Tampilkan postingan dengan label Parenting. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Parenting. Tampilkan semua postingan

Kamis, 23 Maret 2017

Lomba duduk


.
Lucu ketika melihat si kembar lomba duduk. Apa pasal? Kalau lagi minta makanan atau minuman kesukaan yang sedang dipegang bundanya. Siapa yang duduk duluan bakal dapat bagian duluan. Tanpa saya minta duduk alhamdulillah sudah reflek duduk karena biasanya saya minta duduk terlebih dahulu.
.
Saya berusaha membiasakan agar anak-anak saya makan dan minum sambil duduk, dimanapun tempatnya akan saya minta duduk dulu baru saya berikan, jadilah biasanya 'ndeprok' dimanapun berada.
.
Yah walaupun kadang juga masih kecolongan, karena membiasakan hal kecil tapi penting ini pun tidak mudah. Butuh konsistensi juga dari orang tua agar memberi contoh yang benar tentang adab makan dan minum ini.
.
Jadi kalau anda masih suka makan dan minum berdiri, tak malulah dengan si kembar yang baru 16 bulan ini 😁😁😁.
.
Bunda Jundi
25 februari 2017
28 jumadil awal 1438

Rabu, 22 Maret 2017

Mengajarkan kemandirian


Bagi saya mengajarkan kemandirian pada anak itu tak mudah. Butuh proses berdarah-darah yang bisa bikin stres *lebay*. Salah satu kemandirian yang bikin cukup stres adalah ketika anak minta makan sendiri. Dari jaman mas Jundi bayi, usia sekitar 9 bulan udah sering banget minta makan sendiri. Udah makanan banyak yang kececer, lengket dimana-mana, di baju, di lantai, belum lagi makanan yang akhirnya hanya sedikit sekali yang masuk ke perut si kecil.
.
Saya sendiri bukan penganut metode BLW dimana sejak awal MP-ASI anak sudah dibiarkan makan semua sendiri. Saya sadari saya bukan ibu yang super telaten dan penyabar yang bisa meladeni anak untuk makan sendiri.
.
Pada beberapa kali kesempatan makan, memang tidak selalu mereka minta makan sendiri, tapi sering sekali mereka minta makan sendiri. Yah saya pikir mereka memang meniru apa yang orang dewasa lakukan. Dan keinginan belajar mereka luar biasa kuatnya, masyaAllah.
.
Meski ulang kali jatuh dan belum bisa mengendalikan sendok dengan baik mereka tetap berusaha memasukkan makanan ke mulutnya sendiri. Kadang kalau sudah keinginannya begitu kuat sambil saya bantu suap pun mereka tolak. Dan sungguh aslinya ini bikin saya cukup nyut-nyutan, harus membersihkan makanan yang tercecer, belum lagi harus ganti baju lagi, huahah.
.
Dan saya berusaha tetap waras, biarlah mereka belajar mandiri, karena tak jarang anak usia SD masih minta makan disuapi.
.
Bunda Jundi
21 Maret 2017

