Jumat, 19 Januari 2018

Melatih Kecerdasan (15) (Menonton Kisah Nabi dan Belajar Warna)



Bicara tentang layar datar, saya sepakat anak-anak sebaiknya tidak terlalu sering berinteraksi dengannya. Walau saya juga meyakini ada sisi positif dari layar datar ini, apalagi untuk anak dengan gaya belajar audio-visual.

Anak-anak saya juga bukan anak yang steril dari gagdet, ada jam tertentu mereka boleh melihat video atau bermain dengan gadget, yang tentunya dengan kandang waktu yang kami sepakati.

Salah satu cara saya memanfaatkan gagdet agar tidak sia-sia bagi anak adalah dengan cara menonton bersama video kisah nabi. Semalam kami memutar kisah Nabi Musa a.s dan Nabi Harun a.s. Dan tentu saja di kegiatan ini Jundi yang paling antusias banyak bertanya tentang kisah Nabi Musa a.s. Namun karena di level ini saya sudah memilih Fara sebagai partner, maka saya akan membahas Fara.

Fara juga terlihat antusias meski beberapa kali dia tidak fokus, namun saya yakin kisah ini setidaknya bisa masuk ke alam bawah sadarnya yang semoga akan ia ingat hingga ia dewasa kelak.

Beberapa hari terakhir Fara juga sedang suka belajar warna dari buku. Tentunya semua buku anak yang saya belikan full colour dengan banyak gambar ilustrasi di dalamnya, nah Fara (dan juga Fasya) sedang asyik menunjuk tiap gambar dan mencoba menyebutkan warnanya. Penyebutan warna ini, Fara saya ajarkan hanya satu bahasa dulu, yaitu bahasa ibu. Dan saya yakin ketika bahasa ibu sudah lancar maka akan mudah mengajarkan bahasa asing kepadanya.



Alhamdulillah dua aktivitas ini bisa mengasah kecerdasan spiritual, intelektual, dan adversitynya. Karena ini adalah hari terakhir saya di level ini, semoga saya bisa konsisten dan lebih terjadwal dalam membuat aktivitas yang melatih kecerdasan anak. Bismillah.

#tantangan_hari_ke15
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Kamis, 18 Januari 2018

Melatih Kecerdasan (14) (Membuat Donat)



Kegiatan kami kemarin adalah membuat donat bersama. Meski ibunya udah lama banget gak bikin. Jadi resepnya nanya ke salah satu walmur temen Jundi sekolah dulu.

Kegiatan ini terinspirasi dari playdough yang tempo hari didapat dari kegiatan di sekolah Jundi. Gara-gara playdough itu saya jadi ingat dulu sebelum ada si kembar saya pernah bikin donat bareng Jundi, dan kegiatan itu sudah seperti main playdough. Bedanya kalau donat bukan lagi roleplay, tapi memang beneran membuat 'sesuatu'.



Kali ini saya mencoba modifikasi dengan mengganti susu dengan yang rasa coklat. Sebelum memulai saya ucapkan bismillah keras, agar anak-anak terbiasa. Pencampuran adonan saya kerjakan sendiri sambil sesekali dibantu Jundi. Fasya beberapa kali tak sabar ingin ikut meremas. Akhirnya setelah kalis dan mengembang, saya ajak mereka membentuk bersama. Dan Fara ternyata masih kesulitan (karena adonannya kurang kalis, entah apa yang salah ๐Ÿ™ˆ, mau saya tambah terigu lagi khawatir bantat). Saya bantu mereka membentuk bulatan dan bentuk yang entah.

Setelah selesai semua saya ajak mereka tidur sembari menunggu mengembang lagi. Mau saya goreng sendiri ternyata Fara bangun dan agak rewel, jadilah saya goreng sambil menggendong. Sebagian saya goreng setengah matang agar bisa saya froozen. Alhamdulillah anak-anak suka meski dimakan tanpa toping dan bentuknya gak karuan ๐Ÿ˜….

