Sabtu, 13 April 2013

Dan aku memilih clodi untuk kesehatan Jundi



Seperti bayi yang baru lahir pada umumnya, bayi Jundi juga memakai popok kain tradisional. Bagi sebagian besar orang tentu popok jenis ini sangat ribet. Pertama, tiap kali si kecil pipis harus mengganti. Yang kedua cucian banyak, karena bayi yang baru lahir intensitas buang air kecilnya sangat sering. Tak hanya buang air kecilnya, buang air besarnya pun bisa jadi sangat sering (khusus untuk bayi ASIX karena sifat ASI sebagai pencahar). Keribetan yang kedua ini tentu membuat capek si Ayah, terutama jika harus mencuci banyak popok dengan pup yang lengket di atasnya. Dari awal kelahiran Jundi hingga sekarang (Jundi usia 9m23d) urusan cuci mencuci popok menjadi urusan ayah.

Untuk digunakan di malam hari tentu penggunaan popok kain tradisional ini menjadi sangat ribet. Hampir tiap 2 jam sekali bayi akan pipis dan tentu saja terbangun dan menangis. Kalau sudah begini maka solusinya adalah popok yang bisa menampung hingga berkali-kali basahan. Dan solusi yang aku pakai waktu itu adalah pospak (alias popok sekali pakai). Pospak ini memang praktis banget, selain bisa tahan hingga pagi, pospak juga bisa langsung dibuang tanpa harus mencuci terlebih dahulu.
Sebenarnya waktu aku masih hamil aku sudah membeli 2 buah clodi (cloth diaper modern) berukuran new born yang kupersiapkan untuk dipakai Jundi saat masih kecil. Namun ternyata untuk bayi baru lahir clodi terlalu bulky jika dipakaikan. Walau memang kata produsennya bisa dipakaikan untuk bayi mulai berat 3-13kg, tapi untuk baby Jundi yang lahir dengan berat 3,1kg clodi membuat kakinya mekakang. Dengan alasan itu maka clodi menjadi terlupakan dan tiap malam aku memakaikan Jundi dengan pospak. Dua buah clodi Jundi pun tersingkir begitu saja, terlupakan.
Penggunaan pospak tiap malam dan tiap kuajak keluar berlangsung cukup lama, hingga usia Jundi sekitar 7 bulan (lupa). Namun segera kuhentikan setelah membaca kultwit dr. H. Taufiqur Rahman, SpA (linknya sebagai berikut à http://taura-taura.com/amankah-penggunaan-diaper/ ). Tentunya setiap Ibu hanya ingin yang terbaik untuk anaknya. Sejak saat itu aku langsung memesan 1 buah clodi merk lokal yang berbeda dari yang pertama kali kubeli. Asumsiku jika Jundi hanya mengenakannya pada malam hari maka akan cukup jika hanya memiliki 1 cover dan 2 insert. Namun ternyata lama-lama aku makin jatuh cinta sama clodi, selain daya serapnya hampir menyamai pospak, sehat, ramah lingkungan, dan yang paling penting hemat :D. Lama-lama allday aku memakaikan Jundi clodi, karena makin lama makin ribet jika memakai popok kain tradisional. Kini Jundi sudah memiliki sekitar 6 buah cover dan banyak insert (lupa berapa jumlahnya, yang jelas lebih banyak dari jumlah covernya).
Sayang, di musim penghujan yang kurang bersahabat untuk menjemur, Jundi terkadang harus terpaksa pakai pospak karena clodinya nggak kering :(. Tapi tak apalah, yang penting nggak tiap hari dan tiap waktu, hehe.

Malang, 13 April 2013
Bundajundi.blogspot.com :)

2 komentar:

  1. salam kenal. mampir kemari hasil browsing pengalaman ibu2 memakai clodi. hehe aku punya 11 insert litty by Pempem, mbak. Blm termasuk insert hemp dan microfiber (bawaan pas beli covernya yg mostly merk Ecobum). So far, hasil dari prewash insert, favoritku ya litty krn paling cepat kering.

    https://whileinsydney.wordpress.com/

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal juga mbak. wah kalo insert litty saya malah belum pernah coba performanya,karena 3 tahun lalu belum produksi,adanya yang insert bamboo. kalo sekarang saya jatuh cinta sama insert staydrynya babibum,cepet kering dan daya serapnya bagus.

      Hapus