan ya, coba, sudah gak muat kan?"
"Iya bunda, sudah kekecilan ini."
"Jaket ini juga ya?" saya memperlihatkan jaket yang sudah agak kekecilan.
"Nggak, ini lo masih cukup" (tau deh nak jaket kesayangan).
"oke, lalu mana lagi?" saya ajak dia kembali melihat isi almarinya.

Dan bertemulah beberapa baju yang tereliminasi dari lemari, percayalah Jundi, sesuatu itu dikeluarkan isinya untuk diisi dengan yang baru lagi :p.

Lalu saya pun melanjutkan menyortir baju adiknya untuk disumbangkan, sedang baju Jundi sendiri mau saya bawa ke Pasuruan karena ada sepupu Jundi yang usianya di bawah Jundi, jadi bisa terpakai lagi :) .

#Harike9
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Melatih Kemandirian (8)

Nyatanya kemandirian itu ternyata tak hanya dilatih tapi juga dicontohkan. Seperti Jundi yang sedang saya observasi untuk kemandiriannya dalam berberes.

Saat tidak sengaja dia menumpahkan air dari gelas yang dia ambil sendiri dari dispenser, tiba-tiba tanpa saya minta dia berinisiatif mencari kain pel untuk membersihkan. Dan saya terharu melihatnya, masyaAllah, good job boy!

#Harike8
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Kamis, 07 Desember 2017

Melatih Kemandirian (7)

Setelah skill laundry alhamdulillah sudah menguasai, yang berikutnya ingin saya latih adalah skill beberes. Masalah beberes ini masih banyak PR untuk Jundi, tapi saya tidak mematok standar penguasaan yang tinggi, asal dia tau caranya, nanti lambat laun pasti akan 'luwes' sendiri dengan berjalannya waktu.

Kemarin sudah saya mulai memberi dia ajakan agar mau beberes, tapi saya memaklumi bahwa anak usia 5 tahun masih sangat moody. Awalnya dia main pasir kinetik, saya minta membereskan dia tidak mau, sudah saya coba ganti dengan kalimat 'bantuin bunda yuk' ternyata tidak juga menggerakan hatinya. Jadilah saya biarkan.

Lalu sorenya saya memindah tanaman yang baru dibeli dari polibag ke pot, sekam media tanam berserakan di halaman. Namun ternyata justru tanpa saya minta dia berinisiatif menyapunya dengan sapu ijuk khusus halaman dan cikrak plastik milik saya. Dia memang belum lihai dalam menggunakan keduanya, sehingga masih banyak sekam yang belum terangkut. Tapi saya sangat mengapresiasi usahanya, alhamdulillah anakku punya inisiatif untuk membantu ibunya.

#Harike7
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Jilbab pertamaku

Entah tanggal berapa tepatnya pertama kali aku mengenakan jilbab. Mengenakan untuk seterusnya, bukan hanya sekedar untuk sebuah acara saja. Yang kuingat sekitar Desember 2007, beberapa hari setelah meninggalnya eyang putri yang sangat aku sayangi. Dari kecil aku hanya tinggal berdua dengan beliau, jadi kedekatan kami sudah melebihi kedekatan anak dengan ibunya.

Entah saat itu hal apa yang begitu kuat mendorongku memutuskan berjilbab, ilmu agama saat itu juga sangat minim, bahkan ayat-ayat perintah berjilbab dalam alquran pun saat itu aku belum paham. Keinginan yang kuat ini kusampaikan ke salah seorang sahabat terbaikku sejak SMP, Wulan namanya. Dan jawaban dia (seorang yang juga belum berjilbab saat itu) membuat niatku semakin kuat, kira-kira begini dia berbicara padaku, 'Ya sudah Gie, keinginan yang baik jangan lagi ditunda-tunda, belum tentu keinginan itu datang lagi'.

Aku pun menguatkan tekadku, aku yang masih kelas 3 SMA otomatis harus membeli seragam baru untuk sekolah. Alhamdulillah ada rezeki dari saudara yang memberiku uang saku, akhirnya berangkatlah aku diantar ibuku membeli seragam sekolah yang panjang untuk anak berkerudung.

Hari pertama sekolah dengan seragam baru aku merasa ada desir-desir aneh di dadaku, sesuatu yang entah, membuatku merasa bahwa semua orang sedang memperhatikan perubahanku. Dan saat memasuki kelas, hebohlah orang-orang, mulai dari yang mengucapkan selamat, kaget tidak percaya, hingga ada yang bertanya hal yang tidak terpikirkan olehku, 'Nanggung banget sih Gie kamu pakai jilbabnya, ini kan udah tinggal 1 semester lagi aja, masuk sekolah juga tinggal berapa bulan, gak sayang seragamnya cuma kepake sebentar?'

Speechless, tapi satu hal yang aku yakini saat itu, kebaikan tidak boleh ditunda. Iya, meskipun hal itu di mata orang lain seperti membuang uang, tapi di mataku tidak ada yang sia-sia.

Dan sejak saat itu alhamdulillah justru semakin dimudahkan untuk belajar ilmu agama, baik dari buku ataupun guru. Allah sudah mengatur segalanya begitu cantik. Terima kasih Allah atas hidayah Mu.

Agie Botianovi
7 Desember 2017
01.50
Setelah 10 tahun berjilbab.

Rabu, 06 Desember 2017

Melatih Kemandirian (6)

Masih dengan tema laundry, kemarin lagi-lagi mas Jundi bantu bunda melipat baju. Untuk melipat baju atasan dia masih butuh dipandu lagi, tapi alhamdulillah hasilnya sudah cukup baik. Dan kemarin dia dengan antusias memasukkan baju satu demi satu ke lemari sesuai dengan jenisnya. Jadi usai melipat satu baju langsung dia bawa ke lemari, begitu seterusnya.

Saya pun tetap melipat dengan porsi yang jauh lebih banyak dari yang dilipat Jundi. Tiap melipat pun saya harus mencontohkan melipat satu baju dan dia melipat baju yang lain sambil menirukan. Dan tak lama tumpukan baju kering pun selesai terlipat semua, karena dari tadi dia hanya fokus pada baju miliknya sendiri, maka saya menawarkan padanya apakah mau membantu saya memasukkan baju adiknya juga ke lemari pakaian. Alhamdulillah responnya positif.

Selesai urusan baju kering sorenya saya lihat tumpukan baju kotor sudah banyak, maks coba saya masukkan ke mesin cuci, ternyata penuh, saatnya mencuci. Saya menawarkan mas Jundi untuk mengoperasikan mesin, dia mau. Malamnya bada isya' baru kami jemur bersama dengan adiknya, Jundi pun sudah cukup terampil dalam menggantung baju di gantungan lalu menaruh di jemuran. Sepertinya esok saya sudah berganti tema kemandirian untuk Jundi. Semoga tetap istiqomah ya bantu bunda laundry, walau Jundi seringnya masih moody 😅.

#Harike6
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Selasa, 05 Desember 2017

Melatih Kemandirian (5)


Alhamdulillah kemarin coba saya ajak nyuci lagi, awalnyaa tidak antusias dan lebih memilih membuat brownies instan, namun setelah brownies dikukus mau juga membantu saya mencuci. Bahkan kali ini dia ada kemajuan daripada hari sebelumnya.

Dia saya ajari buka pintu dengan memencet bukaan pintunya, lalu yangakan dicuci dia masukkan ke dalam. Menutup pun saya ajari agar dia lakukan sendiri. Lanjut mengisi tempat detergen dan pewangi, dia mulai hafal tempatnya. Untuk mencolok kabel tetap saya sendiri karena tinggi mas Jundi belum sampai, lalu dia menyalakan sendiri kran tanpa saya minta, alhamdulillah.

Lanjut menekan tombol power, untuk setting tetap saya sendiri yang mengerjakan karena agak rumit untuk dijelaskan, tapi seringnya setting tetap, jadi tidak perlu mengubah lagi. Lalu mas Jundi menekan play dan terdengarlah mesin menggerung.

Alhamdulillah dari sini saya melihat mas Jundi sudah bisa didelegasi untuk mengerjakan ini. Semoga kelak ketika dewasa dia bisa menjadi lelaki yg keibuan seperti ayahnya. Bukan, bukan lelaki melambai, tapi lelaki yang selalu sigap membantu pekerjaan rumah istrinya. Karena saya yakin istri manapun pasti bahagia ketika pekerjaannya diringankan.

Teringat beberapa hari yang lalu suami minta diajari lagi cara mengoperasikan mesin cuci, padahal awal dulu dia yang ngajari saya karena teknisi yang mengajari laki-laki :D.

#Harike5
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Senin, 04 Desember 2017

Melatih kemandirian (4)

Alhamdulillah kemarin akhirnya sukses mengajari Jundi cara mengoperasikan mesin cuci. Awalnya sempat terjadi penolakan, tapi begitu saya sukses merayu dengan cara lain akhirnya dia malah terlihat excited dan ingin segera nyuci lagi esoknya, 'Besok Jundi lagi ya bunda yang nyuci' *uye*.

Kemarin dari pagi kami sekeluarga keluar rumah, dan baru balik ke rumah lagi sore hari. Sudah selesai mandi semua di rumah eyang, saya coba menawarkan ke Jundi untuk membantu bunda mencuci, "Jundi mau bantuin bunda nyuci?"
"Nggak mau"
Oke lalu saya biarkan dia bermain, dan tiba-tiba muncul ide, "Yuk kasih makan ikan yuk, ikannya kan belum dikasih makan ya" kebetulan letak toples ikan ada di rumah belakang dekat mesin cuci.
"Mau, Jundi ikut"
Lalu dikasihlah makan ikan oleh Jundi, Fara, Fasya. Setelah saya lihat sudah selesai saya lalu mencoba menawarkan, "Jundi mau bantu bunda masukkan pakaian kotor di ember itu ke mesin cuci?"
"Mau, mau, mau bunda" dan adiknya pun ikut membantu memasukkan beberapa pakaian. Karena tidak ada yang kotor, maka semua langsung dimasukkan mesin cuci tanpa dikucek terlebih dahulu.
Setelah pintu pakaian tertutup, saya mulai mengajari langkah-langkahnya.
"Pertama dicolokkan dulu ya kabelnya," jelas saya sambil mencolokkan ke stop kontak.
"Lalu airnya dinyalakan" jelas saya, dan Jundi nampak menyimak betul.
"Sekarang Jundi yang masukkan detergen dan pewangi ya, deterjen disini, pewangi disini" dia bersemangat sekali.
"Baru sekarang dinyalakan, pencet yang ini" saya menunjuk tombol on off.
"Lalu diset dulu" saya yang mengerjakan, "Dan sekarang pencet yang ini ya" saya menunjuk tombol play/pause. Dan mesin cuci pun menggerung-nggerung akan memulai kerjanya.
"Wah seru ya bunda" Jundi terlihat antusias melihat baju kotor yang terlihat berputar-putar dari pintu mesin.
"Sekarang ditunggu sampai bunyi ya baru nanti kita jemur"

Beberapa saat kemudian bunyilah mesin cucinya tanda proses mencuci sudah selesai, dan Jundi pun membantu saya menjemur di halaman depan, dia ikut menggantung beberapa potong kaos dalam, celana anak, dan baju. Alhamdulillah, besok lagi ya.