Yang terpenting dari kegiatan ini adalah anak jadi tahu tahapan membuat kue, selain itu juga melatih motorik halusnya yang penting untuk melatih kecerdasan intelektualnya.

#tantangan_hari_ke14
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Rabu, 17 Januari 2018

Melatih Kecerdasan (13) (Bermain puzzle)


Permainan simple yang ini ternyata juga bagus untuk merangsang kecerdasan anak terutama kecerdasan intelektualnya. Untuk anak usia 2 tahun seperti Fara, saya membelikan puzzle berknop agar mudah melepas dan memasang. Serta, puzzle yang dipakai baru di tahap menyamakan bentuk, belum di tingkat menyusun gambar.



Mengerti bentuk, menyamakan, ternyata penting bagi anak untuk kemampuannya menulis kelak, karena dari permainan ini anak tau garis miring, tegak, dan sebagainya. Bukankah menulis huruf juga menuliskan sebuah bentuk?

Untuk puzzle yang ini alhamdulillah Fara sudah mahir tanpa saya bantu, pun dengan penyebutan warnanya, alhamdulillah dia sudah mulai bisa menunjukkan mana warna yang tepat.

#tantangan_hari_ke13
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Selasa, 16 Januari 2018

Melatih Kecerdasan (12) (Menyayangi hewan)


Salah satu jenis kecerdasan intelektual adalah kecerdasan naturalis yang salah satu cirinya adalah menyayangi hewan. Di rumah sendiri kami sekarang memiliki 2 ekor ikan mini (yang kami gak tahu namanya) pemberian saudara. Awalnya ada 3, tapi mati 1 tinggal 2. Beberapa kali saat memelihara ikan, ikannya pada mati, walau lama hidupnya tiap ikan beda-beda.

Dua hari yang lalu ayah mengajak kami sekeluarga makan di luar karena ada mbah dari Pasuruan. Tempat yang dipilih adalah tempat yang ada aquarium juga kolam ikannya, jadi sambil makan di lesehan anak-anak bisa melihat ikan yang seliweran. Kalau saya dan suami memang lebih suka ke tempat makan lesehan jika mengajak anak-anak ikut serta. Namun terkadang lesehan saja tak cukup membuat nyaman mereka, perlu sesuatu yang mampu mengalihkan perhatian agar mereka betah.



Saat sampai di tempat makan, Fara tertidur, jadilah Jundi dan Fasya yang girang melihat ikan di akuarium tepat di sebelah meja. "Wha, ada ikan besar... " sahut saya agar mereka ikut antusias. Ada ikan yang cukup besar kira-kira panjangnya 30cm lewat di akuarium sebelah meja kami. Fasya dan Jundi senang melihatnya, walau mereka awalnya ragu menempelkan tangan ke akuarium.

Tak berapa lama pesanan makan datang dan kami mulai makan. Fara baru terbangun ketika kami sudah setengah jalan makan. Dia pun antusias melihat ikan yang lewat di akuarium sebelah meja kami.



Sebelum pulang, mereka melihat ikan di kolam besar yang ada tepat di depan meja kami, alhamdulillah. Selain mengasah kecerdasan naturalis, kegiatan ini juga bisa mengasah kecerdasan spiritual mereka dengan mengagumi ciptaan Allah.


#tantangan_hari_ke12
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Senin, 15 Januari 2018

Melatih Kecerdasan (11) (Buku emosi)


Dari dulu sebenarnya maju mundur terus mau beli buku ini, mahalnya bikin nelen ludah (bagi saya lho ya, karena mahal murah itu relatif ๐Ÿ˜€). Namun alhamdulillah Allah mampukan saya beli buku yang reject, hehe. Rejectnya hampir gak keliatan bagian mana, tapi harga hanya setengahnya, lumayan kan sisanya bisa buat beli buku emaknya ๐Ÿ˜ (emak irit).



