Tampilkan postingan dengan label kesehatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kesehatan. Tampilkan semua postingan

Senin, 15 Juni 2015

[Tentang Kehamilan] Kembar

Kembar. Sebuah kata yang selalu istimewa, bahkan sering jadi pusat perhatian. Barangkali memang selalu terlihat unik ketika dua orang jalan berdua dan keduanya mirip, apalagi kalau kembar identik.
Dulu. Dulu sekali ketika aku masih SD (barangkali) sering melihat takjub orang kembar. Jika tak sengaja bertemu orang kembar, aku seringkali mengamati takjub mereka berdua seolah kembar benar-benar sesuatu yang luar biasa. Ah, jika diingat-ingat barangkali aku saat itu begitu memalukan.
Sejak kecil aku tak pernah terpikir punya anak kembar, sampai saat ini pun. Hingga di suatu siang beberapa pekan lalu jantungku dibuat berdebar melihat layar USG. Janin yang aku kandung kembar.
Tepatnya sekitar 5 pekan lalu saat kandunganku berusia 15 pekan (sekarang sudah 20 pekan). Saat itu aku ANC di bidan rina (semoga nanti bisa melahirkan ditolong beliau, aamiin). Seperti 2 bulan sebelumnya begitu berbaring di ranjang periksa perutku di USG. USG kali ini bidan rina langsung sedikit 'heboh' menjelaskan gambar USG di monitor. Suamiku yang mengurusi si sulung di luar tempat periksa juga langsung dipanggil. Janinnya kembar.
Dua bulan sebelumnya memang belum ketahuan kalau janinku kembar karena aku 'lupa' nggak nahan pipis, padahal beberapa waktu sebelumnya baru saja baca kalau USG hamil muda harus dalam keadaan kantong kemih penuh.
15 juni 2015 (tidak rampung)
Add caption

Kini tak terasa usia kandunganku sudah memasuki minggu ke 36, semakin dekat dengan waktu persalinan. Ada hal-hal yang kurasakan berbeda dengan kehamilanku yang pertama dulu. Entah. Barangkali dulu di kehamilan pertama aku terlalu sibuk dengan skripsiku sehingga hari-hari terakhir kehamilan aku jalani biasa saja tanpa ada rasa beban.
Kecapekan. Saat ini aku merasa sangat sering kecapekan dan terasa berat. Entah karena aku memboyong 2 janin di rahimku, atau aku tidak terlalu sibuk sehingga setiap detik begitu terasa? Setiap hari aku selalu menanti agar mereka segera terlahir ke dunia, mengalami persalinan dari alam rahim ke alam dunia. Tak bosan rasanya tiap hari membaca tentang perkembangan janin pada usia yang aku jalani sekarang. Sayang belum ada buku khusus yang membahas secara menyeluruh tentang kehamilan kembar.
Kehamilan kembar tentu berbeda dengan tunggal, yang jika kau baca di artikel-artikel kehamilan ini lebih beresiko. Tapi dengan sugesti yang positif dan keyakinan penuh pada Allah segala resiko itu berubah menjadi sebuah ladang jihad yang tidak semua wanita berkesempatan. "Bunda beruntung punya ladang pahala yang banyak" begitu suamiku selalu berujar.
Si kembar sudah seharusnya bersyukur memiliki seorang ayah yang siaga dan penyabar. Di usia ini aku banyak melewatkan beberapa pekerjaan rumah, walau aku masih bisa tapi tidak seoptimal biasanya, maka suamilah penggantinya. Kadang aku iri, sejak kehamilan yang memaksaku untuk tidak sering menggendong Jundi membuat Jundi lebih suka dengan ayahnya, bangun tidur yang dicari ayahnya, karena ayah bisa langsung memeluk dan menggendongnya sedang aku tidak. Tapi aku yakin semua ada masanya, dulu saat masih menyusu hanya aku yang dicarinya jika bangun tidur, dan barangkali ini juga sebuah proses penyesuaian diri. Aku tahu Jundi pun menyayangi calon adiknya, sering dia mencium perutku dan membelai-belai adiknya. Oke,ini hanya masalah proses persalinan dr seorang anak tunggal menjadi seorang kakak. Waktu juga yang akan mendidiknya untuk menjadi kakak yang bisa menjadi tauladan adik-adiknya.
Di usia ini posisi janinku yang pertama sudah memasuki panggul,siap untuk segera keluar bersalin menuju alam dunia. Dan janin kedua untuk pemeriksaan terakhir dalam posisi melintang, posisi ini masih bisa berubah ubah. Dan aku yakin aku pasti bisa melahirkan mereka dengan cara normal, aku yakin Allah akan mengabulkan do'aku agar bisa melahirkan keduanya dengan jalan normal. Bismillahi tawakaltu 'alallah.
Malang, 2 Oktober 2015 sambil menunggu mas Jundi pulang dari sekolahnya :)
Dari seorang Ibu yang ingin selalu belajar memperbaiki diri.