Minggu, 08 Januari 2017

Makanan sehat vs makanan tidak sehat


.
Sejujurnya saya bukanlah ibu yang sangat ketat aturan untuk apa-apa yang dimakan anak. Anak-anak saya bukan anak yang 100% bebas msg, gluten, atau makanan lain yang kurang baik bagi tubuh. Cemilan anak saya bukan cemilan 100% homemade dan buah-buahan saja, tapi juga cemilan-cemilan kemasan jadi yang banyak dijual di pasaran.
.
Meski begitu saya punya aturan sendiri terhadap apa yang boleh dan tidak boleh, karena cemilan yang umum dimakan anak di usia anak saya banyak yang sebenarnya tidak boleh dikonsumsi untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia kurang dari 5tahun. Himbauan di kemasan juga sudah ada, hanya saja ukurannya kecil, jika tidak jeli maka tidak akan terbaca. Beda dengan peringatan rokok, meski peringatan bahayanya sudah segede gajah para ahli hisab tetep membeli dan membakarnya 😁.
.
Dari kecil cemilan anak-anak saya yang beli sekitaran di puff, biskuit, wafer,  coklat, es krim. Tak heran jika mas Jundi tidak suka permen, karena dari kecil tidak kenal permen. Beberapa kali diberi permen di sekolah atau di tempat lain hanya dijilat beberapa kali lalu sudah dikasih ke saya atau dibuang.
.
Pun dengan snack 'ciki-ciki' favorit jutaan anak, kalaupun diberi dia bakal nyomot 1-2 saja habis itu bilang, 'gak enak, sudah'. Alhamdulillah lidahnya sudah menolak sendiri dengan makanan yang kurang baik bagi tubuhnya. Inipun semakin diperkuat dengan materi yang diberikan di sekolah tentang makanan sehat dan makanan tidak sehat, dia jadi lebih menolak lagi.
.
Kejadian lucu terjadi beberapa hari lalu, ada salah seorang sahabat lama berkunjung ke rumah, dia membawakan jundi 3 bungkus ukuran paling besar snack t**o. Tanggapan jundi, 'gak mau, itu gak sehat!'. Sontak teman saya tertawa terpingkal. Maafkan kelakuan anak saya cikgu 😑.
.
Ada kejadian lain. Saya memang tidak suka jika anak saya terlalu banyak mengonsumsi teh, karena kurang baik untuk anak-anak. Untuk bumil dan busui saja harus dibatasi konsumsinya. Namun, anak saya terlanjur suka dengan teh karena di rumah eyangnya suka diberi teh terutama saat masa penyapihan. Untuk mengatasi ini saya bilang ke anak saya bahwa teh itu tidak sehat jika dikonsumsi terlalu banyak, jadilah kejadian memalukan lagi. Saat bertamu ke tempat orang disuguhi teh dengan lantang dia ngomong, 'loh, teh itu kan gak sehat kan?'. Aih, padahal di rumah kadang juga masih minum teh, saya berikan dalam batas wajar kalau pas dia meminta dengan sangat.
.
Terakhir, saya jadi teringat di salah satu diskusi parenting, kala itu ibu ketua fatayat NU Malang yang sharing. Beliau cerita, beliau sangat protect terhadap makanan anak pertamanya, benar-benar tidak pernah terkena msg sama sekali dari kecil. Masalah datang saat usia SMA anaknya mondok, sering sakit karena terkena makanan di pondok yang tidak bisa steril dari msg. Wallahu'alam.
.
Suatu saat pasti datang masa dimana anak harus menghadapi semua sendiri, maka tugas orang tualah mempersiapkan kekebalan sang anak, kebal bukan berarti steril tidak pernah bersinggungan sama sekali, tapi justru diperkenalkan agar mereka 'tahu'.
.
Bunda Jundi
5 Rabiul Tsani 1438H
4 januari 2017