Buku emosi yang dikemas dengan judul 'Hmmm' ini sangat membantu anak-anak saya untuk mengerti jenis-jenis emosi. Apa pentingnya? Penting, karena salah satu indikasi kecerdasan emosi adalah seorang anak tahu emosi apa saja yang sedang terjadi pada dirinya. Kalau Fara, antusias banget ketika saya ajari berbagai macam ekspresi, ibunya juga mesti total kalau mencontohkan ๐Ÿ˜ฌ.

Yang saya tahu, anak tantrum nangis gak jelas salah satu penyebabnya dia gak tahu emosi apa yang sedang terjadi pada dirinya dan dia kesulitan mengungkapkan, jadilah nangis gak jelas. Maka penting pelajaran emosi ini.

Selain tentang emosi, buku ini juga dilengkapi dengan sentuh rasa, melatih anak mengenal macam-macam tekstur. Ini juga penting untuk melatih motorik halus anak yang nantinya akan sangat berperan untuk perkembangan ketrampilan tangannya seperti menulis dan lain sebagainya.

#tantangan_hari_ke11
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Minggu, 14 Januari 2018

Anakku, Anak Akhir Jaman



Anakku anak akhir jaman
Begitu berat beban kalian
hingga bunda tak kuasa
Membayang jaman
yang akan kalian hadapi

Anakku anak akhir jaman
Sudah siapkah bunda
mempersiapkan kalian?
Terbayang betapa berat
huru hara akhir jaman

Anakku anak akhir jaman
Terjal nak
Bunda yakin kalian bisa

Anakku anak akhir jaman
Semoga Allah lindungi
Kalianlah tombak kemenangan islam!

Bunda Jundi
13 Januari 2018
02.37

#RumbelMenulis
#InstitutIbuProfesional
#PuisiTentangAnak
#WeeklyChallenge

Dua Janin



Dua janin menari nari
Ah, debar jantungku tak juga usai
Waktu seakan bergulir lama

Allah, kejutan dariMu membuat hidupku tak lagi sama
Ah, debar jatungku tak juga usai
Penuh otakku
Kisah ini baru akan dimulai

15 minggu awal babak baru
Ah, debar jatungku tak juga usai
Bisakah aku?

Ah, debar jantungku tak juga usai

14 januari 2018
03.37

#RumbelMenulis
#InstitutIbuProfesional
#PuisiTentangAnak
#WeeklyChallenge

Melatih Kecerdasan (10) (Saat tangan kanan sakit)



Kemarin beberapa kali saya mengingatkan Fara karena saya melihat dia makan dengan tangan kiri, "Fara, tangan kanan ya!"

Namun dengan suaranya yang serak dia segera menanggapi dengan cerdas, "Tanan aya atit idha!" (Tangan Fara sakit bunda!)

"Oh iya bunda lupa," (ih bunda ini, lupa kok berulang kali ๐Ÿ˜‘) lalu saya lihat luka bakar di tangannya, terlihat melepuh dan menggembung, tak tega meluhatnya, 'semoga lekas sembuh' batin saya.

Namun saya mengamati kadang Fara sendiri lupa, mengambil makanan tetap dengan tangan kanannya. Dan saat dia merasakan sakit baru dia pindah ke tangan kirinya. Ah sayang, alhamdulillah kau sudah terbiasa dengan tangan kanan, semoga lekas sembuh ya.


#tantangan_hari_ke10
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Sabtu, 13 Januari 2018

Melatih Kecerdasan (9) (Saat sakit)



Alhamdulillah, kemarin Allah menegur kami. Allah menegur kami lewat insiden kecil Fara terkena knalpot panas. Dan inilah saatnya memetik hikmah. Karena tidak ada satu kejadian pun di dunia ini yang tanpa hikmah. Selalu ada maksud dari Allah menegur hambaNya.