Rabu, 11 Maret 2015

[Tentang Kehamilan] Testpack

Bismillah...
Assalamualaikum....
Kali ini ingin sedikit berbagi tentang kehamilan. Barangkali akan sedikit memberi pencerahan untuk yang sedang merencanakan kehamilan, sedang mengalami kehamilan pertama, atau sedang harap-harap cemas karena sudah mulai terlambat datang bulan. Dan pastinya ilmu buat yang belum nikah biar nanti lebih siap menghadapi kehamilan :).

Testpack. Testpack memang alat pertama untuk mengetahui kehamilan. Cara kerja testpack adalah mendeteksi adanya hormon HCG yang dihasilkan oleh ibu hamil, dan hormon ini ada bersama urin. Testpack pun bermacam-macam, dari yang tingkat sensitivitas tinggi sampai yang rendah (sesuai dengan harga, dari yang cuma 2.500 sampai yang 25.000).

Sensitivitas testpack ini berbeda-beda, sehingga tiap testpack ada petunjuk tersendiri dalam kemasan. Kalau mau hasilnya akurat ya harus manut petunjuknya. Misal untuk testpack murah test harus dilakukan di pagi hari dan urin yang ditest adalah urin pertama hari itu, syaratnya lagi minimal telat haid 3 hari karena kadar hormon sudah mulai tinggi. Beda lagi dengan testpack mahal, test siang-siang juga oke, dan gak perlu nunggu telat 3 hari. Kalau gak salah ingat bahkan beberapa hari setelah berhubungan sudah bisa digunakan (jarang banget pakai yang mahal euy). Tapi kembali lagi menurut saya pribadi entah itu murah atau mahal demi keakuratan lebih baik test pagi hari dan nunggu telat dulu :).

Entahlah, kadang saya pribadi jadi rada senewen dengan testpack mahal, tiap kali beli yang mahal mesti pas negatif, dan pake yang murah pas positif :D. Kalau diinget-inget emang sudah agak lupa sih udah pake testpack berapa kali. Kayaknya baru 4 kali deh, dan sayang seribu sayang yg 2 kali (mahal) negatif dan 2 kali (murah) positif, huahaha.

Jadi teringat juga karena masih polosnya aku pas bulan pertama nikah aku telat datang bulan dan si calon nenek pas itu sudah berharap banget aku hamil. Berangkatlah kami sore hari ke RS terdekat mau test kehamilan (padahal testnya palingan sama aja pake test pack,kenapa gak dites sendiri coba? :')) dan hasilnya negatif saudara-saudara :D dan itu tidak masuk hitungan yang kumaksud di atas yaps :).

Kehamilan pertama dulu aku juga sudah agak lupa hari ke berapa aku baru test dan tau hamil, sepertinya sekitar telat 1 pekan, dan waktu itu saya habis ke dokter karena diare parah. Dan kehamilan kedua ini ajaibnya aku baru telat 2 hari dan terlihat sudah samar-samar garis positif itu. Padahal aku dan suami belum merencanakan kehamilan ini, tapi dari awal memang hanya KB alami, jadi normal kan kalau aku hamil lagi? :D. Kehamilan kali ini aku khawatir karena batuk-batuk terus dan lagi-lagi diare sampai ambeyen kambuh (mulai punya ambeyen pas hamil pertama), entah feeling darimana, baru telat 2 hari udah minta beli testpack ke suami. Dan walau baru telat 2 hari dan pake testpack murah alhamdulillah sudah terlihat samar-samar garis kedua pertanda positif :).