#Harike4
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Minggu, 03 Desember 2017

Melatih Kemandirian (3)

Kemarin, rencananya saya ingin mengajarkan Jundi tentang cara menjalankan mesin cuci, tapi sayang ternyata dia menolak. Dulu, ketika kami masih tinggal di rumah kontrakan jadi satu dengan toko, aktivitas mengisi air mesin cuci adalah salah satu aktivitas rumah tangga yang saya sering melibatkan Jundi di dalamnya, dan dia sering menyambut dengan gembira tawaran tersebut. Pasalnya di rumah tersebut selang pengisian otomatis tidak sampai ke kran, jadilah harus diisi manual, dan belakangan baru ketauan justru hal tersebut yang membuat mesin cuci pertama sejak Jundi lahir rusak. Jadilah saya sempat beberapa bulan berlangganan laundry kiloan sebelum ada mesin cuci baru yang kami pakai sekarang.

Bagi saya seorang anak meski anak lelaki sekalipun harus bisa menjalankan mesin cuci ataupun mencuci manual dengan tangan. Beberapa kali mencuci dengan tangan sudah pernah saya ajarkan, di sekolah pun sudah ada sesi mencuci kaos kaki sendiri, belum lagi sering ikut eyang atau tantenya mencuci. Yah meskipun orientasi dia lebih ke main airnya, yang penting sudah dikenalkan. Bukankah banyak anak laki-laki yang akhirnya harus hidup jauh dari orang tua bahkan mencuci pakaian dalamnya sendiri tidak bisa?

Kemandirian dalam skill laundry ini ingin saya ajarkan betul kepada anak saya sebagai bekal hidupnya kelak, karena tidak selamanya ada uang untuk laundry kiloan, dan tidak selamanya ada saya yang siap mencuci semua bajunya.

Kembali ke penolakan Jundi, setelah menolak saya ajari, dia malah ikut ke rumah eyangnya karena eyangnya pagi-pagi sudah ke rumah bersama tante kesayangan. Jadilah saya tidak ada kesempatan lain lagi untuk mengajari dan mengasah skill laundry yang lain. Namun alhamdulillah ternyata sorenya saya justru dapat pesan dari eyangnya, 'Jundi sedang menemani eyang setrika'. Alhamdulillah betapa tanpa saya kondisikan dahulu ternyata semesta mendukung sendiri misi saya di one week one skill ini. Meski nantinya tidak tuntas mengingat usianya yang masih 5 tahun, namun semoga dengan bertambahnya usia dia bisa mahir dengan sendirinya, mandiri dalam menyediakan pakaian bersih setidaknya untuk diri sendiri.

#Harike3
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Sabtu, 02 Desember 2017

Melatih Kemandirian (2)

Masih dengan skill laundry, kali ini mas Jundi saya ajak untuk mengangkat jemuran yang sudah kering. Dari dulu pernah sih beberapa kali bantuin sedikit, tapi entah kenapa kemarin ini tanpa saya minta dia sendiri yang menawarkan agar beberapa baju di gantungan dia yang melepaskan, malah saya dimarahi ketika 'menyerobot' wilayahnya.
"Bunda! Ini biar Jundi aja yang ngerjakan, bunda yang itu" kata dia sambil menunjuk gantungan baju kecil yang berbentuk bulat warna merah.
"Oke"
Lalu saya pun mengerjakan bagian saya sendiri.
Beberapa baju sukses dia keluarkan dari gantungan lalu baju tersebut dia masukkan ember cucian kering, ish, terampilnya sulungku.
"Ini, gantungannya ditaruh sini lagi ya biar rapi" kata saya sambil memungut gantungan yang dia taruh begitu saja di lantai.
Diapun mengerti dan lekas melakukan instruksi saya. Saya melanjutkan mengambil cucian kering di gantungan bulat yang digantung agak tinggi. Tiba-tiba, "Bunda, itu Jundi juga!"
"Nah, memang Jundi sampek?"
"Oh iya, ya udah brati itu dikerjakan bunda"
Cukup ya nak, besok sesi ketrampilan mencuci 😉.

#Harike2
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Menyapih dengan cinta? (1)


Aish, ini cita-cita saya dulu semenjak menyusui anak pertama, namun ternyata prakteknya gak semudah teorinya (ini bagi saya lho ya). Meski sangu sabar, sabar, dan sabar yang banyak. Dan juga konsistensi serta komitmen yang kuat baik dari bundanya sendiri ataupun dari ayahnya.

Menyapih anak pertama sudah mencoba sounding dengan beberapa kalimat sounding yang pernah saya baca, tapi beberapa bulan si doski malah semakin nempel. Jadilah saya curhat ke eyangnya dan berakhir dengan penyapihan yang cukup menyakitkan, baik bagi saya ataupun bagi dia.

Waktu itu usia Jundi 23 bulan Masehi (tapi hitungan Hijriyah sepertinya sudah 2 tahun), namun sudah mendekati bulan Ramadhan, saya pengennya Ramadhan kali itu sudah bukan jadi busui lagi. Si eyang langsung mengusulkan agar mas Jundi direlakan untuk menginap saja malam itu di rumah eyang tanpa bunda, dan bundanya yang sudah mulai menyerah pasrah, manut begitu saja. Meski ternyata malamnya saya tetiba melow nangis sesenggukan ke suami, 'Bagaimana Jundi nanti? Apakah tadi benar-benar sesi terakhir saya menyusuinya? Ah tidak!' rasanya justru saya yang belum siap dengan kondisi ini.

Esoknya saya dan suami mengunjungi mas Jundi meski dilarang-larang oleh eyangnya. Dada saya bengkak bukan main, sakit sekali rasanya dengan perubahan drastis ini. Ditambah si eyang mewanti-wanti, 'Jangan diberikan!'. Alhasil saya menolak dia, dan akhirnya dia marah ke saya, lalu dia bahkan tidak mau menyapa saya, aaaak sakit mak!

Sungguh, saya yang kurang sekali ilmunya waktu itu. Saya pun lupa proses detailnya (3,5 tahun yang lalu tapi baru sekarang ditulis), akhirnya entah hari ke berapa saya memberikan dia nenen dengan intensitas sehari sekali dan durasi amat pendek. Lalu entah hari ke berapanya lagi dia minta lagi, saya berikan, namun ternyata air susunya telah kering, dan yah dia marah dan sejak itu dia tidak pernah meminta lagi menyusu.

Ah, kalau diingat-ingat lagi rasanya ingin memeluk Jundi dan meminta maaf lagi atas cerobohnya saya. Beberapa waktu terakhir pernah saya menanyakan tentang hal ini, 'Mas Jundi dulu kenapa kok marah pas gak boleh mimik bunda lagi?'
'Lha emang, mimik bunda itu kan enak, jundi jadi sedih gak boleh mimik bunda,'
Ya Allah nak, maaf ya, udah long long ago tapi dikau masih ingat sensasinya, aih. Lalu kupeluk dia sambil menciuminya, 'Maafin bunda ya nak, kalau sekarang jundi mau mimik bunda lagi?'
'Yek gak mau, mimik bunda kan buat adik, jundi jijik, hi'

Ah, love you my son, 💝.

Agie Botianovi
Bunda Jundi
2 Desember 2017
Dini hari

Jumat, 01 Desember 2017

Melatih Kemandirian (1)

Tantangan kali ini adalah one week one skill. Melatih kemandirian salah satu anak dengan skill yang sama minimal satu pekan untuk melihat konsistensinya.

Dan yes, saya galau. Saya galau harus memilih siapa dari ketiga anak saya untuk saya observasi di tantangan kali ini. Setelah mikir lama akhirnya saya putuskan anak mbarep yang saya observasi.

Untuk pekan ini saya akan melatihkan kemandirian di bidang ketrampilan laundry. Mulai dari mencuci baju, menjemur, hingga melipatnya.

Sebenarnya hal ini juga sudah beberapa kali saya ajarkan di rumah, pun di sekolahnya beberapa waktu lalu juga diajarkan, mulai mencuci, menjemur, hingga menyetrika. Namun, tetap saja dia belum bisa secara mandiri mengerjakan semua sendiri, masih perlu saya ajarkan lagi dan lagi.

Kemarin sudah saya mulai dengan mengajaknya melipat baju (saya penganut aliran no setrika 😁), dulu sudah pernah saya ajarkan melipat kaos dalam yang langkahnya cukup mudah, namun kemarin mulai merambah cara melipat baju atas dan celana. Dan yah, meskipun belum bisa serapi saya tapi dia bisa mengerjakan sendiri, bahkan akan marah jika saya gatal ingin membetulkan pekerjaannya yang belum bisa rapi. Yah, saya harus belajar lagi menurunkan standar kerapian saya. Bagaimanapun ketrampilan ini harus dia miliki meski dia laki-laki.

Love my son, 💝.

#Harike1
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Minggu, 26 November 2017

Lingkaran Cinta

Aku menyebutnya lingkaran cinta, mungkin bukan aku saja tapi juga kamu. Bukankah karena cinta kepada Allah kita dikumpulkan di lingkaran ini? Ah betapa indahnya.

Tiap pekan kita bertemu saling bercerita, berbagi, bertukar pikiran, bukankah ini pelekat hubungan kita saudaraku? Ah, barangkali di luar sana lebih banyak pertemanan yang jauh lebih erat dari hubungan kita, tapi aku yakin persaudaraan kita jauh lebih berharga karena surga sebagai tujuan.

Dari lingkaran ini aku menemukan apa yang tidak pernah kutemukan di tempat lain. Entah, mungkin karena Allah dan Allah, tujuan kita masih tetap hadir meski akhirnya hanya berdua.

Ah sungguh aku mencintai kalian lillah, dari kalian aku menemukan apa arti saudara sesungguhnya, saudara seiman. Persaudaraan ini jauh lebih berharga dari apapun.

Semoga kita dipertemukan di surgaNya kelak.

Agie Botianovi
23 november 2017

Sabtu, 25 November 2017

PERAN HIDUP

Entah, beberapa hari terakhir saya disentil dan diingatkan lagi terus tentang ini, mulai dari bacaan hingga obrolan di grup. Setiap orang punya bakat spesifik masing-masing, sehingga peran hidupnya juga pastilah sesuai bakat masing-masing. Walau sayangnya masih banyak orang yang belum menemukan bakat spesifiknya sehingga peran hidupnya belum sesuai atau bisa juga belum optimal.

