Senin, 23 Desember 2013

Lelakiku

Bagiku menjadi istri dari lelaki seperti dia adalah anugerah yang dipersiapkan Allah untukku. Allah menjawab do'aku dengan begitu indah.
perkenalan kami memang tak lama, hanya sekitar 2 bulan saja. namun itu membuatku yakin menerima pinangannya. masih teringat, aku mulai kenal dia sejak bulan Ramadhan tahun 2010. kala itu ada acara FLP, bedah karya sekaligus buka bersama. tapi perkenalan kala itu hanya sekedar kenal. bisa jadi pertemuan berikutnya kita masih akan saling menanyakan, "nama kamu siapa?"
mungkin sebelum perkenalan kala itu kami juga sudah pernah bertemu dalam acara FLP yang lain. lagi-lagi hanya sekedar kenal. aku sendiri tak lagi ingat dengan jelas kapan tiba-tiba kami berdua mulai akrab. bisa jadi dalam pertemuan-pertemuan yang banyak, atau dalam diskusi-diskusi singkat di jejaring sosial. itu mungkin berlangsung sekitar bulan januari 2011.
semua ada begitu saja, tanpa kusangka tanggal 28 februari 2011 ada akhwat yang malam-malam menelponku. telpon itu awalnya berputar-putar, candaan dari sana kemari, lalu serius, kata akhwat itu dia ingin mengkhitbahku.
Semuapun berlangsung begitu saja, beberapa hari setelah hari itu dia datang ke rumahku, melamarku ke orang tuaku. Orang tuaku hari itu memutuskan bahwa dia harus menunggu hingga aku lulus kuliah. Dia pun dengan tegas berkata bahwa dia akan mencari wanita lain jika memang tidak diijinkan menikah sebelum bulan Ramadhan 2011. Itu sama sekali tidak menjadi soal, toh kami memang belum ada rasa apa pun.
Sejak saat itu aku semakin merajinkan istikharah, apabila dia memang jodohku maka mudahkanlah, hanya itu saja. Dan karena memang jodoh, dan Allah Maha Pembolak balik hati. Orang tuaku di awal maret itu pula langsung memutuskan pernikahan kami bulan juni, hanya sekitar 3 bulan dari saat dia pertama kali ke rumahku untuk melamarku.
Semua pun berjalan begitu saja, orang tuanya datang ke rumahku, dan orang tuaku datang ke rumahnya. Semua berlangsung di bulan maret, 3 bulan sebelum pernikahanku. Tiga bulan yang terasa amat lama bagiku kala itu. Menjaga hati selama 3 bulan itu butuh usaha ekstra. Apalagi kami harus banyak berinteraksi untuk mempersiapkan pernikahan. Benar-benar berat...
Pernikahanku berlangsung tanggal 9 juni 2011, tepat beberapa hari sebelum aku harus mengikuti ujian akhir semester. Berangkat kuliah dengan diantar pacar pun pertama kali kurasakan 2 hari setelah pernikahanku, ujian praktikum seingatku. Ah, saat itu benar-benar terasa berbeda. Dengannya semua serba pertama.
Setelah menikah, aku baru menyadari, bahwa dia memang jawaban keinginanku selama ini. Dari dulu aku ingin punya suami berlesung pipit :D. Benar-benar manis di saat tertawa. Hehehe.
Namun sungguh, lelakiku ini istimewa. Dia rela melepaskan karirnya demi aku, padahal pernikahanku baru 5 bulan berjalan. Dia yakin rejeki tidak akan tertukar. Kami pun berdua merintis usaha, benar-benar dari bawah dengan terseok-seok. Namun alhamdulillah setelah hampir 2 tahun kami bangun, bisnis ini justru menghasilkan keuntungan berkali-kali lipat dari gaji suami dulu.
Saat aku hamil di saat masih kuliah dia juga bisa jadi lelaki yang siaga. Kalau kata Ibuku aku benar-benar beruntung mendapatkan suami seperti dia. Kala perutku semakin membesar dan semakin kesulitan untuk memakai kaos kaki, maka dia setiap kali aku akan keluar rumah dengan sabar memakaikannya. Bukannya aku kepedean membanggakan suamiku, tapi aku pikir tidak semua lelaki mau. Tapi dia mau karena dia juga ingin tetap menjaga auratku. :)
Saat aku baru melahirkan, aku masih harus menyelesaikan skripsi. Dan dia dengan rela di rumah sambil bekerja menunggu si kecil, mengerjakan semua sendiri. Karena ibuku tidak setiap hari bisa membantu menjaga Jundi. Walau terkadang dibantu ibuku tapi lebih sering dia mengatasi semua sendiri. Dan tetap saja kukatakan dia istimewa. Mungkin hanya dia dan segelintir ayah yang mau mengganti popok yang terkena BAB bayi. (beberapa curhatan ibu-ibu termasuk ibu saya sendiri suami mereka untuk urusan satu itu tidak mau turun tangan).
Mungkin semua terlihat begitu berlebihan, atau bisa jadi semua laki-laki memang seperti itu. tapi bukankah untuk menjaga cinta kita harus selalu melihat sisi baik dari pasangan?
malang,22 desember 2013
first time nulis pake hp baru yang dibelikan ayah ganteng beberapa hari yang lalu. Makasih ya :)

Rabu, 11 Desember 2013

Di saat Jundi sakit

Bagiku memiliki anak itu sama seperti belajar memaknai cinta. Cinta ibu pada anak yang tak terhingga. Cinta ini terasa begitu berbeda, rasa ingin selalu melindungi dan segalanya. Sungguh, rasa ini tidak akan dirasakan oleh orang yang belum pernah menjadi ibu. Bukannya aku tidak menghargai cinta-cinta wanita yang tidak dikaruniai anak, tapi sungguh, cinta ini benar-benar berbeda.