GTM : cobaan terberat mamah muda


.
Terdengar lebay, namun begitulah nyatanya,  GTM a.k.a Gerakan Tutup Mulut  pada bayi bisa bikin ibu stres, emosi, bahkan nangis (curhatan para ibu). Beragam cara akan dilakukan ibu agar anak mau makan lagi, mulai dari mencoba berbagai varian masakan sampai mencoba berbagai vitamin penambah nafsu makan.
.
Untuk yang kasih mpASI homemade bisa double stres, bayangkan saja, sudah harus buat masakan khusus (yang tentunya menyita waktu lebih) eh ujung-ujungnya harus berakhir di tempat sampah 😭😭😭. Lebay yak, apalagi kalau semua dihandle sendiri, tanpa ART pun tidak serumah dengan orang tua ataupun mertua, klop 😅😅😅.
.
Entah, masalah GTM ini sepertinya menyerang banyak bayi, termasuk bayi kembar saya. Sejak usia sekitar 11bulan sampai sekarang sekitar 14bulan, GTMnya sering kambuh-sembuh kambuh-sembuh. Kalau sudah kambuh, sehari bisa masuk 5 sendok bayi itu sudah prestasi, mulutnya benar-benar dikunci rapat ketika ada sendok berisi makanan disodorkan di depan mulut. Saya pun sempat stres, apalagi masnya gak pernah GTM, eh adiknya kembar kalau GTM langsung janjian berdua barengan 😂😂😂.
.
Ada beberapa faktor juga yang memicu stres tambahan pada ibu yang anaknya GTM, salah satunya adalah bb bayi yang tetap atau bahkan turun saat di posyandu setiap bulan. Untung-untung kalau petugasnya gak bawel pakai ceramah abc bikin ibu makin stres. Tanpa di ceramahi pun seorang ibu pasti kepikiran jika 2kali saja bb bayinya tidak naik ataupun turun, apalagi jika sudah dengar namanya gagal tumbuh, hua 😭😭😭.
.
Ada salah satu tetangga hingga memutuskan tidak pernah pergi ke posyandu tiap bulan untuk menjaga diri tetap waras, tidak stres memikirkan bb bayi. Pasalnya si anak makannya luar biasa susahnya. Atau ada juga yang memang genetis tubuh mungil dari orang tua.
.
Kalau ke dokter anak biasanya disuruh konsul ke ahli gizi. Memang gizinya harus dicukupkan, tapi bagaimana bisa cukup sedang masuk mulut saja tidak bisa?
.
GTM, hal remeh yang harusnya tidak menyita banyak pikiran ibu. Saya sendiri sebenarnya ingin tidak memikirkan ini tapi kadang di saat puncaknya mereka menolak makanan disitulah saya kepikiran.
.
Baca-baca sebenarnya GTM bisa diatasi dengan mengenalkan anak apa itu rasa lapar? Caranya dengan membuat jadwal makan yang teratur pun dengan jadwal cemilan. Waktu makan bayi pun harus dibatasi maksimal 30 menit, habis tidak habis stop. Buat mereka menghargai waktu makan.
.
Tapi, yang susah adalah ketika sudah jadwal makan bayi GTM justru nemplok minta menyusu, ditolak bisa meronta-ronta hingga keinginannya dikabulkan 😢😢😢. Mengasuh bayi benar-benar kompleks, tak heran jika Allah pun menjanjikan pahala. Maka niatkanlah untuk ibadah agar tidak sia-sia. Dan yang anaknya tidak pernah GTM, bersyukurlah, karena pikiran mu bisa untuk memikirkan hal yang lebih penting dari sekedar GTM.
.
GTM. Semoga cepat berlalu. Ibu, semoga semua aktivitas mu bernilai ibadah.
.
Bunda Jundi
2 Januari 2017 M
3 Rabiul Tsani 1438 H

Minggu, 20 November 2016

MENYAYANGI BINATANG


.
Dalam islam diatur mengenai adab-adab terhadap binatang, manusia tidak boleh menyakiti binatang dan tetap memperlakukan binatang dengan baik. Begitupun Rasulullah saw pun menyontohkan betapa beliau menyayangi binatang, salah satunya kucing. Iya, kucing, hewan yang selama ini saya 'phobia' terhadapnya.
.
Entah, bahkan phobia saya ini sudah pernah diterapi, tapi belum sepenuhnya merubah alam bawah sadar saya yang langsung berdigik lihat kucing.
.
Ada cerita unik tentang kucing. Jadi ceritanya salah satu admin botiashop Jilbab Murah Malang ini suka kucing, dan beberapa hari terakhir dia sering bercerita tentang kucing yang dia rawat. Kucing yang ditemukan masih bayi baru lahir, belum bergigi dan belum pandai berjalan.
.
Seru sekali kalau mendengar dia bercerita, memandikan kucing dengan sampo dan air hangat, memberikan susu kucing lewat dot, sampai memberikan tangannya untuk empeng kucing sampai tertidur.
.
Tiba-tiba kemarin dia meminta ijin pulang dulu dengan air mata sudah meleleh di pipinya, 'Mbak, aku ijin pulang dulu ya'
.
'Lho kenapa? Kok nangis?'
.
'Kucingku mbak, kata mama berak darah'
.
Kulihat jam dinding, pukul 1 lewat. Hari ini sabtu, toko tutup jam 2. Kurang sebentar.
.
'Iya pulang saja, hati-hati ya nyetirnya'
.
'Iya mbak, padahal kemarin malam tidur di pangkuanku. Hiks, aku mbanyol, kucing ditangisi, tapi kudu nangis'
.
Mengingatkanku pada Zarah, tokoh utama di novel supernova partikel yang jadi ibu orangutan bernama Sarah. Saat mereka harus berpisah justru Zarah lah yang berat.
.
Sorenya saya mendapat kabar si kucing mati di usia beberapa pekan saja. Umur tiada yang tahu :) .
.
Saya sendiri dan suami ingin memelihara sesuatu di rumah agar anak-anak juga belajar menyayangi hewan. Entah apa, yang jelas bukan kucing. NO!
.
Bundajundi 16 oktober 2016
Rampung 10.40