Kejadiannya sekitar pukul 10.30 saat sang ayah baru datang dari toko sekalian menjemput Jundi sekolah. Si kembar seperti biasa langsung menyerbu ayahnya datang, dan entah bagaimana kronologi persisnya, Fara tiba-tiba terjatuh dan menangis memanggil adiknya Fasya, "Adek... Adek... "

Lalu saya pun menolongnya dari jatuh, dan baru saya ketahui beberapa saat setelahnya bahwa dia terkena knalpot panas di telapak tangannya ๐Ÿ˜ฉ. Langsunglah hektik saya dan ayahnya bingung kasih obat apa hingga saya ingat salah satu nama salep untuk luka bakar. Si ayah langsung cus, dan Fara gak mau berhenti ditiup atau dikipas tangannya yang melepuh (alhamdulillah gak parah).

Dia terus menangis tersedu dan minta terus saya peluk. Salep datang dan dioleskan alhamdulillah langsung mulai mereda tangisnya. Saya angkat dia ke tempat tidur lalu saya mengipasi tangannya sambil menjadikan kesempatan ini untuk melatih SQ, EQ, dan AQnya.

"Fara, sakit ya rasanya, semoga cepat sembuh ya sayang, Fara berdo'a ya ke Allah agar cepat disembuhkan, karena Allah Yang Menyembuhkan." beberapa kali saya ulangi kalimat serupa, yang diajak ngomong malah mewek dan melelehkan air mata sambil menatap saya. Alhamdulillah beberapa saat kemudian dia tertidur dan masih minta terus dikipas. Ketika sudah terlihat nyenyak saya tinggal.

Bangun sekitar 2/3 jam setelahnya, dia minta dikipas lagi dan saya kasih salep lagi, masih merengek beberapa kali. Dan sorenya langsung mau mandi, alhamdulillah lukanya tidak ada reaksi saat terkena air, setelah mandi cuma minta sebentar dikipas dan dioles salep lagi. Dan malamnya saya minta melihat lukanya dia dengan tegas menjawab, "Dak akit." Alhamdulillah Allahlah yang menyembuhkan nak.

Saya lihat masih terlihat bekas merah-merah di tangannya, namun sudah tidak semerah sesaat setelah kejadian. Alhamdulillah banyak hikmah yang bisa dipetik. Semoga Fara menjadi pribadi yang lebih tangguh menghadapi tantangan dari sebelumnya. Good job girl!


#tantangan_hari_ke9
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa


Jumat, 12 Januari 2018

Melatih Kecerdasan (8) (Do'a sebelum tidur)


Berdo'a sebelum tidur saya yakin hal ini pasti diajarkan oleh semua orang tua muslim, termasuk saya. Hingga saking sering dan biasanya, Fara (partner saya di level ini) menyebutkan do'a ini pada banyak kesempatan ๐Ÿ˜‚. Mulai dari buka al-qur'an (pura-pura baca) hingga saat bermain.



Walau dia belum bisa sempurna mengucapkan, tapi saya tahu yang dia maksud adalah do'a sebelum tidur. 'Allah huma aya, amuut.' begitu ujarnya di beberapa kesempatan dengan suara khasnya yang serak.

Pada titik ini, saya bersyukur, alhamdulillah Fara sudah mengenal salah satu do'a yang diajarkan islam yang tentunya akan mengasah kecerdasan spiritualnya.


#tantangan_hari_ke8
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Kamis, 11 Januari 2018

Melatih Kecerdasan (7) (Menggambar)



Salah satu cara saya merangsang kecerdasan intelektual spasial adalah dengan memberi Fara alat tulis serta selembar kertas atau buku gambar. Saya bebaskan ia mencoret-coret meski belum jelas gambar apa yang dia goreskan.