Yah saya ngomong gini bukan karena saya sudah benar-benar menemukan bakat spesifik saya, tapi karena saya juga sedang mencarinya. Ada sih beberapa tes penemuan bakat kayak tes sidik jari stiffin atau tes temu bakat Abah Rama, tapi saya belum mencoba. Sudah mencoba hanya pada yang gratisan di temu bakat menemukan st30. Hasilnya langsung ke bidang yang cocok tapi belum detail dan spesifik seperti tm aktivitas. kalau minta ijin tes stiffin ke suami juga selalu berujung pada pertanyaan 'untuk apa?', yah karena memang saya pernah baca kontroversi tentang metode sidik jari ini sih, dan suami cenderung yang tidak mempercayai.

Etapi, setelah tes st30 2kali dengan jarak waktu sekitar 4 bulan, ternyata ada 4 personal branding pada diri saya yang tetap, yang lain ada yang berubah. Dari situ saya percaya bahwa 4 hal itu yang harus saya perkuat lagi sekarang, dan gak salah jika akhirnya saya pilih rumbel menulis dan bisnis online. Walau saya sempat galau, akhirnya saya pilih dari ranah suka dan bisa biar semakin melejitkan potensi, hehehe. Bahasanya tinggi banget dah.

Tapi kesimpulannya, saya sebenarnya pengen bahas tentang peran hidup yang berbeda-beda tadi, jadi jangan ngiri deh dengan pekerjaan temenmu, karena bisa jadi passionmu emang gak disana, tapi passionmu ya di ranah kerjamu sekarang, posisimu saat ini. Tugasnya tinggal bersungguh-sungguh dengan semua yang sedang dikerjakan agar optimal hasilnya. Dan hidup jadi gak sekedar hidup, tapi hidup dengan peran yang optimal.

Tapi, kalau merasa belum cocok dengan passion ya gali terus sih passionmu, bakatmu itu sebenarnya apa. Kalau saya sekarang meyakini diri saya diciptakan untuk bisa menebar manfaat melalui tulisan dan menebar manfaat melalui usaha yang saya rintis dengan suami. Meski keduanya belum optimal tapi bismillah semoga tetap bisa menjalankan misi sebagai khalifah fil ardh.

Agie Botianovi
23 november 2017

Senin, 20 November 2017

Kerudung segiempat

Setelah lama sekali jarang memakai kerudung segiempat 2 hari terakhir saya pakai kerudung segiempat. Pasalnya ada seragam keluarga pakai kerudung segiempat by BOTIA. Seperti gak banget gitu ya, produsen kerudung segiempat tapi malah jarang make' XD. Yah habisnya kalau gak acara formal banget mah pakai segiempat bakal rempong ditarik-tarik krucil :D *alesan*.

Jadi gini ya, tiba-tiba saat tadi membetulkan kerudung segiempat yang saya pakai perjalanan ke sidoarjo, ingatan saya meloncat saat jaman saya mematut diri di depan kaca menata kerudung segiempat saya dengan seberendel peniti agar kerudung segiempat saya tetap rapi. Saya teringat saat-saat masih kuliah dulu, ah betapa hampir tiap hari saya bisa telaten memakai segiempat yang cukup rempong. Sekali pakai minimal kalau dulu sedia 4 peniti, satu dagu dan 3 yang lain untuk menjaga agar kerudung rapi di bagian depan. Hooh, memakai kerudung segiempat lebar memang cukup rempong, dan gak bisa slup gitu aja layaknya memakai kerudung instan.

Aish, saya jadi berkhayal, andaikan dulu sewaktu kuliah sudah ada BOTIA, tentu saya tidak perlu rempong mencari toko 'khusus' yang menjual kerudung segiempat tebal dan lebar. Dulu langka sekali, hanya beberapa toko yang menjual, dan sering juga nunggu ada pameran buku baru bisa beli kerudung baru. Kalau diingat-ingat rasanya ingin mengulang masa-masa perjuangan dulu, dimana kerudung lebar masih jadi hal yang asing bagi sebagian orang. Masih ingat rasanya pertama kali memutuskan memakai kerudung lebar saya 'merasa' jadi bahan tontonan ketika naik angkot, apalagi ada kaos kaki yang membungkus kaki saya :D.

Namun di saat sekarang saya bersyukur ketika kerudung lebar bukan lagi menjadi hal asing di tengah masyarakat, namun justru menjadi semacam tren, alhamdulillah. Saat ini pun sudah banyak sekali produsen-produsen kerudung lebar baik segiempat ataupun instan, begitu mudah mencari dimana-mana baik offline ataupun online. Mungkin kemudahan ini pula yang membuat saya jadi 'malas' memakai segiempat, karena yang instan lebar melambai-lambai lebih menarik hati untuk saya pakai. Kalau dulu jarang sekali ada penjual kerudung instan lebar, ada juga beberapa merk saja dengan pilihan model itu-itu saja. Nah sekarang? Modelnya banyak bingits.

Ah sudahlah sekian curcol saya malam ini, dengan tulisan ini saya bertekad ingin lebih rajin menggunakan kerudung segiempat lagi biar kelihatan pakai produk sendiri, hahaha. Walau kerudung segiempat saya sudah tinggal 1-2biji saja, yang puluhan lembar lainnya sudah saya hibahkan ketika saya berpikir bakal gak pernah saya pakai lagi, ah jadi kangen sama kerudung segiempatku dulu dengan segala kenangannya, semoga dimanapun mereka berada sekarang tetap bisa menutup aurat wanita.

Agie Botianovi
20 November 2017
23.43

Kamis, 16 November 2017

Komunikasi Produktif #15

Memiliki anak kembar bagi saya adalah tantangan, apalagi mengurusnya sendirian, tanpa ART atau bahkan orang tua atau mertua. Perjuangan dari hamil hingga mereka usia 2tahun sekarang bagi saya cukup membuat upgrading diri saya sendiri.

Salah satu tantangan memiliki anak kembar adalah memainkan emosi diri saya sendiri, ada kalanya mereka akur sekali, namun tidak jarang mereka menjadi 'musuh' yang berebut entah apa atau berseberangan keinginan. Ada juga di saat si A sangat gembira tertawa tapi si B justru menangis sedih, lalu saya harus memainkan emosi yang mana?

Maka dengan diawali komunikasi produktif pada diri sendiri saya merubah masalah tersebut menjadi tantangan yang sangat menarik. Dengan berbicara pada diri sendiri saya cukup bisa memainkan emosi saya saat menghadapi mereka berdua.

Seringkali meski sudah dibelikan barang yang sama persis mereka tetap mau barang yang satu. Apalagi si adik suka sekali menginginkan barang yang dipegang kakaknya, kalau sudah case seperti ini biasanya rumah akan cukup gaduh. Lalu saya akan menengahi, "Sebentar ya mbak Fasya, ini kan sama saja dengan yang dipegang mbak Fara, ini milik Fasya" saya lakukan dengan merendahkan tubuh agar posisi mata sejajar (keep eye contact). Fasya menggeleng keras dan tetap menunjuk yang dipegang Fara. Oke, "Mbak Fara, adik boleh tukar? Mbak Fara yang ini ya," Dan alhamdulillah Fara mau mengalah dan langsung memberikan mainan yang dia pegang. Unch unch unch, kalau sudah begini meleleh saya melihat kedewasaan Fara, tak hanya sekali dua kali, namun seringkali Fara lah yang mengalah, meski pada case yang lain dia juga tidak mau mengalah, maka saya yang harus memutar otak mencari jalan keluar. Walau kadang Fasya juga mau mengalah memberikan barang yang dipegangnya, alhamdulillah.

Menjadi ibu itu bukan masalah, tapi tantangan yang sangat menarik!

#harike15
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Rabu, 15 November 2017

Komunikasi Produktif #14

Jadi ceritanya kemarin malam lagi-lagi 3krucil tidur di rumah eyangnya, jadilah saya berduaan lagi dengan ayahnya, haha. Nonton? Jalan-jalan? Dinner berdua? Gak semua!

Begitu dari rumah eyang kami langsung pulang, mampir toko buah sebentar sih beli mangga dan rambutan 😁. Sampek rumah makan buah bentaran, lalu sibuk dengan dunia masing-masing. Iyes, kami ingin menikmati me time kami masing-masing 😀.

Saya masuk kamar belakang dengan lampu kamar nyala, karena saya ingin baca buku, lalu suami masuk kamar depan dengan lampu mati, dia menonton film kesukaannya yang bagi saya 'horor'. Lalu tenggelamlah kami dalam aktivitas masing-masing hingga lelap di kamar masing-masing.

Sebelum masuk kamar masing-masing kami sudah melakukan komunikasi terlebih dahulu untuk clear and clarify apa yang ingin kami lakukan agar tidak ada yang salah paham. Kami membiasakan jika akan melakukan sesuatu kami ijin dulu kepada pasangan. Apapun perlu dikomunikasikan, karena menurut cemilan tadi pagi di kelas bunsay "Mitra yang terbaik adalah mitra yang terbalik". Iya, karena kami adalah makhluk yang berbeda, maka dengan komunikasi produktif ini hubungan saya dengan suami menjadi semakin harmonis. Alhamdulillah 😊.

Kini saatnya menagih suami untuk menulis surat cinta tugas dari sekolah Jundi, surat cinta ayah untuk bunda. Huahaha, gurunya tau aja saya lama gak dibikinin tulisan sama suami 😂.

#harike14
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Selasa, 14 November 2017

Komunikasi Produktif #13

Sebelum proses menyapih, salah satu hal yang saya siapkan adalah botol minuman baru. Alhasil saya sudah menyiapkan 3 botol kecil baru karena mas Jundi sudah pasti harus dibelikan juga.

Melihat Fara dan Fasya sudah terampil dan mandiri membuka botol lalu meminum air putih yang ada di dalamnya dilanjut menutup lagi dengan rapat membuat hati saya tiba-tiba meleleh, masyaallah. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, rasanya baru kemarin saya berkeringat belajar tandem nursing 2 bayi merah. Sekarang mereka sudah 2tahun lebih, dan dengan dewasanya mereka minum air putih sendiri dari botolnya.

"Masyaallah Fasya pinter sekali bisa minum air putih sendiri, Fasya hebat ya, Fasya sudah 2tahun dan sudah gak mimik bunda lagi, bunda sayang sama Fasya" begitu pun kepada Fara. Saya berusaha mempraktekkan salah satu kaidah komunikasi produktif kepada anak, jelas dalam memberikan pujian, dan tetap menjaga intonasi dan bahasa tubuh.

#harike13
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Senin, 13 November 2017

Komunikasi Produktif (Lomba mewarna)

Kemarin ada acara parenting dan taklim di sekolah Jundi, namun diadakan di rumah salah satu walisantri. Pada acara kali ini sekaligus diadakan juga lomba mewarnai mamamia, kerjasama bunda dan anaknya.

Awalnya saya pikir yang dimaksud mamamia bunda boleh ikut menbantu mewarnai, namun ternyata sebelum lomba dimulai dijelaskan bahwa bunda hanya boleh membantu memberikan saran warna yang akan dipakai di masing-masing gambar. Saya clarify hal tersebut ke mas Jundi, "Bunda gak boleh bantu mewarna lho ya, bunda cuma bantu pilihkan warna".