MENCIPTAKAN BONDING

Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menciptakan bonding yang kuat antara seorang ibu dengan anaknya. Salah satunya adalah melalui menyusui. Maka banyak pakar parenting menyarankan agar saat proses menyusui tidak boleh disambi. Tamparan buat saya sendiri yang masih sering nyambi tilawah, baca buku, atau liat hape, 😢. Seringnya kalo anak sudah lelap dan tidak bisa lagi kontak mata diri mulai bosan dan cari kegiatan 😅. Kalau ada wudhu ambil mushaf, kalau tidak ya hape atau buku. Salah satunya selalu saya sediakan di kamar. Entahlah ini memang tidak baik, tapi lebih tidak baik lagi kalau saya ketiduran dan bayi 1nya dilupakan 😅. Apapun itu semoga terus belajar memperbaiki diri terutama dalam hal pengasuhan 😊. (Untuk hape biasanya saya gunakan mode pesawat untuk mengurangi radiasinya).
.
Teringat tulisan entah siapa yang mengatakan bahwa bonding juga bisa diciptakan melalui masakan. Bagaimana pun masakan seorang ibu haruslah menjadi the best taste di lidah anak. Seacak adutnya setidaknya ada masakan ibu yang khas dan selalu dirindukan anak kelak hingga ia dewasa.
.
Saya pun teringat ketika mulai menikah hingga sekarang, suami beberapa kali menyuruh saya tanya resep ke ibu mertua, dan hingga kini saya belum bisa menggantikan best taste di lidah suami. Apalah saya yang bisanya masak itu-itu saja, ribet dikit bumbu instan 😀. Saya mikirnya simpel, yang penting makan sehat, bergizi, halal, thayyib, dan masak cukup 20-30 menit 😁. Sayang waktunya kalo habis hanya untuk masak, kapan memberi manfaat untuk orang lainnya? 😀
.
Kemarin lusa, haru lagi-lagi menghampiri, di sore hari hujan-hujan si ayah mencuri waktu sebentar ke dapur menggoreng pisang. Saya di kamar mendampingi 2 bayi bermain, dan mas Jundi sedang ada di kamar mandi buang air besar.
.
Pisang terhidang dan mas Jundi sudah selesai BAB+mandi, 'Pisang goreng nya enak ya yah, siapa yang masak?'
'Bunda, enak ya? Bunda kan emang pinter kalau masak... '
Doeng, lalu saya segera menegur ayah setengah berbisik, 'Yang goreng kan ayah?'
'Kan diajari bunda, sudahlah biar di benaknya bundanya itu memang yang paling pinter masak'
.
Ada haru sekaligus sedih, ah nak betapa bunda dengan segala kelebihan dan kekurangan ini belum bisa memanjakan lidahmu seperti bunda-bunda yang lain. Tapi bunda tau, bonding tidak hanya bisa tercipta dari masakan, kelak kau pun akan merindukan pelukan bunda, masih ingatkah kau sayang degup jantung bunda tiap kali kau menyusu? Meski hanya 2 tahun, bunda masih teringat kehangatan itu nak, betapa kamu adalah bayi yang pintar. Semoga bonding kita kelak hingga jannahNya, cari bunda jika kelak kau tak temukan bunda di FirdausNya. Anakku, wahai tentara surga.
.
Di pagi yang melo
Bunda Jundi
17 november 2016
dari Ibu yang penuh khilaf dan ingin selalu memperbaiki diri