Beberapa hari terakhir Fara saat sesi menggambar ini berujar kepada saya, "Itan! Aya ama itan!" (Ikan! Fara gambar ikan!). Lalu saya amati gerak pena yang dipegang tangan kanannya. Pena tersebut sudah mulai terarah menggambar bentuk dasar ikan yang dimaksud (seperti saya biasa menggambarkan dia), hanya saja jika orang lain yang melihat maka bisa saya pastikan orang tersebut tidak mengenali bahwa itu ikan ๐Ÿ˜….



Pada saat seperti ini tak lupa selalu saya sisipkan pertanyaan untuk mengasah kecerdasan spiritualnya, "Ikan itu ciptaan siapa?" "Allah!"

Alhamdulillah, karena telah terbiasa, dia pun dengan mudah mengucapkan kata Allah, Sang Pencipta.

#tantangan_hari_ke7
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Rabu, 10 Januari 2018

Melatih Kecerdasan (6) (Adab ke kamar mandi)



Beberapa waktu lalu saya membeli satu set stiker do'a do'a harian. Harapan saya, dengan stiker anak-anak bisa semakin termotivasi dan terbiasa untuk selalu berdo'a dalam melakukan berbagai aktivitas. Meski si kembar dan Jundi belum bisa membaca, Jundi terlihat antusias memasang berbagai do'a sesuai tempatnya. Alhamdulillah dia pun jadi sering ingat kalau belum berdo'a karena melihat stiker tersebut.



Karena Jundi antusias, alhamdulillah adiknya ikut antusias. Meski belum mengerti huruf Fara kemarin minta diajari membaca stiker yang tertempel di tembok depan kamar mandi sebelum dia masuk. Tapi setelah saya tuntun per kata ya begitulah, hasil meniru ucapan saya masih jauh dari sempurna ๐Ÿ˜…. Usia Fara memang masih tahapnya bicara belum terlalu jelas, jadi saya sangat mewajari.

Usai membaca do'a, tak lupa saya ajarkan untuk masuk dengan kaki kiri terlebih dahulu. Dan, ketika di kamar mandi tidak boleh berlama-lama, karena kamar mandi tempatnya jin.

Hal ini amat kecil, namun apabila terbiasa maka akan membentuk karakter islam yang mengasah ketajaman kecerdasan spiritualnya. Bismillah semoga Allah mudahkan.

#tantangan_hari_ke6
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Selasa, 09 Januari 2018

Melatih Kecerdasan (5)



Dalam mengasah kecerdasan anak saya selalu memasukkannya dalam kehidupan sehari-hari. Terutama untuk kecerdasan spiritual saya menekankan pada adab-adab dalam keseharian mulai dari hal yang paling kecil.

Untuk proyek hari ini saya ingin membahas tentang adab makan. Fara (26m) masih sering 'melanggar' adab makan yang sesuai dengan islam seperti makan sambil berdiri dan makan dengan tangan kiri. Saya mewajari jika anak usia sekian masih sering tertukar kiri dan kanan, maka tugas saya sebagai ibunya adalah tidak bosan mengingatkannya setiap jam makan. Begitu pula ketika dia lupa makan berdiri, biasanya saya akan menahan makanannya sampai dia benar-benar mau duduk atau jongkok baru saya berikan lagi.

'Ayo anak shalihah makan sambil duduk ya, pakai tangan yang kanan, biar disayang Allah makannya harus pakai aturan dari Allah' begitu saya sering tuturkan. Tak lupa, sebelum makan juga selalu saya biasakan menuntun Fara membaca bismillah, meski yang keluar dari mulutnya hanya berbunyi 'miyah' tapi semakin bertambah usianya saya yakin dia akan semakin fasih mengucap dengan baik.

Di proyek ini, anak akan mengasah logika dasar dengan mengingat konsep kiri dan kanan (masuk di kecerdasan intelektual), serta tentunya kecerdasan spiritual karena ada konsep aturan islam di dalamnya, bahwa segala tindak manusia sudah diatur oleh Allah Sang Pencipta.