Lalu dimulailah lomba, saya memberikan saran warna yang akan dipakai di tiap bagian, namun dalam memberikan saran saya tidak memaksakan, saya cenderung memberikan opsi, "Bagaimana kalau bunganya warna pink? Mau yang mana?". Saya memberikan pilihan sambil mengeluarkan warna-warna yang dimaksud dari kotak pensil warna. Saya mencoba menggunakan salah satu kaidah komunikasi produktif yakni mengganti kata perintah dengan pilihan.

Melihat salah satu teman perempuan Jundi yang ada di kiri Jundi, aih bagus sekali pewarnaannya, beberapa menggunakan teknik gradasi warna, Jundi boro-boro 😅. Namun saya lihat ibunya memang beberapa kali turut membantu mewarnakan, ya sesuailah 😁.

Jundipun mengerjakan dengan semangat dan terkesan tergesa-gesa, "Nak, mewarnanya pelan-pelan saja biar bagus, nanti jadi jembret-jembret"

"Jundi pengen cepet selesai bunda, Jundi pengen menang"

"Oh ya? Jundi ingin dapat hadiah?"

"Iya, Jundi pengen menang terus dapat hadiah"

Hiks, jujur nak Bunda gak ada harapan dengan hasil pewarnaanmu jika melihat milik teman-temanmu, tapi Bunda salut dengan semangatmu, dan bagi Bunda milik Jundi bagus sekali hasilnya, karena semua Jundi sendiri yang mengerjakan. Bahkan ketika saya coba bantu mewarna bagian kecil yang sedikit saja, saya dilarang Jundi 😅. "Bunda gak boleh, Bunda cuma bantu ambilkan warna".

Lalu tibalah saat pengumuman pemenang, "Dan, saya pilih milik mas Jundi jadi juara 1 kelas Hamzah" 😱 saya langsung shock tidak menyangka. Lalu gurunya menjelaskan, "Milik mas Jundi memang tidak lebih baik hasilnya dari yang lain, namun terlihat dari goresannya mas Jundi mengerjakan sendiri semua" saya lupa detail kalimatnya, tapi kurang lebih seperti itu.

Barakallah anak sholih, bangunlah terus percaya dirimu nak, kamu pasti bisa.

#harike12
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Minggu, 12 November 2017

Komunikasi Produktif #11 (Menyapih si kembar)

Akhirnya saya kalah. Akhirnya saya kalah dari harapan bisa menyapih si kembar dengan cinta. Tantangan menyapih 2 anak sekaligus bagi saya cukup berat. Ketika satu bayi bisa menerima sounding dan bisa dialihkan maka belum tentu itu juga berlaku untuk bayi kedua. Maka ketika bayi pertama akhirnya melihat bayi kedua menyusu, runtuhlah pertahanan bayi pertama, ikut menyusu.

Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. ... Apa-bila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Al-Baqarah 233

Akhirnya cara inilah yang kami tempuh, si kembar sudah 2 hari ini menginap di rumah eyangnya, terhitung sejak jumat malam. Sabtu siang saya tetap mengunjungi mereka, dan saya pikir cara komunikasi saya saat ini jauh lebih baik daripada ketika penyapihan mas Jundi dahulu.

Dahulu, mas Jundi juga saya sapih dengan cara serupa, tapi ketika kunjungan hari pertama saya, saya yang masih kurang ilmu menolak permintaannya untuk menyusu, alhasil saya bagaikan dimusuhi olehnya, dia tidak mau dekat dengan saya. Yah meski akhirnya menyusu juga hingga ASI saya benar-benar kering (setelah bengkak parah), lalu dia marah karena tidak ada air susu keluar.

Kesiapan mental pun saya rasa saat penyapihan si kembar ini jauh lebih matang, jauh-jauh hari saya sudah memberi sounding mereka akan penyapihan ini, dan saya sendiri sudah berencana tetap menyusui di hari pertama setelah menginap. Alhasil mental saya pun lebih kuat saat ini, tidak ada melo-melo seperti saat Jundi dulu yang kurang persiapan.

Saya datang, mereka tidur, lama saya menunggu hingga akhirnya Fasya duluan yang terbangun. Fasya langsung meminta gendong saya, memang menurut eyangnya Fasya ini yang sedikit rewel daripada Fara saat malam pertama menginap. Setiap sounding saya lakukan pun Fasya selalu mewek seperti tidak rela, berbeda dengan Fara yang dengan tegas mengangguk.

Fasya merajuk membuka-buka kerudung yang menutup dada sambil meracau tak jelas, saya berikan pengertian, "Mbak Fasya kangen bunda ya, sini bunda peluk, bunda juga kangen sama mbak Fasya, bunda sayang sama Fasya" saya cium dia di beberapa bagian wajah, hingga beberapa waktu tak mau lepas dari saya, dan akhirnya saya berikan apa yang dari tadi ia inginkan, menyusu. Namun ternyata tak sampai semenit dia lepas, dan dia pun ceria, selesai, lanjut bermain.

Berbeda dengan Fara, dia sama sekali tak merajuk untuk menyusu, tapi dia ingin saya peluk, saya gendong, dan tak mau jauh dari saya. Ingin rasanya saya menawarkan menyusu, tapi saya ingat kaidah menyapih, tidak menawari dan tidak pula menolak. Sempat dia memegang, lalu urung, "Fara kangen ya, sini bunda peluk, bunda sayang sama Fara" saya ciumi dia, ah saya pun rindu.

Hingga saya menulis ini, mereka tidak lagi meminta menyusu padahal saya ada di dekat mereka. Saya pikir anak bayi hanya takut kehilangan pelukan ibunya ketika harus disapih.

Alhamdulillah dengan komunikasi produktif dan positif dengan anak proses ini saya rasa menjadi lebih menyenangkan, saya terima perasaan anak, dan saya berusaha untuk tetap berkomunikasi non verbal.

#harike11
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Sabtu, 11 November 2017

Komunikasi Produktif #10

Ah entah mimpi apa saya semalam bisa ngedate sama manusia ganteng tanpa bingung 3 anak 😂. Alhamdulillah setelah sekian tahun gak pernah jalan ke mall berdua akhirnya semalam keturutan, yeay 😍.

Sampai mall kami langsung menuju cinemaxxi, pengen sih nonton berdua, kayaknya sudah 3tahunan yang lalu terakhir nonton di bioskop, kuper banget yak 😂. Eits, tapi lebih kuper lagi kalo gak pernah ikut kajian ilmu sih, alhamdulillah bisa tetap rutin 😍. Lihat jadwal film yang tayang kami sempat berpikir lama, berdiskusi. Kalau film yang sesuai selera saya dan dia masih bisa 'lihat' juga sih pilihannya cuma Hujan Bulan Juni (doski malah udah kelar baca novelnya, gue belum 😅), tapi tayangnya jam 9 malem, bakal pulang tengah malem kalo ambil itu. Sedang waktu masih menunjukkan pukul 7 malam, masih lama lagi.

Lihat jadwal lagi yang cocok hanya 'Thor Ragnarok', OMG film apaan itu, itu mah emang jenis-jenis 'filmnya' suami, tapi saya? 😴 Namun alhamdulillah 6tahun bersama ternyata membuat dia tak memaksakan kehendak, "Ah tapi kalau nonton itu nanti Bunda tidur lagi" uhuy 😍. Makasih cinta atas pengertianmu.

Akhirnya saya minta makan di foodcourt, lalu jalan-jalan carikan baju krucil lanjut cuci mata ke tokbuk, iya cuci mata doang, karena tumpukan buku yang sudah dibeli tapi belum dibaca sudah banyak sekali 😅. Alhamdulillah komunikasi produktif antar pasangan membuat hubungan kami semakin erat, tidak ada pemaksaan sudut pandang, yang ada saling menerima dan memahami perbedaan.

#harike10
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Jumat, 10 November 2017

Komunikasi Produktif #9

Hari Rabu lalu dapat cemilan dari Bu Fasil yang renyah sekali. Sebuah artikel yang semakin mendukung kaidah komunikasi produktif kepada anak. Salah satu hal yang ingin saya bahas adalah point 'fokus orang tua hanya pada anak'.

Saya jadi teringat materi pertama di kelas matrikulasi dahulu, saat ini banyak orang terkena sindrom FOMO (Fear of Missing Out) ketakutan saat ketinggalan sebuah berita saja, sehingga selalu haus untuk scroll dan scroll linimasa medsosnya. Atau bahkan justru NOMOFOBIA yang sindromnya justru lebih berbahaya, karena gejalanya takut berlebihan saat sebentar saja tidak memegang smartphone nya. Horor ya, tapi kenyataannya saat ini banyak sekali yang mengidap penyakit ini, bahkan saat mendampingi atau berkomunikasi dengan anak.

Kegiatan nyambi megang HP ini bagi saya sendiri adalah kegiatan yang terkadang juga saya lakukan saat mendampingi buah hati. Saat ada hal-hal urgen yang tidak bisa ditunda atau saat anak-anak dalam kondisi sibuk dengan mainannya dan sedang tidak ingin 'dibantu'. Biasanya saya juga ijin terlebih dahulu, 'Sebentar ya nak, bunda jawab pesan ya' atau 'Sebentar ya nak, bunda sambil baca dulu'. Namun dalam kondisi anak minta perhatian menaruh HP bagi saya adalah wajib, apalagi saat membacakan buku atau bermain yang membutuhkan saya di dalamnya.

Dulu, saat saya masih minim ilmu, saya belum bisa mengatur 'gagdet time' dengan baik, alhasil kadang sibuk dengan HP saat mendampingi anak. Efek sampingnya, tak jarang nalar menjadi pendek dan emosi tinggi, anak yang kena imbasnya. Namun alhamdulillah sekarang saya sadar, ketika saya ketinggalan berita atau istilah kerennya 'kudate', hal tersebut tidak akan merubah drastis kehidupan saya. Cukup memilih mana yang prioritas untuk dibaca dan mana yang bukan, karena fokus pada pekerjaan lain yang lebih produktif bagi saya lebih penting daripada sekedar update berita.

Alhamdulillah saat mendampingi anak tidak memegang HP membuat komunikasi kami lebih produktif dan bonding kami lebih kuat.

#harike9
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Kamis, 09 November 2017

Komunikasi Produktif #8

Dalam berkomunikasi bahasa tubuh memegang peranan 53% untuk tersampaikannya pesan yang dibawa agar tidak sampai terjadi kesalahpahaman. Dalam mengajarkan bahasa tubuh ke anak-anak ternyata saya cukup terbantu dengan buku dari Rabbithole yang berjudul Hmmm... . Di dalam buku tersebut ada banyak jenis emosi yang tergambar pula melalui kejadian dan ekspresi muka atau bahasa tubuh si aku. Mulai dari ekspresi terkejut, jijik, takut, marah, sedih, hingga senang.