Jumat, 30 September 2016

EDISI NEGOSIASI JUNDI


.
Negosiasi balita di tempat umum biasanya akan membuat orang tua malu, apalagi kalau si anak sampai tantrum. Yah mesti kuat-kuatan kali ya biar tetap berpegang pada 'perjanjian'.
.
Siang tadi lagi-lagi saya mengalami negosiasi yang cukup 'alot' dengan mas Jundi.
.
Ceritanya mumpung adeknya tidur pagi, sepulang mas Jundi sekolah dia saya ajak belanja keperluan ke swalayan dekat rumah. Biasanya dia akan minta beli kue, coklat, roti, susu, atau es krim, no problemo buat saya. Tapi ternyata dia kepincut mainan yang hadiah permen-permen gak jelas, fiuh. No no no kalo ini.
.
Pekan sebelumnya memang pas saya ajak ke tempat yang sama dia minta mainan kincir angin (lengkap dengan hadiah permen gak jelas -yang biasanya langsung saya buang-) dan saya langsung oke karena memang sudah agak lama tidak beli mainan. Dan barangkali tadi dia berpikir saya bakal langsung oke, terjadilah drama.
.
'Mas Jundi kan kemarin baru dibelikan buku sama kertas lipat belum dibuka'
.
'Tapi Jundi mau beli ini bunda'
.
'Hm, ayo beli kue coklat, mau susu coklat?'
.
Bergeming di rak mainan.
.
'Oke, Jundi beli mainan tapi hari ini gak boleh minum susu ya?'
.
Ekspresi langsung berubah, bingung. 'Iya gapapa bunda, kapan-kapan boleh kan?'
.
'Iya tapi lama, Jundi bener gak nyari susu?'
.
'Bentar kan bunda, kapan-kapan boleh kan?
.
'Besok baru boleh minum susu'
.
Dan obrolan cukup alot pun terjadi, sampai dia sudah mau menangis.
.
Saya tetap tidak mau membelikan mainan tersebut, dan negonya cukup lama sekali (sekitar 15 menit). Akhirnya ke kasir ditawari semua makanan kesukaan dia tidak mau, dan ekspresinya menahan tangis. Namun tetap saya belikan apa-apa favoritnya.
.
Keluar swalayan dia masih belum balik ke mood ceria, hingga saya ajak lewat jalan yang tak biasa tak lama langsung kembali ceria.
.
Hampir saja saya menyerah, tapi alhamdulillah dimudahkan negosiasi kali ini. Tak jarang orang tua menyerah karena takut malu dengan tangisan.
.
Bang Jundi, i luv you full. I do love you.
.
Hiks, nulis ini sambil pengen nyium pipi bakpao hitamnya :( . Membaui bau keringat khasnya.
.
Bunda jundi 29 september 2016 23.08

Rabu, 28 September 2016

MY DEAR, JUNDI


Bunda cemburu, cemburu pada keintimanmu dengan ayah sayang, sungguh. Bangun tidur yang kau cari ayah, mandi maunya sama ayah, makan sama ayah, dan semua dengan ayah. Ah sayang, luka hatimu menganga terlalu lebar kah?
.
Bunda tahu dan sadar sepenuhnya, 11 bulan ini bunda hanya adik adik adik, bunda terlalu sibuk dengan adik kembarmu. Setiap saat bunda menemani mereka, hingga kata-kata itu meluncur dari mulut mungilmu, 'bunda anaknya adik, jundi anaknya ayah'
.
'Lho, jundi juga anak bunda'
.
'Tapi kan bunda sama adik terus,'
.
:(
Ada luka yang menganga di hati bunda, bunda tak adil padamu, semenjak adikmu lahir semua keperluanmu dihandle ayah karena ayah tidak bisa jika harus menggantikan bunda menghandle adik.
.
Ah sayang, hidup ini terlalu keras untukmu. Kau tau? Kau tetaplah yang pertama di hatiku.
.
Cinta, aku ingin menebus semua, menebus kembali keintiman kita saat kau masih menyusu bunda, hanya bunda bunda bunda yang selalu kau cari. Waktu berjalan terlalu cepat, hingga janin adikmu bertumbuh di rahim tempatmu dulu.
.
Tendanganmu saat tidur terlalu keras nak, hingga bunda harus tidur di balik ayahmu melindungi adikmu.
.
Cinta, aku ingin cintamu yang dulu.
.
Sembari mengenang tulisan sekitar 10 bulan lalu.
http://bundajundi.blogspot.co.id/2015/11/berbagi-sayang.html?m=1
.
Bunda jundi 26 september 2016 22.59