Suatu saat di kala aku masih hamil dulu, tertayanglah sebuah video tentang perkembangan sebuah janin hingga janin tersebut menjadi bayi yang dilahirkan. Aku menontonnya dengan suamiku, dan aku menangis tersedu-sedu, entahlah. Melihat perkembangan sebuah janin hingga menjadi bayi dengan ketidakberdayaannya membuat hati ini terenyuh, bagaimana dengan Jundi? Rasanya diri ini tak rela mengeluarkannya dari rahimku. Bagaimana aku tega membiarkan belahan jiwaku berjuang sendiri untuk sebuah kehidupan?

Tapi begitulah hidup, hidup ini memang perjuangan yang sulit, bahkan untuk bayi yang baru terlahir. Di dalam rahim bayi tak perlu khawatir akan kekurangan segala sesuatu, semua akan terpenuhi melalui sebuah plasenta yang membawa gizi-gizi yang diperlukan untuk bertumbuh. Tapi saat bayi terlahir, semua sistematika itu otomatis berubah, menjadi sebuah perjuangan untuk memperoleh sebuah nutrisi yang diperlukan tubuhnya.

Bahkan mulai sejak bayi pertama menghirup udara dunia bayi sudah diajarkan  bagaimanakah arti sebuah perjuangan. Tahukah? Menyusu pada ibu adalah sebuah perjuangan yang berat. Yang sudah pernah memiliki anak pasti tahu hal itu. Bagaimanakah susahnya mengulum sebuah puting yang rasa-rasanya posisinya susah sekali untuk pas. Mencari dan terus mencari. Maka untuk orang tua yang menyerah akan memberikan pada bayinya susu formula, begitu praktis tanpa perjuangan yang terlampau sulit. Padahal secara tidak langsung susu formula mengajarkan pada bayi, 'tanpa perjuangan kamu tetap bisa mendapatkan apa yang kamu butuhkan'.

Buat yang sudah sedikit banyak belajar tentang ASI tentu sudah tahu bagaimanakah perbedaan mekanisme kerja puting dan dot. Keduanya sungguh berbeda. Jika puting perlu dikulum beberapa kali hingga air susu keluar darinya maka dot tidak bekerja seperti itu, tanpa dikulum berulang-ulangpun dot akan memancarkan susu yang ada di dalamnya, sungguh tidak butuh perjuangan. Maka saat ini begitu banyak bayi yang mengalami gejala bingung puting. Kadang pakai dot kadang langsung puting. Kebanyakan terjadi pada ibu-ibu yang bekerja, ASI diperah, lalu saat ibu bekerja bayi diberi ASI dengan dot. Maka sekarang banyak alternatif pemberian ASI selain melalui dot, walau ada juga dot anti bingung puting.

Tentu sudah banyak yang tahu, bayi ASI memiliki sistem imun yang jauh lebih baik jika dibandingkan bayi sufor. ASI bagiku bagaikan perlindungan penuh terhadap bayi terhadap semua serangan penyakit, apalagi jika bayi selalu bersama ibu. Semua kondisi yang dialami bayi otomatis juga dialami ibu. Entahlah,ini hanya pemikiran dangkalku saja.

Tapi ini pengalamanku yang membuatku menarik kesimpulan dangkal sendiri. Sejak jundi lahir hingga berusia 11 bulan jundi sama sekali tidak pernah sakit walaupun itu hanya demam. Di usia tersebutlah pertama kali dalam hidup jundi mengalami yang namanya sakit, demam dkk.

Kala itu kami baru pulang dari pasuruan,kebetulan dapat tempat duduk yang dekat pintu. Jadilah angin berhembus kencang menerpa mas jundi,walau sudah kudekap tetap saja,dia tdk memakai selimut, hanya jaket.Pulangnya dia demam,masuk angin.Tapi waktu itu berbarengan dengan growth spurt nya jundi. Suatu masa dimana anak mau bertambah keahlian atau bertumbuh (seperti tumbuh gigi). Biasanya di fase ini anak memang butuh gizi lebih banyak, maka biasanya mereka lebih sering menyusu. Namun karena usianya sudah bukan lagi full ASI, ASI saja sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan tubuhnya. Maka makanpun harus dicukupkan sehingga kebutuhan untuk bertumbuh mencukupi.

Permasalahannya, jika grow spurth itu adalah saat tumbuh gigi, efek sampingnya susah makan. Jadilah asupan yang masuk ke dalam tubuh kurang, lalu sakit. Tubuh yang lemah itu semakin lemah, Sebagai ibu tentu ingin sakit itu dia saja yang merasakan. Rintihan anak yang mengeluhkan sakit (apalagi belum bisa mengeluhkan dengan verbal apa yang dirasakan) itu sungguh membuat hati semakin pilu….hiks4x…

Alhamdulillah masa itu sudah terlewati,sekarang mas Jundi sudah sehat dan pertumbuhannya lumayan pesat (terlihat dari berat badan yang naik terus tiap bulan). Alhamdulillah,,,


Mulai nulis ini bulan September pas Jundi sakit, terus lama ngambang begitu saja di laptop, dan Alhamdulillah hari ini dengan agak memaksa finish agar bisa dibagi dengan orang lain. Semoga bermanfaat :)
September-Desember 2013