Ketiga anak saya beberapa hari terakhir minta ulang kali saya bacakan buku tersebut, tiap kali ada contoh ekspresi saya juga menirukan ekspresi tersebut dengan total sehingga anak-anak paham perbedaan masing-masing bentuk bahasa tubuh. Setelah saya contohkan, biasanya anak-anak juga saya suruh menirukan ekspresi tersebut. Lucu sekali ekspresi mereka saat menirukan, apalagi ekspresi si kembar yang baru 2 tahun.

Mengajarkan bahasa tubuh seperti ini menurut saya bisa melatih anak agar lebih bisa membedakan bahasa tubuh orang lain. Pun bisa menjadi lebih peka terhadap bahasa tubuh orang lain.

#harike8
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Rabu, 08 November 2017

Komunikasi Produktif #7

Saya dan suami bisa dibilang sama-sama suka baca buku. Dulu saat awal menikah ternyata banyak koleksi bukunya dan bukuku sama, sehingga kami memilih menyumbangkan koleksi yang sama tersebut ke perpustakaan milik teman. Membaca bagi saya adalah hal yang menyenangkan, saya bisa tahu banyak sekali hal baru dari membaca. Maka untuk anak-anak, kamipun ingin membiasakan mereka membaca sejak dini.

Saat Jundi masih bayi, pertama kali saya belikan buku adalah buku teether, sayang akhirnya harus terjatuh dan hilang saat kami mengajaknya jalan-jalan ke toko kain, karena dia suka dengan buku tersebut jadi dibawa kemana-mana. Berikutnya saya mulai membelikan buku bantal, dan alhamdulillah responnya juga cukup baik. Hingga saat ini usia Jundi sudah 5tahun alhamdulillah koleksi bukunya sudah semakin banyak walau ada beberapa yang hilang atau sobek sehingga sudah tidak bisa dibaca.

Beberapa waktu lalu suami saya tiba-tiba berpesan, "Sepertinya anak-anak dibelikan buku semacam ensiklopedia aja". Saya yang lihat ada promo sebuah ensiklopedia tidak berdiskusi dengannya dulu langsung main pesan, akibat terkena bujuk rayu covert selling bu penjual juga, katanya laku ratusan pcs hanya dalam hitungan 1 pekan, wow!

Begitu buku datang si anak langsung antusias, dan saya belum baca semua halamannya, tapi si bapak udah baca duluan, dan tibalah percakapan itu, "Ini buku terbitan apa?" tanya bapak.

"Hm? Gak tau, belum lihat" jawab saya polos, ah betapa teledornya saya kali ini.

"Lihat isinya ada A, B, C, D"

"Oya?" saya mendelikkan mata, shock karena sudah melakukan kesalahan. Saya coba membuka halaman-halaman yang dimaksud, ya benar, beberapa ada yang kurang sesuai dengan nilai di keluarga kami. Ah cerobohnya aku!

Akupun langsung terpikir untuk menjualnya, apalagi kondisi masih baru kemarin dibuka, namun saat aku ijin kepada Jundi ternyata dia tidak mengijinkan 😢. Bismillah buku ini masih aman jika dengan pendampingan.

"Gapapa yah insyaallah masih aman yang penting kita harus bisa menjelaskan ke anak-anak"

"Iya, anak-anak harus didampingi, lain kali Bunda harus lebih teliti lagi ya kalau membelikan buku anak-anak, lihat penerbitnya, "

"Iya yah, Bunda minta maaf ya, lain kali Bunda akan lebih hati-hati"

Alhamdulillah clear. Kaidah yang saya tekankan di cerita di atas adalah kaidah komunikasi produktif dengan pasangan : clear and clarify dan I'm responsible for my communication results. Dan tentunya harus tetap choose the right time dan keep eye contacts.

Karena anak-anak itu adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya ayah saja atau ibu saja. Semua yang kita lakukan hari ini akan dipertanggung jawabkan kelak, sudahkah memenuhi hak anak? Jangan sampai hanya karena ego pribadi anak jadi terabaikan dan kurang terpenuhi haknya.


#harike7
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Selasa, 07 November 2017

Komunikasi Produktif #6

Senin dini hari,

Mas Jundi tiba-tiba menangis mengeluhkan kaki dan tangannya gatal, sakit katanya. Berjeritan dia mengeluhkan keadaan dirinya. Entah digigit nyamuk entah semut entah apa, tapi memang di dada, kaki, tangannya terlihat merah-merah dan terdapat luka bekas gigitan.

Kami sekeluarga memang sedang menginap di rumah mertua, alias rumah orang tua suami. Rumah ibu mertua ada di Kabupaten Pasuruan, di sebuah daerah dengan cuaca yang cenderung jauh lebih panas dibanding Malang dan tentunya dengan pelengkap 'nyamuk' yang lebih wah banyaknya. Waktu saya tanyakan kepada suami mengapa daerah panas itu cenderung lebih banyak nyamuknya? Jawab suami karena nyamuk gak suka dingin 😅. Tapi memang kolerasi tersebut ada benarnya sih, jika saya menginap di Pasuruan saat cuaca lebih dingin dari biasanya maka nyamukpun tidak seheboh biasanya. Yang lebih tau tolong dikoreksi ya 😁.

Balik ke cerita mas Jundi, dia tak henti-hentinya menangis menjerit-jerit. Saya dan suami rasanya juga sangat mengantuk karena baru saja satu jaman sebelumnya si kembar baru bisa tertidur, karena udara sangat panas dibanding Malang, jadi si kembar susah mengawali tidurnya. Dalam kondisi yang kurang terkendali suami mulai emosi, begitu juga saya, nalar yang pendek menyulut emosi yang tinggi 😭. Awalnya kami berusaha menuruti, dioleskan minyak tawon ke seluruh bagian yang dia keluhkan sambil terus digosok untuk mengurangi gatalnya, tapi ternyata belum bisa mengurangi tangisan Jundi yang memecah keheningan malam.

"Diam mas Jundi diam, ini sudah tengah malam, banyak anak kecil disini, nanti mengganggu yang lain" saya terus berusaha mengaplikasikan komunikasi produktif, mengatakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan. Jadi disini saya mengganti kata 'jangan nangis' menjadi 'diam'.

Tapi sayang mas Jundi tetap menangis menjerit hingga kami pun hilang kendali untuk tetap menjaga intonasi suara dan tetap ramah. Hingga akhirnya saya berinisiatif memandikan mas Jundi tengah malam. Sedari Jundi masih berumur sekitar 2tahun ketika dia menangis tak terkendali maka solusi terakhir adalah memandikannya atau menuntunnya berwudhu. Saya berpegang pada hadits tentang anjuran berwudhu ketika marah.

Dari Athiyyah as-Sa’di Radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah bersabda:
Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu.(HR. Abu Daud, no. 4784. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

Setelah mandi, dia langsung diam? Tidak! Saya pakaikan dia baju lalu dioleskan lagi minyak-minyak pereda gatal. Saya berusaha waras, "Diam ya mas Jundi, diam nak," lalu kami berikan dia minum. Beberapa saat kemudian alhamdulillah mulai tenang dan dia tertidur, barangkali kecapekan juga setelah menangis menjerit selama kurang lebih 1 jam. Ah!

#harike6
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Senin, 06 November 2017

Komunikasi Produktif #5

Kemarin saya sukses mewek terharu dan beberapa kali meneteskan air mata yang saya tahan-tahan karena saya lihat kiri kanan depan belakang gak ada ibu-ibu yang cengeng seperti saya. Entahlah, saat acara haflah level 2 Raudhatul Qur'an Jundi kemarin beberapa kali ada getar yang tertahan di dalam hati lalu membuat mata saya sukses mengembun. Ada rasa haru yang entah, luluh melihat para pejuang cilik al-qur'an yang termasuk di dalamnya anak saya sendiri.

Alhamdulillah Allah mudahkan mas Jundi menyelesaikan hafalan juz 29 nya meski beberapa surat nilainya jayyid dan jayyid jiddan, mumtaz hanya 3 dari 10 surat di juz 29. Hal ini tentu sangat jauh dengan pencapaiannya saat menghafal juz 30 yang kesemua surat mendapat nilai mumtaz. Bagi saya itu sama sekali tak masalah, karena dalam kondisi sekarang saja saya merasa bahwa hasilnya sangat jauh lebih baik dari usaha yang sudah saya lakukan. Saya merasa sendiri bahwa di level 2 ini saya sering kendor dan luluh dengan rengekan Jundi yang sangat sering meminta ijin tidak berangkat hanya karena malas atau kecapekan. Saya pun kurang konsisten dalam memurajaah serta mentasmi hafalannya di rumah. Tapi ternyata Allah tetap membuat anak saya bisa lulus dari level ini 😭.

Beberapa hari sebelum haflah saya meragukan, apakah Jundi juga lulus sehingga ikut haflah?  Sedang level 2 ini semua santri harus sudah lancar ummi 4, sedang Jundi masih jauh. Namun ternyata menurut ustadzahnya Jundi lulus dan bisa mengejar bacaannya di level 3, surat al-baqarah (tantangan semakin berat karena emaknya belum hafal).

Sebelum berangkat haflah, saya sampaikan kepada sosok berpakaian putih-putih itu, "Alhamdulillah bunda bangga nak, Jundi anak hebat, jundi anak shalih, alhamdulillah Jundi bisa menyelesaikan hafalan juz 29" lalu saya kecup pipinya yang semakin hari semakin gelap karena sering bermain di bawah terik siang. Saya lakukan pujian sesuai kaidah komunikasi produktif kepada anak-anak yang salah satunya adalah jelas dalam melakukan pujian atau kritikan, tak sekedar bilang hebat atau pintar, tapi kita harus menunjukkan hebat karena apa yang sudah dia lakukan.

#harike5
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Minggu, 05 November 2017

Komunikasi Produktif #4

Jadi ternyata menurut Albert Mehrabian suara yang keluar saat kita berkomunikasi itu cuma berpengaruh 7% terhadap lawan bicara, sedang sisanya 38% adalah intonasi dan 55% bahasa tubuh. Dan kalau saya amati memang begitu adanya, terkadang chatting ponsel yang hanya text bisa multitafsir karena kita gak tau benar bagaimana intonasi dan mimik wajah si pembawa pesan (ya walau banyaknya emoticon cukup memudahkan untuk membayangkan ekspresi si pembawa pesan), maka untuk hal-hal sensitif memang sebaiknya dibicarakan dengan tatap muka, offline.

Begitu pula dengan komunikasi dengan anak-anak, salah satu kaidah komunikasi produktif dengan anak-anak adalah dengan mengendalikan intonasi bicara. Dan ternyata permainan intonasi serta bahasa tubuh ini saya praktekkan dalam membacakan buku ke putri kembar saya membuat beberapa hari terakhir ini efektif mereka duduk anteng mendengarkan sambil ikut melihat buku yang dibaca. Dan yang amaze beberapa kali mereka bisa anteng hingga selesai beberapa buku, padahal rentang konsentrasi mereka masih sangat rendah di usianya yang masih 2 tahun. Amaze banget kan ya, alhamdulillah.