Aku bahagia, Jundi bahagia, Ayah bahagia, semua bahagia. Kami bahagia dan menikmati penantian 9 bulan ini. Umur janinku sekarang sudah 7w3d dihitung dari HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir), masih ada sekitar 32w lagi perjalanan ini. Bismillah semoga kehamilan ini diberi kelancaran seperti kehamilan pertama. Bismillahi tawakaltu 'alallah...

Semoga bermanfaat
Wassalamu'alaykum

Dirampungkan 18 maret 2015
BundaJundi :)

Rabu, 11 Desember 2013

Di saat Jundi sakit

Bagiku memiliki anak itu sama seperti belajar memaknai cinta. Cinta ibu pada anak yang tak terhingga. Cinta ini terasa begitu berbeda, rasa ingin selalu melindungi dan segalanya. Sungguh, rasa ini tidak akan dirasakan oleh orang yang belum pernah menjadi ibu. Bukannya aku tidak menghargai cinta-cinta wanita yang tidak dikaruniai anak, tapi sungguh, cinta ini benar-benar berbeda.

Suatu saat di kala aku masih hamil dulu, tertayanglah sebuah video tentang perkembangan sebuah janin hingga janin tersebut menjadi bayi yang dilahirkan. Aku menontonnya dengan suamiku, dan aku menangis tersedu-sedu, entahlah. Melihat perkembangan sebuah janin hingga menjadi bayi dengan ketidakberdayaannya membuat hati ini terenyuh, bagaimana dengan Jundi? Rasanya diri ini tak rela mengeluarkannya dari rahimku. Bagaimana aku tega membiarkan belahan jiwaku berjuang sendiri untuk sebuah kehidupan?

Tapi begitulah hidup, hidup ini memang perjuangan yang sulit, bahkan untuk bayi yang baru terlahir. Di dalam rahim bayi tak perlu khawatir akan kekurangan segala sesuatu, semua akan terpenuhi melalui sebuah plasenta yang membawa gizi-gizi yang diperlukan untuk bertumbuh. Tapi saat bayi terlahir, semua sistematika itu otomatis berubah, menjadi sebuah perjuangan untuk memperoleh sebuah nutrisi yang diperlukan tubuhnya.

Bahkan mulai sejak bayi pertama menghirup udara dunia bayi sudah diajarkan  bagaimanakah arti sebuah perjuangan. Tahukah? Menyusu pada ibu adalah sebuah perjuangan yang berat. Yang sudah pernah memiliki anak pasti tahu hal itu. Bagaimanakah susahnya mengulum sebuah puting yang rasa-rasanya posisinya susah sekali untuk pas. Mencari dan terus mencari. Maka untuk orang tua yang menyerah akan memberikan pada bayinya susu formula, begitu praktis tanpa perjuangan yang terlampau sulit. Padahal secara tidak langsung susu formula mengajarkan pada bayi, 'tanpa perjuangan kamu tetap bisa mendapatkan apa yang kamu butuhkan'.

Buat yang sudah sedikit banyak belajar tentang ASI tentu sudah tahu bagaimanakah perbedaan mekanisme kerja puting dan dot. Keduanya sungguh berbeda. Jika puting perlu dikulum beberapa kali hingga air susu keluar darinya maka dot tidak bekerja seperti itu, tanpa dikulum berulang-ulangpun dot akan memancarkan susu yang ada di dalamnya, sungguh tidak butuh perjuangan. Maka saat ini begitu banyak bayi yang mengalami gejala bingung puting. Kadang pakai dot kadang langsung puting. Kebanyakan terjadi pada ibu-ibu yang bekerja, ASI diperah, lalu saat ibu bekerja bayi diberi ASI dengan dot. Maka sekarang banyak alternatif pemberian ASI selain melalui dot, walau ada juga dot anti bingung puting.

Tentu sudah banyak yang tahu, bayi ASI memiliki sistem imun yang jauh lebih baik jika dibandingkan bayi sufor. ASI bagiku bagaikan perlindungan penuh terhadap bayi terhadap semua serangan penyakit, apalagi jika bayi selalu bersama ibu. Semua kondisi yang dialami bayi otomatis juga dialami ibu. Entahlah,ini hanya pemikiran dangkalku saja.