Senin, 15 Februari 2016

Tentang ruam popok

Agaknya masalah ruam popok menjadi masalah yang umum terjadi di jaman serba pospak dan clodi sekarang ini. Ruam terjadi akibat kulit bayi terlalu lama berinteraksi dengan popok kotor, bisa jadi popok sudah penuh tidak segera diganti atau popok kotor kena pup tapi gak ketauan ibunya akibatnya telat diganti.

Normalnya untuk penggunaan clodi or pospak maksimal 4 jam harus segera diganti agar tidak sampai terjadi ruam, lagian kasian si kecil berat bawa cairannya :D . Tapi sayang dalam prakteknya banyak sekali saya temui penggantian pospak hanya saat BAB dan saat mandi, pengen menghemat mungkin ya si ibu, hemat yang gak bikin repot. Karena kalo memang pengen hemat ya pake clodi atau popok kain yang jauh lebih sehat daripada pospak.

Saya sendiri bukan wonderful mom yang bisa survive only dengan popok kain, saya masih mengkombinasi antara pospak,clodi,dan popok kain tradisional. Yeah, saya sendiri sadar bahwa popok kain tradisional lah yang paling ramah dan baik untuk bayi, tapi kenyataan berkata lain katika kehamilan kedua saya ternyata kembar #alesan. Prakteknya memang gak mudah jika full popok kain sedang saya sendiri non ART atau babysitter. Pernah awal-awal saya kekeh pakein popok kain untuk twin #ambisi orang perfeksionis, dan apa yang terjadi? Pernah waktu nyusui si A ternyata si B nangis minta ganti popok, so, can you imagine how must i do? Berbekal 1 tangan yang free saya ganti popok si B, oke, untuk melepas fine, lulus, tapi pas mau makein yang bersih o em ji i couldn't, angel nali tangan siji T_T. Sejak saat itu saya jadi manut kata suami agar pakein clodi atau pospak siang hari (awal-awal lahir cuma dipakein pas bobok malam). Setidaknya pilihan ini juga membantu kerjaan suami yang memang kerjanya di rumah, karena kalo pas nangis bareng gara-gara popok basah suami pun harus ikut turun tangan. Argumen ini pun didukung seorang teman, "Agie, jangankan kamu yang 2 bayi, aku aja yang 1 bayi gak sanggup full popok kain" aih....

Kangmasnya kembar si akang Jundi alhamdulillah dulu full popok kain sampai usia entah (1 tahun kurang kayaknya) tapi siang doang, kalo malem or keluar-keluar pake clodi or pospak :D. Kalo si kembar cuma bertahan sekitar 1 bulan doang full popok kain, no worries :) #menghibur diri. Si kembar sekarang seringnya pake clodi allday,tapi kalo clodi habis (belum kering musim hujan T_T) pospak pilihan terakhir,kalo deket-deket waktu mandi pup, kupakein popok tradisional. Yang penting tetep harus sering ganti untuk pemakaian clodi dan pospak. Pernah kemarin mbahnya kembar pas lagi nginep di rumah, jam 11an kuganti popok mereka, si mbah malah nanya 'habis BAB ya?'. Hm...barangkali memang kebanyakan orang ganti popok babynya cuma pas BAB dan mandi kali ya jadi tanyanya gitu.