Tentang intonasi dan bahasa tubuh ini, saya juga ingin bercerita tentang kejadian hari kemarin saat saya dan anak-anak saya ajak antar kain ke penjahit. Dalam kondisi jalanan cukup macet, kursi mobil agak sempit karena ada beberapa gulung kain menumpuk, apalagi udara cukup panas (mas Jundi gak pernah mau kalau AC dinyalakan, katanya bikin dia muntah 😓), sip banget kondisinya bikin krucil 'rame'. Si Jundi yang bosan malah sibuk mencari cara menggoda adiknya (eh dia sampai duduk di bagasi juga lho 😅). Dan lucunya si Fasya yang digodain marah dengan ngomel-ngomel gak jelas apa isi kalimatnya, tapi dengan intonasi marah serta mimik wajah marah siapapun akan tau kalau dia sedang marah, jadi memang terbukti text yang 7% tadi kadang gak terlalu penting jika mimik dan bahasa tubuh lebih berbicara. Tapi memang begitulah kebiasaan Zalfasya belakangan yang kosa katanya sedikit tertinggal dari saudara kembarnya Faradilah.

Lalu pertanyaannya adalah saya, bagaimana saya dalam kondisi seperti itu tadi, anak tengkar gak jelas, jalanan macet ditambah udara yang cukup hot. Kondisi ini tentu membuat orang lebih mudah tersulut emosi, maka yang saya lakukan adalah mengingatkan dengan tegas tapi tetap ramah dan menjaga intonasi. Ah, komunikasi produktif memang harus banyak dilatih!

#hari4
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Sabtu, 04 November 2017

Komunikasi Produktif #3

Mas Jundi lagi-lagi kemarin hectic dulu sebelum berangkat sekolah, pasalnya dia kurang berhati-hati saat berkumur seusai sikat gigi hingga berdarah banyak sekali. Jadi dia suka berkumur dengan cara mulut langsung mengambil air dari kran, naasnya kemarin kran sampai melukai gusi bagian atasnya, sehingga timbul luka yang saya lihat cukup dalam.

Dalam kondisi masih memakai handuk belum berganti baju dia teriak-teriak menangis kesakitan, dan darah terlihat mengucur deras dari gusinya. Saya berusaha untuk tetap tenang tidak panik, berpikir waras, karena nalar yang panjang maka akan sedikit emosi, sedang nalar pendek akan menghasilkan banyak emosi.

"Iya sebentar, sabar ya, coba bunda bersihkan dan bunda kasih minyak zaitun. Lain kali hati-hati ya, kumur pakai gayung saja" saya berusaha fokus pada solusi, bukan pada masalah, sesuai kaidah komunikasi produktif dengan anak-anak.

Mas Jundi pun tetap menangis dan mencoba membela diri, "Tadi kan air di gayung kotor ada sabunnya, jadi Jundi langsung ke kran,"

"Iya, lain kali kan bisa minta bunda ganti airnya, mas Jundi biasanya kan memang suka kumur langsung dari kran, " sambil terus berusaha menjaga intonasi saya jelaskan, dan darah alhamdulillah sudah bersih tinggal beberapa kali lagi diberi minyak zaitun pada luka.

Lalu tangispun reda, baju seragam telah terpakai dan mas Jundi siap berangkat sekolah. Love you my son, ajari bunda untuk selalu berlatih agar komunikasi di antara kita semakin produktif.

#hari3
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Jumat, 03 November 2017

Komunikasi produktif #2

Kemarin, seperti biasa, pulang sekolah mas Jundi sampai rumah maunya main dulu. Belum ganti baju, pipis dan cuci kaki dia selalu sudah sibuk dengan 'sesuatu'. Beberapa kali saya ingatkan, "Ayo mas Jundi pipis dulu, ganti baju, baru boleh main, trus maem, tidur, nanti ngaji". Namun dia masih saja sibuk dengan 'mainan' dia seolah tidak mendengar apa yang saya katakan.

Dan saya pun baru teringat materi tentang komunikasi produktif yang baru saya dapatkan di kelas Bunda Sayang, (masih belum merasuk nih jadi masih suka lupa, memang harus terus 3L, latih latih latih) yaitu cara berkomunikasi dengan anak-anak. Salah satunya adalah dengan KISS (keep information short & simple). Ah ya, saya harus mengubah kalimat yang bertubi-tubi menjadi kalimat sederhana pada tindakan yang harus dia lakukan pertama kali.
"Mas Jundi, ayo ganti baju dulu" dengan intonasi yang diatur dan diusap punggungnya. Dan ya, dia manut, baru saya lanjut perintah berikutnya. Ah, betapa indahnya jika telah terbiasa berkomunikasi produktif. Harus banyak Latih, Latih, Latih.

#hari2
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Kamis, 02 November 2017

Komunikasi Produktif #1

Saya dan suami tak hanya pasangan hidup berumah tangga, tapi juga partner kerja karena kami membangun usaha bersama sejak 5 bulan usia pernikahan. Dalam berkomunikasi, selain membicarakan tentang 'kami' dan anak-anak, tentunya kami juga membicarakan mengenai usaha kami berdua.

Dalam komunikasi tentang usaha kami, biasanya kami berusaha untuk clear dan clarify agar saling memahami apa yang masing-masing dari kami maksudkan demi berjalannya usaha kami. Terkadang komunikasi juga terjalin lewat percakapan ponsel ketika ada diskusi-diskusi saat kami tidak sedang bersama. Namun ketika bersama, dalam berkomunikasi berusaha untuk kontak mata, selain intonasi dan bahasa tubuh juga harus 'berbicara' untuk menyamakan persepsi.

Dengan latar belakang yang berbeda, tentu kami berdua memilki FoR dan FoE yang berbeda. Suami dengan pengalaman menjadi karyawan perusahaan, dan saya yang masih unyu-unyu ini belum pernah sama sekali menjadi karyawan orang lain. Sejak lulus kuliah saya langsung menjadi karyawan dari suami saya sendiri. Jadi sedikit banyak saya harus mendengar dari suami bagaimana pengalaman bekerja dia dahulu. Kadang saya sendiri bisa mewek ketika 'ditegur' atasan (suami). Dan inilah proses belajar kami membangun komunikasi produktif di keluarga kami.

Forum keluarga tidak hanya membicarakan masalah 'keluarga' tapi juga masalah 'usaha' yang kami rintis berdua tentu dengan penempatan waktu yang pada tempatnya.

#hari1
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Rabu, 25 Oktober 2017

2 tahun lalu

Tak terasa ternyata sudah 2 tahun berlalu ketika pertama kalinya aku menyusui bayi kembarku berbarengan, walau akhirnya si adek tidak sampai bertemu putingku karena aku yang sudah sangat kelelahan usai melahirkan mereka. Bahkan si kakak baru bertemu di menit ke 50 sejak kelahirannya di dunia, waktu yang cukup lama, namun menurutku dia bayi yang sangat pintar bisa menemukan puting sendiri. Amazing bukan bayi baru lahir hanya ditaruh di dada ibunya lalu bisa menemukan sendiri puting ibunya? Tanpa ada yang membantunya, bahkan saya, karena saya fokus ke bayi kedua yang belum juga lahir.

Ya, barangkali hanya aku yang aneh karena tidak bisa menikmati proses IMD yang katanya begitu amazing itu, begitu membuncahkan rasa cinta karena persentuhan kulit bayi dan ibu pertama kalinya. Aku tidak bisa fokus menikmatinya karena aku harus disuntik oksitoksin di paha dan diinfus untuk menyalurkan oksitoksin pula, bahkan aku harus mereguk kopi pahit agar tetap sadar sedang di hidungku dipasang selang oksigen. Tanganku gemetar memegang bayi merah 2,5kg yang akhirnya memilih puting kananku sebagai sumber makanan pertamanya, padahal di awal dia diletakkan di tengah, tapi dia memilih kanan dan menyisakan kiri untuk adiknya. Ah manisnya bayiku. Bahkan bayi ini keluar dengan begitu lembut hingga tak menimbulkan robekan perineum.

Amazingnya lagi, tepat saat bayi pertama menemukan puting aku merasakan kontraksi kedua yang ditunggu-tunggu dari bayi sungsang di perutku. Iya, alhamdulillah bayi kedua lahir dengan posisi kaki dahulu yang keluar dari jalan lahir, dengan kantung ketuban yang masih utuh membungkusnya, ah cantiknya bayi kecilku. Alhamdulillah 2 tahun lalu kalian lahir dengan proses yang tak akan bunda lupakan seumur hidup bunda. Walau akhirnya perineum robek juga karena bayi dengan berat 2,3kg lahir sungsang namun bagiku rasa sakitnya tidak ada apa-apanya dengan rasa bahagia berjumpa dengan mereka. Ah, walau memeluk mereka untuk IMD bersama membuatku gemetar, tanganku berasa lemas dan takut jika saja bayiku akan terlempar jatuh dari dipan tempatku melahirkan yang cukup tinggi. Tapi alhamdulillah suami dan ibuku yang menemani proses dari awal masuk kamar bersalin sigap membantu memegang bayi yang masih terhubung dengan 1 plasenta yang sama. Ah, i do love them.

24 oktober 2015 8.50 & 9.40

Selasa, 03 Oktober 2017

*Taujih Penutup MQAN 8 Yogyakarta*


KH. Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc  _حفظه الله_

=============================

*Ikhwah Fillah ...*

Salah satu indikator kesuksesan kita sebagai seorang mukmin dan juga sebagai seorang yang berusaha menjadi penghafal Al Quran adalah, saat kita mampu menjadikan Al Quran sebagai *_"Murobbi"_* dalam kehidupan kita.

Hubungan kita bisa disebut sukses saat kita sibuk menjadi yang *terbaik* dimata Allah.

Kita sibuk berusaha menjadi sosok yang dikenal di kalangan penduduk langit, bukan sibuk mencari perhatian manusia dan sesama hamba Allah lainnya.

Adapun bentuk-bentuk _"ikhtiar basyari"_, seperti _"Ujian Hafalan"_ , _"Wisuda Hafalan"_ , _"Musaabaqoh"_ dan yang semacamnya hanyalah penilaian di sisi manusia, sesama hamba Allah.

Moment _"Wisuda Hafalan"_ misalnya, itu bisa kita ibaratkan bagaikan sebuah _"Walimah"_ saat Dua Insan bertemu. Tentu yang yang terpenting adalah bagaimana menjalani kehidupan setelahnya.

Maka Sikapilah moment-moment itu dengan penyikapan yang positif, kita niatkan untuk menguatkan murojaah, juga sebagai sarana untuk mengokohkan ayat-ayat agar tersimpan di dada kita.

Dan harus difahami bahwa moment itu bukanlah kesuksesan yang sesungguhnya. Yang lebih penting adalah aksi-aksi setelahnya.