Tapi ini pengalamanku yang membuatku menarik kesimpulan dangkal sendiri. Sejak jundi lahir hingga berusia 11 bulan jundi sama sekali tidak pernah sakit walaupun itu hanya demam. Di usia tersebutlah pertama kali dalam hidup jundi mengalami yang namanya sakit, demam dkk.

Kala itu kami baru pulang dari pasuruan,kebetulan dapat tempat duduk yang dekat pintu. Jadilah angin berhembus kencang menerpa mas jundi,walau sudah kudekap tetap saja,dia tdk memakai selimut, hanya jaket.Pulangnya dia demam,masuk angin.Tapi waktu itu berbarengan dengan growth spurt nya jundi. Suatu masa dimana anak mau bertambah keahlian atau bertumbuh (seperti tumbuh gigi). Biasanya di fase ini anak memang butuh gizi lebih banyak, maka biasanya mereka lebih sering menyusu. Namun karena usianya sudah bukan lagi full ASI, ASI saja sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan tubuhnya. Maka makanpun harus dicukupkan sehingga kebutuhan untuk bertumbuh mencukupi.

Permasalahannya, jika grow spurth itu adalah saat tumbuh gigi, efek sampingnya susah makan. Jadilah asupan yang masuk ke dalam tubuh kurang, lalu sakit. Tubuh yang lemah itu semakin lemah, Sebagai ibu tentu ingin sakit itu dia saja yang merasakan. Rintihan anak yang mengeluhkan sakit (apalagi belum bisa mengeluhkan dengan verbal apa yang dirasakan) itu sungguh membuat hati semakin pilu….hiks4x…

Alhamdulillah masa itu sudah terlewati,sekarang mas Jundi sudah sehat dan pertumbuhannya lumayan pesat (terlihat dari berat badan yang naik terus tiap bulan). Alhamdulillah,,,


Mulai nulis ini bulan September pas Jundi sakit, terus lama ngambang begitu saja di laptop, dan Alhamdulillah hari ini dengan agak memaksa finish agar bisa dibagi dengan orang lain. Semoga bermanfaat :)
September-Desember 2013

Senin, 27 Mei 2013

Tips cepet hamil ala Agie :P




Lihat judulnya aja kayaknya tulisanku kali ini isinya bakal ngaco, secara aku juga bukan orang medis atau yang berhubungan dengan hal tersebut. Tapi berani-beraninya aku? Haha. Tulisan ini berawal dari banyaknya teman yang minta saran buat cepet hamil ke aku. Karena seumuranku memang jarang yang sudah menikah jadilah aku tempat tanya-tanya buat teman-teman yang sudah menika karena aku memang sudah punya anak, hehe. Tulisan ini cuma ringkasan dari beberapa saran orang-orang terdekatku saat 3 bulan masa penantianku dulu (3 bulan setelah nikah baru hamil).

Saran yang pertama keluar dari mulutku pasti ini à BANYAK MAKAN KECAMBAH. Kata banyak orang sayur ini banyak mengandung vitamin E yang bagus untuk menambah kesuburan ^^. Suami istri sama-sama makan ya, jadi kalo merencanakan kehamilan

Minggu, 28 April 2013

Dari Pembalut Herbal Beralih ke Menspad



Menspad, mungkin bagi sebagian besar orang kata ini sedikit asing. Tapi dengan kata pembalut atau softex tentu semua tidak asing lagi, terutama bagi wanita, yang tiap bulan menggunakan benda itu. Rutin. Bicara soal pembalut, semua pasti udah sering dengar tentang bahaya pembalut, dioxin, klorin, dan lain sebagainya. Saya sendiri sebagai orang kimia sebenarnya tidak ingin mengulas bahaya pembalut dari sisi tersebut, tapi bahaya pembalut jika menumpuk terus menjadi sampah. Bayangkan saja, 1 wanita saja tiap bulannya jika memakai pembalut sekali pakai maka paling tidak menghasilkan sampah 1 bungkus pembalut, itu hanya 1 bulan, kalau sampai menopause berapa banyak sampah yang dihasilkan? Apalagi sampah pembalut termasuk sampah yang susah terdegradasi.

