Minggu, 21 Oktober 2012

Di saat aku sakit




Sebenarnya aku tak pernah pula membayangkan sebelumnya jika aku sakit dan masih harus menyusui anakku sevara ekslusif. Keadaanku yang flu berat 2 pekan ini mengingatkanku pada perjuanganku saat masih mengandung dulu. Waktu itu usia kehamilanku menginjak 8 bulan, hamil tua. Flu berat menyerangku, tiap malam aku kesusahan tidur karena batuk-batuk yang tak kunjung usai. Pada usia tersebut gerakan bayi memang semakin terasa, tendangan-tendangan kecil Jundi, gerakan tangannya yang rasanya seperti menggelitik perutku bagian bawah. Pada usia itu pula, janin mulai sering mengalami kontraksi kecil, jika saya bertanya pada bidan dan dokter obgyn, itu adalah kontraksi bohongan. Pada kehamilan ini setiap bulan saya memang periksa di dua tempat, awal bulan jadwalnya ke dokter obgyn agar bisa melihat kondisi janin dengan USG, dan di tengah bulan jadwalnya periksa ke bidan yang selalu siap memeperdengarkan suara detak jantung Jundi dengan jelas, that’s amazing.


Kontraksi yang mulai sering terasa itu pula semakin menjadi saat batuk-batuk terus menyerang. Dalam kondisi hamil tentu aku tidak bisa sembarangan meminum obat, karena apa yang kukonsumsi akan dikonsumsi si Jundi juga. Begitu pula ketika aku pergi ke dokter, dokter mengatakan bahwa beliau akan memberikan dosis yang sangat rendah agar kandunganku tidak terganggu. Namun walau hanya sakit flu yang lumrah, obat yang harus kutebus berharga 150ribu, cukup mahal bagiku, apalagi untuk ukuran sakit flu. Tapi bagaimanapun kondisi bayiku lebih penting, karena aku pun khawatir jika aku terlalu sering batuk, kontraksi bisa terjadi hingga bayiku harus lahir premature. Semua Ibu pasti ingin yang terbaik untuk buah hatinya, lahir normal ketika usianya telah matang.

Lain halnya ketika aku kini yang sedang menyusui secara ekslusif, aku yang sedang terserang flu berat selain harus meminum obat yang tidak berpengaruh terhadap bayiku aku juga harus menjaga agar bayiku tidak sampai tertular penyakitku. Kondisi bayi dengan system imun yang masih rendah membuat dia lebih rentan terserang penyakit dibandingkan orang dewasa. Aku pun pergi ke dokter beberapa hari yang lalu, namun sayang hingga obat habis fluku tak kunjung sembuh. Yang mengherankan justru Jundi yang terus berdua denganku sama sekali tidak tertular penyakitku, subhanallah.

Awalnya beberapa orang seperi Ibuku dan Mertuaku mulai khawatir jika Jundi tertular flu yang kuderita, wacana untuk memakai masker saat menyusui pu menjadi solusi. Tapi yang terjadi justru aku sama sekali tidak memakai masker :D. Yang kulakukan hanya menyusui tanpa melakukan kecupan-kecupan sayang ke pipi anakku yang menggemaskan, hehe. Dan Alhamdulillah Jundi sehat-sehat saja hingga sekarang.

Hal yang amazing ini mengingatkanku bahwa system imun anak yang diberi ASI ekslusif memang jauh lebih baik daripada anak sufor. ASI memang yang terbaik dan tak akan terganti oleh susu formula paling mahal sekalipun. Seperti halnya pada saudaraku yang diberi full sufor, ketika dia telah besar dia sangat rentan terhadap penyakit, minum es krim sedikit saja langsung pilek. Lalu saudaraku yang lain dengan kasus yang sama berdekatan dengan orang flu sebentar saja dia langsung tertular. Tapi tetap kembali, ini semua tidak bisa digeneralisasi, ini hanya contoh yang berdekatan denganku.

Jundi dengan asupan ASI yang ekslusif, tanpa tambahan asupan lain sedikitpun memang memiliki daya tahan tubuh yang cukup baik. Padahal aku pun tidak mengimunisasi dia seperti anjuran pemerintah, menurutku apa yang telah diberi Allah itulah yang terbaik. ASI adalah imunisasi yang telah dirancang Allah SWT secara begitu sempurna, lalu bila ada yang sempurna untuk apa susu formula?

21 Oktober 2012
9.04
Sebagian tulisan ini kuketik sambil menyusui Jundi, terbiasa saat mengerjakan skripsi dulu

0 komentar:

Posting Komentar