*Ikhwah Fillah ...*

Saat kita menjadikan Al Quran sebagai _*"Murobbi"*_ itu artinya kita menjadikan Al Quran sebagai _"Guru Spiritual"_ dalam hidupnya.

Itu artinya kita siap di _tarbiyah_, di _bina_ dan di _didik_ untuk menjadi pribadi yang lebih baik, oleh Al Quran. Allah ﷻ berfirman :

*ولكن كونوا ربانيين بما كنتم تعلمون الكتاب وبما كنتم تدروسون*

_“... Jadilah kamu hamba-hamba Allah Yang *Rabbani*, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya"_ *(Ali Imran : 79)*

Kesiapan kita untuk terus hidup dalam nuansa _"Tarbiyatul Quran"_ hingga akhir hayat, inilah sesungguhnya kesuksesan yang hakiki.

Saat hidup kita senantiasa dalam nuansa _Mujahadah_ untuk merealisasikan berbagai _nilai-nilai Qur'ani_ dalam kehidupan, inilah sesungguhnya kesuksesan yang hakiki.

Semoga Allah menguatkan hati kita semua untuk senantiasa siap menjadikan Al Quran sebagai _*"Murobbi"*_ dalam kehidupan kita, sehingga akhirnya _"Tarbiyatul Quran"_ itu akan mengantarkan kita menjadi pribadi yang layak menjadi penghuni surga-Nya.

_Allahumma Amien_.

*Resume Kalimatul Mukhoyyam Ke-5* (Jumat, 29 Sept 2017)

KH. Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc

=============================

*Ikhwah Fillah ...*

Di dalam Al Quran memang ada sejumlah ayat ataupun surat yang memiliki keistimewaan secara khusus ataupun memiliki keunggulan tersendiri dari surat-surat lainnya.

Sehingga ayat ataupun surat unggulan tersebut harus kita kuasai dengan baik..

Bila perlu kita jadikan surat-surat itu selancar surat *Al Fatihah* atau *Al Fiil* dimana lidah kita sangat ringan untuk membacanya.

Ketika sebuah surat sudah bisa kita baca dengan ringan tanpa beban maka ini sering disebut atau di istilahkan surat "gacoan" 😊.

Tentu sebagai seorang mukmin yang baik, hendaklah kita memiliki surat-surat "gacoan" atau "andalan" yang Nabawi ...

Artinya yang memang direkomendasikan oleh Baginda Rasul ﷺ

Kalau *ayat-ayat* "gacoan" insya Allah sebagian besar kita sudah hafal dengan baik, seperti _Ayat Kursi_, _akhir Al Baqarah_, ataupun surat pendek seperti  _Al Ikhlas_, _Al Falaq_ & _An-Naas_.

Yang harus kita ikhtiarkan lebih serius adalah bagaimana kita memiliki "gacoan" dari surat-surat yang panjang yang memang benar-benar kita kuasai, karena kita sudah sangat akrabnya dengan surat-surat tersebut. Dan saat membacanya amat ringan tanpa beban sedikitpun.

Diantara surat-surat yang direkomendasikan oleh Rasulullah ﷺ adalah :

1⃣ *Surat Az-Zahrawain (Al Baqarah & Ali Imran)*

Banyak sekali hadits yang menyebutkan Fadhilah atau keutamaan Dua surat diatas.

Diantaranya adalah Hadits yang diriwayatkan oleh *Imam Muslim* dari sahabat _Abu Umamah_ bahwa Rasululullah ﷺ :

*«اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ، اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ الْبَقَرَةَ، وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ، فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ، أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ، أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ، تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا، اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ، فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ، وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ، وَلَا تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ».*

[صحيح مسلم]

_“Bacalah Al-Qur’an karena ia datang di hari kiamat sebagai pembela bagi yang membacanya. *Bacalah Az-Zahrawain* (dua cahaya) yaitu surah *Al-Baqarah* dan *Ali ‘Imran*, karena keduanya datang di hari kiamat seperti dua awan putih atau dua naungan atau dua kerumunan burung sebagai pembela bagi yang membacanya._

_Bacalah surah *Al-Baqarah*, karena membacanya adalah *barokah*, meninggalkannya adalah *kerugian*, dan tidak mampu dilawan *oleh para penyihir*" ._

*[Sahih Muslim, no. 1337]*

2⃣ *Surat Al Kahfi*

Surat berikutnya yang direkomedasikan oleh Rasululullah ﷺ adalah surat Al Kahfi.

Ada sejumlah hadits yang menganjurkan kita untuk menjadikan surat Al Kahfi ini menjadi wirid dalam hidup kita :

*مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ*

_“Barangsiapa yang membaca surat *Al Kahfi* pada *malam Jum’at*, akan mendapat cahaya antara dia dan Ka’bah.”_

( *HR. Ad Darimi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih*)

Dalam hadits yang lain disebutkan :

*مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ*

_“Barangsiapa menghafal sepuluh ayat pertama dari *surat Al Kahfi*, maka ia akan terlindungi dari_ (fitnah) Dajjal” *(HR. Muslim no. 809).*

Bila sepuluh ayat saja sudah luar biasa fadhilahnya, tentu bila kita kuasai seluruhnya secara utuh tentu akan banyak kebaikan yang kita dapatkan.

Kita harus berusaha keras bagaimana _"Al Kahfi"_ ini mengalir dengan ringan dari lisan kita semua.

3⃣ *Surat Al Isra & Az-Zumar*

Kedua surat ini pun termasuk surat yang direkomendasikan oleh Rasulullah ﷺ.

Sebagaimana diceritakan oleh Ibunda 'Aisyah _radhiyallahu 'anha_ :

*كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ لا يَنَامُ حَتَّى يَقرَأَ بَنِي إِسرَائِيلَ وَالزُّمَر*

_“Biasanya Nabi ﷺ tidak tidur sebelum membaca surat *Bani Israil* dan *Az-Zumar*”._ *(HR. At-Tirmidzi)*

Inilah wirid rutin baginda Nabi ﷺ sebelum beliau tidur di malam hari.

Inilah salah satu sunnah yang banyak dilupakan kebanyakan orang beriman.

Maka Alangkah indahnya bila tidur kita pun menjadi lebih berkualitas dengan mencontoh kebiasaan Rasulullah ﷺ sebelum tidur dengan membaca kedua surat ini, yaitu Surat *Bani Israil & Surat Az-Zumar*

Dan sunnah ini akan semakin ringan kita laksanakan manakala kedua surat ini sudah terkuasai dengan baik.

4⃣ *Surat Al Mulk*

Mengenai keutamaan surat ini, ada sejumlah riwayat, diantaranya :

*إِنَّ سُورَةً مِنَ الْقُرْآنِ ثَلاَثُونَ آيَةً شَفَعَتْ لِرَجُلٍ حَتَّى غُفِرَ لَهُ وَهِىَ سُورَةُ تَبَارَكَ الَّذِى بِيَدِهِ الْمُلْكُ*

_"Ada suatu surat dari al-Qur’an yang terdiri dari 30 ayat dan dapat memberi syafa’at bagi yang membacanya, sampai dia diampuni, yaitu: *“Tabârakalladzii biyadihil mulku…* (surat al-Mulk)”_ *[HR. Tirmidzi no. 289]*

Dan ada riwayat dari sahabat seperti Ibnu Mas'ud dimana ia mengatakan :

*من قرأ { تبارك الذي بيده الملك } كل ليلة منعه الله بها من عذاب القبر وكنا في عهد رسول الله صلى الله عليه و سلم نسميها المانعة وإنها في كتاب الله سورة من قرأ بها في كل ليلة فقد أكثر وأطاب*

dari *‘Abdullah bin Mas’ud,* ia berkata :

_“Barangsiapa membaca “Tabarokalladzi bi yadihil mulk” (surat Al Mulk) setiap malam, maka Allah akan menghalanginya dari siksa kubur. Kami di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakan surat tersebut “al Mani’ah” (penghalang dari siksa kubur).  Dia adalah salah satu surat di dalam Kitabullah. Barangsiapa membacanya setiap malam, maka ia telah memperbanyak dan telah berbuat kebaikan.”_
*(HR. An Nasai dalam Al Kabir 6/179 dan Al Hakim. Hakim mengatakan bahwa sanad hadits tersebut shahih)*

Oleh karena itu Al Mulk harus menjadi bacaan yang mengalir setiap hari dari lisan kita terutama sebelum tidur agar kita terjaga dari siksa kubur.

5⃣ *Surat As-Sajdah & Al Insaan*

Kedua surat ini menjadi bacaan rutin Rasulullah ﷺ, dalam sholat Subuh di Hari Jumat.

Dari Abu Hurairah _radhiyallahu 'anhu_ beliau berkata,

*أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَقْرَأُ فِى الصُّبْحِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِ (الم تَنْزِيلُ) فِى الرَّكْعَةِ الأُولَى وَفِى الثَّانِيَةِ هَلْ أَتَى عَلَى الإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا*

_“Nabi ﷺ biasa membaca pada *shalat Shubuh* di hari *Jum’at* “Alif Lamim Tanzil …” (surat As Sajdah) pada raka’at pertama, dan “Hal ataa ‘alal insaani hiinum minad dahri lam yakun syai-am madzkuro” (surat Al Insan) pada raka’at kedua.”_  *(HR. Muslim no. 880)*

Oleh karena itu sudah semestinya, kedua surat ini menjadi sesuatu yang ringan di lisan kita baik mukmin maupun mukminah. Agar sunnah Nabi inipun bisa kita laksanakan dalam kehidupan.

*Ikhwah Fillah ...*

Inilah sejumlah surat yang mendapat rekomendasi
Rasulullah ﷺ, maka sudah semestinya kita pun memberikan perhatian lebih kepada surat-surat ini, diawali dengan menyimpannya secara baik di hati kita, agar bisa mengalir dengan ringan dari lisan kita.

Semoga Allah memudahkan apa yang kita cita-citakan. Amien.

*Resume Kalimatul Mukhoyyam ke-2*

Disampaikan KH. Abdul Aziz Abdur Rauf _حفظه الله_ dalam MQAN ke-8 di Yogyakarta

===========================

*Ikhwah Fillah ...*

Alhamdulillah Allah memilih kita untuk menjadi bagian dari penghafal Al Quran.

Tentu setiap kita memiliki _"al humumat"_ (lintasan fikiran) yang berbeda-beda.

Tetapi harus ada humumat yang sama dan itu disebutkan oleh Allah ﷻ dalam surat Az-Zumar :

*فاعبد الله مخلصا له الدين*

*الأ لله الدين الخالص*

Inilah sesungguhnya yang diinginkan Allah dari rangkaian ibadah yang kita lakukan ...

Yaitu memurnikan 'ubudiyah hanya untuk Allah semata ...

Kita harus *menyadari* betul saat kita sudah bersama Al Quran sekian lama, ada yang dua tahun, lima tahun, sepuluh tahun dan seterusnya itu adalah semata-mata karena *hidayah* dan *pertolongan* Allah _Subhanahu Wa Ta'aala_.