Masa-masa kuliah, dengan alasan kesehatan aku memakai pembalut herbal yang harganya cukup melangit, 1 bungkus isi 10 lembar harga 32000,

Sabtu, 13 April 2013

Dan aku memilih clodi untuk kesehatan Jundi



Seperti bayi yang baru lahir pada umumnya, bayi Jundi juga memakai popok kain tradisional. Bagi sebagian besar orang tentu popok jenis ini sangat ribet. Pertama, tiap kali si kecil pipis harus mengganti. Yang kedua cucian banyak, karena bayi yang baru lahir intensitas buang air kecilnya sangat sering. Tak hanya buang air kecilnya, buang air besarnya pun bisa jadi sangat sering (khusus untuk bayi ASIX karena sifat ASI sebagai pencahar). Keribetan yang kedua ini tentu membuat capek si Ayah, terutama jika harus mencuci banyak popok dengan pup yang lengket di atasnya. Dari awal kelahiran Jundi hingga sekarang (Jundi usia 9m23d) urusan cuci mencuci popok menjadi urusan ayah.

Rabu, 31 Oktober 2012

Menyusui juga perlu update ilmu!



Memberikan apa yang terbaik untuk anak tentu semua ada ilmunya, tidak terkecuali ilmu tentang menyusui atau memberikan ASI. Kemarin aku sempat membaca data bahwa di daerah industry prosentase bayi yang mendapatkan ASI secara ekslusif angkanya sangat rendah. Hal ini dikarenakan sebagian besar Ibu di daerah tersebut bekerja sebagai buruh pabrik, sehingga tidak ada waktu untuk menyusui secara ekslusif.

Suatu kali aku pernah bertemu dengan saudara dari suami yang juga memiliki anak yang 2 bulan lebih tua dari anakku. Entahlah, sekarang ketika melihat anak bayi hal pertama yang aku tanyakan pada Ibunya adalah mengenai ASI, apakah diberi ASI atau sufor? Jawaban yang aku dapat, ASI tapi dibantu dengan sufor. Dan tahukah apa alasan yang aku dapat? Si Ibu harus bekerja di siang hari, dan sudah menjadi peraturan di tempat kerjanya bahwa pegawai tidak boleh pulang walau sedang istirahat. Setelah kuinterview (cieh…bahasanya berat) ternyata saat di kantor si Ibu harus

Kamis, 25 Oktober 2012

Episode mempersaudarakan Jundi



Awalnya aku tak pernah terpikir untuk mepersaudarakan bayiku, terbesit pun tidak. Sama sekali bayangan aku menyusui bayi orang lain tidak pernah terbayangkan olehku sebelumnya. Kisah ini berawal dari misiku ingin menyusui Jundi secara ekslusif. Setiap hari sehabis shubuh peralatan memompa telah siap untuk memerah ASIku agar cukup ketika Jundi kutinggalkan. Awalnya memang berat, namun lama-lama ternyata dengan rutin memompa tiap shubuh membuat produksi ASIku semakin melimpah, Alhamdulillah.

Di komunitas yang aku ikuti di twitter –AyahASI-, memang pernah membahas bahwa pada jam 2-5 pagi hormon oksitoksin yang memicu produksi ASI sedang tinggi-tingginya, sehingga jika kita memompa pada jam-jam tersebut maka ASIP yang didapat akan melimpah. Ditambah lagi dengan kebiasaan menyusui Jundi dengan posisi tidur membuat PD sebelah yang tidak disusu menjadi mengeras karena terlalu penuh. PD yang penuh inilah tiap selesai sholat shubuh kuperah untuk Jundi. Tentunya setelah ritual membacakan ma’tsurat dan tilwah di dekat Jundi tertidur pulas.