#tantangan_hari_ke5
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Senin, 08 Januari 2018

Melatih Kecerdasan (4)


Kegiatan semalam bersama 3 krucil terasa seru lantaran Jundi menemukan sebuah buku worksheet (yang sudah lama dibelikan) namun belum pernah dikerjakan. Buku tersebut isinya tempel menempel stiker yang sudah tersedia, namun di dalamnya ada pelajaran menghitung serta mencocokan bentuk. 



Jundi dan saya asyik mengerjakan, ajaibnya Fara dan Fasya juga khusyuk melihat kami berdua. Seakan tak ada keinginan untuk 'ikut main', mereka diam saja tapi nampak antusias dari binar mata mereka. Hingga kemudian saya pun berinisiatif, "Adek mau nempel juga?"

"Jundi, adek boleh ya ikut nempel?"

"Jangan! Nanti gak pas nempelnya, jadi jelek!"

"Kalau gitu yang kecil-kecil aja ya, nanti adek kan juga dibantu sama bunda nempelnya,"

Alhamdulillah sepakat! Sambil membaca perintah tiap halaman, saya membantu melepas stiker dan mengarahkan ketiga anak bergantian menempel. Semua antusias hingga hampir semua stiker tertempel. Tak lupa setiap sebelum melepas dan menempel sesekali saya ajarkan 'bismillah' kepada mereka agar terbiasa melakukan apapun diawali dengan berdo'a. 

Selain kecerdasan intelektual, permainan ini juga mengasah kecerdasan emosi dan kecerdasan menghadapi tantangan (karena dimainkan bertiga) jadi semua harus bisa mengendalikan diri agar mau bergantian menempel. Dan tentunya harus bisa memasukkan nilai kecerdasan spiritual melalui pembiasaan do'a. 

Untuk Fara, seperti biasa, dia lebih banyak mengalah daripada 2 anak yang lain. Semoga akan menjadi salah satu bekal dia dalam kecerdasan menghadapi tantangan dan kecerdasan emosinya kelak.


#tantangan_hari_ke4
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Minggu, 07 Januari 2018

Melatih Kecerdasan (3)

Kali ini kami bermain bersama hujan. Di depan rumah ada bagian paving yang cekung dan ada sejumlah pasir yang menumpuk tipis di sana. Di saat kebanyakan orang tua melarang anaknya berhujan-hujanan, saya justru menyuruh ketiga anak saya main pasir yang bercampur air (baca : ledhok) di bawah tetesan hujan yang ritmis.

Fara, Fasya, dan Jundi begitu menikmati permainan sederhana yang begitu mengasyikkan ini, sampai ketika saya minta mereka menyudahi, mereka minta penangguhan waktu. Begitu juga Fara, sosok anak saya yang paling kalem dan cenderung penurut di antara 3 bersaudara.

"Sek idha, sek," begitu ucapnya (Fara belum bisa dengan jelas mengucap kata Bunda).

Hingga hujan tak juga reda, dengan dibantu sang ayah membujuk mereka menyudahi aktivitas, akhirnya Fara yang pertama kali 'mau' masuk rumah untuk bersih diri.

Dari kegiatan ini, goal untuk Fara (partner yang saya pilih di level ini) adalah di kecerdasan intelektual melalui belajar dari alam, kecerdasan spiritual karena tiap hujan saya pun selalu mengajarkan do'a hujan dan menjelaskan bahwa hujan adalah rahmat dari Allah (bukan penyebab penyakit yang kebanyakan disoundingkan orang tua pada anak), dan kecerdasan menghadapi tantangan yang indikatornya untuk anak usia 0-6 tahun adalah mampu mengontrol dirinya bahwa tidak semua yang dia inginkan harus dipenuhi, termasuk tidak ingin berhenti main hujan.