Dialah Allah pemberi hidayah yang sesungguhnya, yang menggerakkan hati kita untuk terus mencintai-Nya dan mencintai kalam-Nya.

Oleh karena itu tidak pantas bagi kita untuk membanggakan diri dalam rangka sombong dan tinggi hati.

Kita boleh bangga tetapi dalam rangka *syukur* kepada-Nya, tanpa pernah meremehkan sesama hamba Allah.

Jangan pernah  meremehkan mereka yang belum hafal Juz 30, karena bisa jadi seseorang yang belum hafal Juz 30 pun, tetapi dia memiliki amal rahasia yang dicintai Allah yang tidak pernah diketahui oleh orang lain.

Karena di akhirat nanti semua yang dirahasiakan oleh seluruh manusia akan terungkap :

*يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ*

_"Pada hari ditampakkan segala *rahasia*_ *(Surat Ath-Thariq, Ayat 9)*

Oleh karena itu kita harus memperbanyak _"As-Saraair"_  yang baik, sebagai bekal di hari terungkap seluruh rahasia.

Ahlul Quran harus menjadi pribadi yang tawadhu, yang selalu merasa hina dan tidak ada apa-apanya dihadapan Allah _Subhanahu Wa Ta'aala_

Ahlul Quran harus memperbanyak variasi ibadahnya untuk mengiringi aktivitas bersama Al Quran.

Iringilah kebersamaan kita bersama Al Quran dengan Memperbanyak Kalimah Thoyyibah seperti  _"istighfar"_ ataupun _"Tasbih"_  dengan sekian banyak ragam atau redaksi yang telah dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ.

Saat kita mampu menghayati _"istighfar"_ dan berbagai _"Tasbih"_ yang keluar dari lisan kita disitulah kita semakin merasa hina dihadapan Allah Yang Maha Agung lagi Mulia.

*Ikhwah Fillah ...*

_"Al Humumaat"_ lainnya yang harus kita miliki saat bersama Al Quran adalah _As-Sakiinah_ dan _"Ath-Thuma`niinah"_

Yang dimaksud *_"As-Sakiinah"_* adalah rasa tenang dalam hati manusia.

Adapun *_"Ath-Thuma`niinah"_* adalah rasa tenang yang disertai keyakinan.

Keduanya sangat kita perlukan untuk menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan. Baik dalam skala pribadi, keluarga - Rumah Tangga, maupun dalam skala yang lebih luas lainnya.

Adanya ujian dalam kehidupan adalah sebuah keniscayaan :

*الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ...*

_"Yang menciptakan mati dan hidup, untuk *menguji kamu* siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya ..."_ *(-Surat Al-Mulk, Ayat 2)*

Karena dalam hidup pasti ada berbagai ujian, maka kita harus mengevaluasi, apakah Al Quran yang kita bersamai ini sudah mampu menghadirkan _"As-Sakiinah"_ &  _"Ath-Thuma`niinah_ dalam kehidupan kita.

*Ikhwah Fillah ...*

_"Al Humumat"_ lainnya yang harus kita miliki adalah *Ridha* menerima takdir dari Allah _Subhanahu Wa Ta'aala_ .

Setiap kita pasti memiliki warna dan peran yang berbeda. Maka kurang bijak bila "A" memaksakan diri ingin menjadi seperti "B".

Allah ﷻ berfirman : 

*"...نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا ۗ وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ"*

_".... Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan"_ *(Surat Az-Zukhruf, Ayat 32)*

Karena itu sikap *Ridha* atas semua ketetapan Allah adalah sesuatu yang harus kita miliki dalam mengarungi hidup ini.

Karena inilah sesungguhnya prestasi Rabbani yang bernilai 'ubudiyah di sisi Allah _Subhanahu wa Ta'aala_.

Resume Taujih Ke-1 MQAN

=============================

*Energi Al Fatihah*

Al Quran adalah energi yang begitu dahsyat, sebagaimana Allah berfirman dalam sejumlah ayat :

*لَوْ أَنْزَلْنَا هَٰذَا الْقُرْآنَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا ...*

_"Sekiranya Kami turunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah ...."_*Surat Al-Hasyr, Ayat 21*

Di ayat lainnya Allah berfirman :

*وَلَوْ أَنَّ قُرْآنًا سُيِّرَتْ بِهِ الْجِبَالُ أَوْ قُطِّعَتْ بِهِ الْأَرْضُ أَوْ كُلِّمَ بِهِ الْمَوْتَىٰ*

_Dan sekiranya ada suatu bacaan (Kitab Suci) yang dengan itu gunung-gunung dapat digoncangkan, atau bumi jadi terbelah, atau orang yang sudah mati dapat berbicara, (itulah Al-Qur'an) ..."_ *-Surat Ar-Ra'd, Ayat 31*

Dan Al Fatihah adalah bagian dari Al Quran yang energinya sedemikian dahsyat.

Bahkan Al Fatihah adalah bagian yang spesial dari Al Quran. Sebagaimana spesialnya posisi Jibril dari para Malaikat Allah, sebagaimana spesialnya hari jumat dari hari-hari lainnya. Sebagaimana spesialnya Muhammad ﷺ dari seluruh Nabi dan para Rasul-Nya.

Allah berfirman dalam surat Al Hijr :

*وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ*

_"Dan sungguh, Kami telah memberikan kepadamu *tujuh (ayat) yang (dibaca) berulang-ulang* dan Al-Qur'an yang agung."_ *(Surat Al-Hijr, Ayat 87)*

Di ayat tersebut kita melihat bagaimana Allah menyetarakan Surat Al Fatihah dengan Al Quran itu sendiri.

Allah menyebut Al Fatihah secara khusus seolah-olah Al Fatihah sejajar dengan Al Quran itu sendiri.

Dan baginda Nabi ﷺ pun bersabda :

*لا صلاة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب*

_"tidak ada sholat bagi yang tidak membaca Faatihatul Kitaab (Al Fatihah)"_

Begitulah kedudukan, keutamaan, dan nilai spesial dari surat Al Fatihah yang amat agung ini.

Sudah seharusnya seorang mukmin bisa mengambil energi yang dahsyat dari Al Fatihah ini.

Indikasi seorang mukmin yang telah berhasil mengakses energi yang dahsyat dari Al Fatihah ini adalah saat ia mampu melaksanakan berbagai ketaatan kepada Allah ﷻ , ia pun terlibat aktif dalam proyek _Khidmah_ dan _Ishlaahul Ummah_.

Oleh karenanya, setiap kita harus mengevaluasi, sudahkah Al Fatihah ini membuat air matanya berlinang karena membayangkan *Maqam* (kedudukan) Allah ﷻ

Sudahkah air matanya berlinang saat menghayati ayat :

*اهدنا الصراط المستقيم*

Ia menangis karena begitu mahalnya hidayah Allah.

Ia menyadari betapa lemah dan rapuh dirinya untuk tetap istiqomah di Jalan Allah yang lurus.

Sementara syaithan begitu gigihnya untuk menyesatkan setiap hamba Allah dari _"Ash-Shiraatul Mustaqiim"_

Keagungan Al Fatihah ini, juga digambarkan dalam sebuah Hadits Qudsi bahwa saat seseorang membaca Al Fatihah, maka sesungguhnya Allah menjawab setiap ayat yang dibaca oleh seorang hamba dalam shalatnya.

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : سمعت رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول : قال الله تعالى : *( قسمت الصلاة بيني وبين عبدي نصفين ولعبدي ما سأل ، فإذا قال العبد : الحمد لله رب العالمين ، قال الله تعالى : حمدني عبدي ، وإذا قال : الرحمن الرحيم ، قال الله تعالى : أثنى علي عبدي ، وإذا قال : مالك يوم الدين ، قال : مجدني عبدي ، وقال مرة : فوض إلي عبدي ، فإذا قال : إياك نعبد وإياك نستعين ، قال : هذا بيني وبين عبدي ولعبدي ما سأل ، فإذا قال : اهدنا الصراط المستقيم ، صراط الذين أنعمت عليهم ، غير المغضوب عليهم ولا الضالين ، قال : هذا لعبدي ولعبدي ما سأل)*

رواه مسلم وأصحاب السنن الأربعة .

Abu Hurairah berkata:

_"aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman : Aku membagi *shalat (maksudnya: Al Fatihah)* menjadi dua bagian, yaitu antara diri-Ku dan hamba-Ku dua bagian dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta._

_Jika hambaku mengucapkan *’alhamdulillahi robbil ‘alamin* (segala puji hanya milik Allah)’, Allah Ta’ala berfirman : Hamba-Ku telah memuji-Ku._

_Ketika hamba tersebut mengucapkan *‘ar rahmanir rahiim* (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)’, Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah menyanjung-Ku._

_Ketika hamba tersebut mengucapkan *‘maaliki yaumiddiin* (Yang Menguasai hari pembalasan)’, Allah berfirman: Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku._

_Jika ia mengucapkan *iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in* (hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)’, Allah berfirman: Ini antara-Ku dan hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta._

_Jika ia mengucapkan *ihdiinash shiroothol mustaqiim, shirootolladzina an’amta ‘alaihim, ghoiril magdhuubi ‘alaihim wa laaddhoollin’*(tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai dan bukan jalan orang yang sesat), Allah berfirman: Ini untuk hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta.”_

*(HR. Muslim dan Ash-haabus Sunan)*

Karena betapa penting dan urgentnya Al Fatihah ini, Allah menjadikan ia adalah surat yang paling banyak diulang dalam kehidupan.

Dalam sehari kita mengulangnya sebanyak 17 kali.

Dalam sebulan sebanyak 510 kali

Dalam setahun paling tidak kita sudah membaca Al Fatihah sebanyak 6120 kali .

Nah, semangat "Al Matsaani" (yang senantiasa diulang-ulang) juga seharusnya berlaku bagi *seluruh Al Quran* bukan hanya pada Surat Al Fatihah ini.

Bila ada surat yang kita rasa belum lancar, hiburlah diri kita dengan ungkapan : _"yah mungkin kurang banyak diulangnya, belum sebanyak Al Fatihah"_

Jangan sampai kita malah memvonis diri dengan kalimat-kalimat negatif yang akan menyurutkan langkah kita dalam mengulang semua surat di dalam Al Quranul Kariim.

Memang perjuangan untuk menjaga Hidayah Allah ini amatlah mahal, amat melelahkan jiwa dan raga, tetapi yakinlah bahwa semua keletihan lahir & batin dalam perjuangan itu akan sirna saat nanti kita sukses menjejakkan kaki di surga-Nya .

*لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُمْ مِنْهَا بِمُخْرَجِينَ*

_"Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka tidak akan dikeluarkan darinya."_ *(Surat Al-Hijr, Ayat 48)*

Semoga Allah jadikan kita semua menjadi Penghuni Surga-Nya dengan bekal energi dari Al Fatihah dan Al Quran nan mulia.