Senin, 22 Oktober 2012

Tentang ASI ekslusif



Mengenai ASI ekslusif, saat ini rupanya Ibu-ibu banyak yang kurang peduli. ASI ekslusif bermakna bahwa asupan yang diberikan kepada bayi hanyalah ASI, tidak ada yang lain, tidak sufor dan tidak pula yang lain. Menurut anjuran WHO, ASI ekslusif diberikan pada bayi hingga usia 6 bulan. Setelah itu bayi baru bisa diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Data di AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) yang membuatku memelototkan mata adalah bahwa di Indonesia Ibu yang memberikan ASInya secara ekslusif kepada bayinya hanya sekitar 15,6%. Sedangkan di propinsiku sendiri, Jawa Timur, hanya sekitar 10,5% bayi yang mendapatkan ASI secara ekslusif. Kesadaran akan pentingnya ASI di Indonesia memang menyedihkan, padahal ASI itu “hak” anak yang harus diberikan ibu. Bayi yang baru lahir memang belum bisa menuntut haknya sendiri, sehingga banyak orang tua justru mengabaikan kewajibannya untuk memberikan ASI kepada anaknya secara ekslusif.

Minggu, 21 Oktober 2012

Di saat aku sakit




Sebenarnya aku tak pernah pula membayangkan sebelumnya jika aku sakit dan masih harus menyusui anakku sevara ekslusif. Keadaanku yang flu berat 2 pekan ini mengingatkanku pada perjuanganku saat masih mengandung dulu. Waktu itu usia kehamilanku menginjak 8 bulan, hamil tua. Flu berat menyerangku, tiap malam aku kesusahan tidur karena batuk-batuk yang tak kunjung usai. Pada usia tersebut gerakan bayi memang semakin terasa, tendangan-tendangan kecil Jundi, gerakan tangannya yang rasanya seperti menggelitik perutku bagian bawah. Pada usia itu pula, janin mulai sering mengalami kontraksi kecil, jika saya bertanya pada bidan dan dokter obgyn, itu adalah kontraksi bohongan. Pada kehamilan ini setiap bulan saya memang periksa di dua tempat, awal bulan jadwalnya ke dokter obgyn agar bisa melihat kondisi janin dengan USG, dan di tengah bulan jadwalnya periksa ke bidan yang selalu siap memeperdengarkan suara detak jantung Jundi dengan jelas, that’s amazing.

Sabtu, 20 Oktober 2012

Tentang memandikan bayi part 2



“Apa? Dimandikan juga? Nggak mau, pokoknya aku nggak mau anakku dimandikan orang lain…” si mbak UH tiba-tiba menyatakan ketidaksetujuannya terhadap rencana menitipkan anak ke sebuah TPA jika nanti cuti melahirkannya telah habis.

“ Ya sudah, nggak usah ngajar aja kamu!” suaminya pun menyahut.

Mbak UH yang bekerja sebagai dosen saat ini memang tengah hamil tua, anak pertama. Obrolan itu sempat tercipta saat keluarga kami pergi bersilaturahim ke rumah mereka. Saat itu kami sedang saling bercerita mengenai TPA, Tempat Penitipan Anak. Mbak UH dan suaminya MZ sama-sama bekerja sebagai tenaga pengajar yang notabene setiap hari harus meluangkan waktu pergi ke sekolah. Wacana mengenai bagaimana nantinya anak pertama mereka tiba-tiba tertuangkan.

Jumat, 19 Oktober 2012

Tentang memandikan bayi



Tentang memandikan bayi, aku ada sedikit cerita untuk dibagi. Seperti banyak cerita ibu-ibu baru ataupun lama yang kudengar, bab ini merupakan bab yang cukup susah untuk dilakukan. Tidak semua Ibu mampu, walaupun harusnya secara naluriah dia harusnya mampu. Tapi menurutku hal ini bukan masalah mampu atau tidak mampu, tapi berani atau tidak berani.

Memandikan bayi menjadi rumit karena sabun bersifat licin. Setiap orang juga pasti akan ada ketakutan jika si bayi saat dimandikan luput dari cengkeraman tangan. Ditambah ukuran bayi yang masih mini membuat kerumitan itu semakin sempurna.

Kamis, 18 Oktober 2012

Tentang menyusui

Tentang menyusui, aku ingin sedikit berbagi.