#tantangan_hari_ke3
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Sabtu, 06 Januari 2018

Melatih Kecerdasan (2)

Proyek yang saya pilih di hari kedua mengasah kecerdasan bersama Fara adalah membaca buku Shirah Nabi. Hal ini hampir tiap hari kami lakukan bersama dengan Ayah, Jundi, dan Fasya. Walau tidak setiap hari buku yang kami pilih untuk dibaca bersama adalah Shirah Nabi. Semua menyesuaikan keinginan anak-anak, yang penting mereka cinta dulu pada aktivitas membaca, meski sering juga saat membaca 1 halaman belum usai sudah minta pindah ke halaman lain, belum lagi cerita yang loncat-loncat, dan ketika tiap anak minta dibacakan buku sendiri-sendiri.

Aktivitas ini mengasah kecerdasan intelektual linguistik sekaligus kecerdasan spiritual. Karena orang-orang dengan kecerdasan linguistik suka membaca apapun dan pintar mengungkapkan pikirannya melalui kata-kata. Indikator dari aktivitas ini adalah mengasah rasa ingin tahu anak, semakin biasa dibacakan buku maka anak semakin sering ingin dibacakan buku (tinggal ibunya yang mesti telaten dan memberi contoh 😁).

Sedangkan kecerdasan spiritualnya berindikasi pada pengenalan Rasulullah saw sebagai utusan Allah yang mana kisah beliau adalah teladan terbaik untuk dicontoh.

#tantangan_hari_ke2
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Jumat, 05 Januari 2018

Melatih kecerdasan (1)

Di game level 3 ini tantangannya adalah membuat sebuah proyek yang tujuannya adalah melatih kecerdasan saya dan salah satu anggota keluarga. Kali ini saya memilih Fara sebagai obyek karena di level sebelumnya sudah menggunakan Jundi.

Secara teori kecerdasan sendiri dibagi menjadi 4 macam jenis kecerdasan, ada kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan emosi, dan kecerdasan menghadapi tantangan. Semua penting, namun bagi keluarga kami yang utama adalah melatih kecerdasan spiritual.

Kalau tugasnya membuat proyek, bagi saya tiap hari saya sudah berproyek melatih kecerdasan anak-anak saya, bedanya di tugas kali ini saya harus lebih bisa memanfaatkan kecerdasan saya untuk menarasikan apa yang saya ajarkan dan tujuan apa yang bisa dicapai dari proses tersebut.

Hari pertama ini saya ingin bercerita tentang Fara dengan kegiatan di rumah yang melatih kecerdasan spiritualnya. Setiap anak dilahirkan dengan bekal fitrah keimanan. Pada tahun 1977, seorang ahli syaraf, V.S. Ramachandran bersama dengan timnya dari California University, menemukan keberadaan God Spot dalam jaringan otak manusia dan ini adalah pusat spiritual (spiritual center) yang terletak di antara jaringan syaraf dan otak.

Saat ini, tiap maghrib adalah waktu yang selalu saya manfaatkan untuk mengajak anak-anak semua sholat bersama, terkadang Jundi ikut ayahnya jamaah di masjid, dan saya dengan si kembar sholat bersama di rumah. Walau usianya baru 26 bulan, tapi alhamdulillah dia sudah bisa menirukan gerakan sholat (belum sempurna). Terutama untuk gerakan sujud, bagi saya sujud adalah gerakan penghambaan yang paling menghamba. Dengan bekal 1 mukena yang gak ganti-ganti (belum saya belikan lagi, masing-masing baru punya 1), ketika saya sholat Fara dan Fasya juga ikut mengenakan mukena. Meski kadang bermain dengan kembarannya atau bahkan menaiki kepala saya ketika sujud, namun Fara sudah mulai mengerti bagaimana cara berdo'a kepada penciptanya. Dia sudah bisa jelas melafalkan 'Allahu akbar' ketika sholat dan ketika ada kejadian lain. Alhamdulillah.

#tantangan_hari_ke1
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa