Kamis, 25 Oktober 2012

Episode mempersaudarakan Jundi



Awalnya aku tak pernah terpikir untuk mepersaudarakan bayiku, terbesit pun tidak. Sama sekali bayangan aku menyusui bayi orang lain tidak pernah terbayangkan olehku sebelumnya. Kisah ini berawal dari misiku ingin menyusui Jundi secara ekslusif. Setiap hari sehabis shubuh peralatan memompa telah siap untuk memerah ASIku agar cukup ketika Jundi kutinggalkan. Awalnya memang berat, namun lama-lama ternyata dengan rutin memompa tiap shubuh membuat produksi ASIku semakin melimpah, Alhamdulillah.

Di komunitas yang aku ikuti di twitter –AyahASI-, memang pernah membahas bahwa pada jam 2-5 pagi hormon oksitoksin yang memicu produksi ASI sedang tinggi-tingginya, sehingga jika kita memompa pada jam-jam tersebut maka ASIP yang didapat akan melimpah. Ditambah lagi dengan kebiasaan menyusui Jundi dengan posisi tidur membuat PD sebelah yang tidak disusu menjadi mengeras karena terlalu penuh. PD yang penuh inilah tiap selesai sholat shubuh kuperah untuk Jundi. Tentunya setelah ritual membacakan ma’tsurat dan tilwah di dekat Jundi tertidur pulas.


Kebiasaan yang dulu awalnya ‘terpaksa’ kulakukan akhirnya menjadi keterusan. Stok ASIPku pun menjadi berlebih, apalagi setelah aku dinyatakan lulus di majelis sidang. Dan secara tidak kebetulan –karena pasti sudah diatur oleh Allah SWT- aku ber-bbm ria dengan saudaraku yang juga baru memiliki bayi –jarak sekitar satu bulan lebih muda daripada Jundi-. Pada pesan-pesan itu kami membicarakan mengenai ASI, aku bertanya pada dia apakah ASInya masih keluar sedikit dan tidak mencukupi. Dan ternyata jawabnya iya, dan obrolan itupun berakhir pada keputusan mempersaudarakan Jundi dengan Tiara.

Awalnya saat sebelum aku ujian skripsi stok ASIPku telah banyak, agar aku tidak terlalu khawatir memikirkan nasib perut Jundi ketika kutinggal. Namun setelah ujian telah selesai ternyata stok tersebut masih ada 2 botol penuh, maka itulah pertama kalinya air susuku disusukan ke Tiara, adik susu Jundi.

Berikutnya pun aku terus memerah ASI, aku juga turut prihatin dengan Tiara jika harus lebih banyak meneguk susu formula. Ibunya juga seorang dokter muda yang tahu bagaimana pentingnya ASI, namun Ibunya sendiri bercerita ketika ASInya keluar sedikit, dia semakin stress, dan justru stress itu penyebab ASI semakin tidak keluar. Ditambah lagi dia terpisah jarak dengan ayah Tiara yang bekerja sebagai dokter di Banjarmasin, sedangkan dia sendiri setelah cuti 2 bulan ini harus meneruskan koas di Surabaya.

Dan justru Surabayalah yang membuat aku kini tak bisa setiap hari mensuplai ASIP untuk Tiara. Mengapa tidak sedari dulu saat Tiara masih di Malang? Kadang aku menyesal mengapa ketika Tiara harus pindah ke Surabaya bersamaan dengan ketika aku mulai bisa memberikan ASIPku sepenuhnya untuk Tiara. Dan saat ini freezer kulkasku telah penuh dengan botol-botol susu. Sehari setelah aku wisuda, tante Tiara yang akan pergi ke Surabaya lupa untuk mengambil stok ASIP yang ada. Dan kini setelah ASIP itu cukup banyak tidak ada yang bisa mengambilnya, hanya menunggu 11 November esok segera tiba, saat keluargaku pergi ke Surabaya.

25 Oktober 2012
11.23
*dengan masih memikirkan cara menempatkan ASIP saat membawa ke Surabaya, karena icebag yang ada hanya muat 8 botol untuk botol besar, sedang botol kecil bisa 6 botol. Tapi sepertinya hingga hari itu stokku akan melebihi, lalu bagaimana? Ada yang punya saran? Hehe J

0 komentar:

Posting Komentar