Awalnya aku sangat awam tentang pentingnya ASI. Setelah melahirkan bagiku tidak menjadi persoalan ketika susu formula memasuki mulut anak pertamaku. ASI yang kuproduksi di hari-hari pertama aku menjadi ibu memang sangat sedikit, dan aku masih belum terlatih untuk menyusui. Menggendongnya dengan benar, lalu membantu dia mengulum putingku dengan benar. Hal itu bukan hal yang mudah, apalagi untuk aku yang seumur-umur belum pernah berani gendong bayi baru lahir. Ditambah lagi Ibuku yang menjadi Eyang baru pun ketakutan jika anakku kekurangan cairan karena ASIku yang belum lancar. Sedikit aku memang tahu, bahwa di awal kehadirannya di dunia ia tak membutuhkan cairan yang terlalu banyak. Bayi baru lahir lambungnya berukuran sebesar kelereng, cukup 3 sendok teh saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Namun terkadang karena ilmu yang kurang kita jadi kurang sabar menyusui dengan segala kesulitannya, padahal Allah sudah dengan begitu sistematisnya mengatur semuanya. ASI keluar sedikit memang karena bayinya masih butuh cairan sedikit.

Godaan sufor di 24 jam pertama kelahirannya pun sukses, anakku meneguk sufor itu dari botol bernama dot yang katanya justru bikin bayi nggak mau mengulum puting Ibunya. 30 ml pertama, bayiku sukses menghabiskan. Tapi aku tak menyerah begitu saja, tiap kali dia menangis, aku tetap berusaha menyusui dengan baik. Dan merah-merah di kedua pipi bayiku menjadi bukti bahwa proses menyusui ini belum benar, ASI masih harus tercecer di wajah bayiku hingga membuat pipinya ruam susu. Aku pun sempat menangis, mengadu ke suami, mengapa ASI ku Cuma sedikit. Dan suamiku pun menyemangatiku, bahwa aku bisa, itu semua hanya dari sugesti, semakin kita stress semakin ASI susah keluar.

Keyakinan bahwa ASI dipengaruhi hormone oksitoksin, hormone kebahagiaan membuat hari-hari setelahnya justru membuatku kualahan, ASIku keluar berlebih hingga aku harus mengenakan breastpad agar bajuku tidak basah. Dan ternyata breastpadpun belum cukup membendung, jadilah kain popok penyerap.

Namun hal itu tidak berhenti begitu saja, di hari-hari awal kelahirannya, hamper tiap malam dia terbangun, membuat aku, suamiku, ibuku, atau bahkan ibu mertuaku –ketika sedang di Malang- seringkali terbangun. Dalam kondisi kantuk berat serta tubuh yang belum bisa menggendong dengan baik tiap malam-malam pertama aku kesusahan untuk menyusui bayiku. ASI sudah keluar deras namun bayiku belum bisa berposisi secara nyaman, sehingga dia tetap merengek, menangis. Masalah inilah yang membuat 30 mL sufor kembali mengalir ke mulut bayiku, dalam dekapan Ibuku, miris.

Hari-hari berikutnya aku cukup bisa mengatasi, aku pun diperkenalkan suamiku pada komunitas peduli ASI yang aktif di twitter. Sejak itu aku mulai lebih peduli, bahwa tidak ada yang lebih baik dari ASI. Dan di suatu malam saat Ibuku kembali ingin mengucurkan cairan asing itu ke mulut bayiku, kotak sufor itu tak lagi ada, tanpa sepengetahuanku kotak itu telah disembunyikan oleh suamiku. Setelah tahu bahwa sufor membuat pencernaan bayi bekerja terlalu keras sehingga si bayi jika diberi sufor lebih cepat tertidur membuat aku dan suami begitu anti dengan sufor. Kami tak mau menyiksa pencernaan bayi kami, kami begitu mencintainya. Ditambah lagi beberapa kekurangan sufor yang kata orang membuat bayi suka mengompol dan konstipasi.

Aku bersyukur memiliki suami yang telah melek  terhadap pentingnya ASI. Beruntunglah bahwa hanya sekitar 90 mL saja cairan asing itu memasuki pencernaan bayiku. Hingga kini dia murni kususui, tanpa ada tambahan sedikitpun asupan lain. Dan aku berazzam ingin menyusuinya sampai dia genap 2 tahun, sebagaimana telah dianjurkan dalam al-Qur’an surat Luqman 31 : 14.

14. dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

[1180] Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.

13 Oktober 2012 – 18 Oktober 2012