Ada lagi pertanyaan dari teman yang ngunjungi kembar 'pake popok kain?' 'salah ya?' batinku 'kalo anakku bayi procot udah langsung pospak' *senyumin aje. Emang sih keliatan gak praktis bener ya gue jadi mom, but popok kain bagiku tetep yang paling sehat, *walau gak bisa praktek full* T_T. Di samping itu saya pribadi ngeri bayangin gunung sampah pospak tiap harinya. Bayangkan kalo semua ibu mikir pake pospak doang? Sampah di sungai-sungai udah bikin muak pemandangannya, belum lagi pospak kalo dibuang di air jadi melembung. Kadang gak habis pikir juga dengan orang-orang yang masih percaya mitos kalau buang pospak bayi harus di sungai gak di tempat sampah karena ntar bakal dibakar, grrrr. Bikin anaknya ntar kepanasan blentong-blentong di sekitar kemaluan x_x. Fyi, anakku g pernah rewel atau kenapa-kenapa pospaknya dibuang di tempat sampah :) .

Maaf-maaf jadi melebar kemana-mana, maklum lah ibu-ibu yang katanya 20.000 kata per hari :D . Balik ke ruam popok, seingat saya dulu mas Jundi pernah sekali pas masih bayi banget kena ruam, dan inget kukasih cream diaper rash punyanya pige*n alhamdulillah cepet pulih. Dan kemarin si Fara baru kena ruam juga yang lumayan parah sampai keluar 'mruntus-mruntus' dan keliatan merah banget, kasian liatnya. Cari yang merk pige*n gak nemu akhirnya dibelikan yang cuss*n sama ayahnya, tapi sayang sampai 3 hari pemakaian gak kemajuan buat ruamnya, jadilah cari lagi ke apotek. Di apotek disarankan daktar*n diaper rash yang mihil kalo dibandingkan dengan 2 cream yang sebelumnya saya bahas, kecil banget lagi #peritungan. Ditelateni kurleb 2hari alhamdulillah kulitnya udah kembali normal. Lega dan janji gak bakal kelamaan gak ganti popok lagi, nyesel udah bikin kulit dia jadi gitu walau dia gak pernah ekspresi kesakitan sih. Kemarin emang aku sempet drop hingga malem lupa gak ganti popok Fara padahal dia BAB malem-malem x_x . Pelajarannya, seorang ibu itu harus bisa menjaga kondisi diri sendiri karena jika ibu sakit anak-anak yang jadi korbannya. Kuat kuat kuat, bismillah semua untuk ridho Allah

Yuk jaga baby dari ruam...

15 februari 2016
22.32
Rekor nulis ini cuma dalam sehari,biasae nyambung berhari-hari *teringat beberapa tulisan mangkrak belum selesai T_T

Rabu, 23 Desember 2015

Cantik setelah melahirkan

Beberapa waktu lalu tentu banyak yang sudah baca tentang hebohnya Kate Middleton yang 10 jam pasca persalinan keluar rumah sakit dengan dandanan cantik lengkap dengan highheelsnya. Iya, highheels saudara-saudara. Saya aja yang gak dalam kondisi baru melahirkan gak bisa pake, apalagi baru melahirkan? Usut punya usut si Kate ini pasca melahirkan langsung ada penata rambut,perias,dan kawan-kawannya yang datang ke rumah sakit. Tapi bukan itu juga sebenarnya sebab penampilan cantiknya pasca melahirkan, karena ternyata Kate melahirkan secara gentle, dengan nyaman dan minim intervensi medis. Anggapan habis melahirkan harus penampilan kayak robot kesakitan pun patah. #senyum

Bagi yang belum buktikan sendiri tentu gak akan percaya kalau usai melahirkan pun bisa langsung berjalan cantik bak model di catwalk #ecieee, sapa juga yang model. Hahaha, gak jelas. Anggapan masyarakat umumnya yang namanya baru melahirkan itu jalannya pelan-pelan pake jarit rapet biar singset, pun wajah berantakan, kumel karena habis berjuang. Hm, dan saya sudah mematahkan anggapan itu.

Saya sendiri merasakan efek yang begitu berbeda antara persalinan Jundi dan persalinan si kembar. Kalo dulu Jundi gentlebirth nya setengah-setengah karena memang belum kenal istilah itu dan paham. Kalo si kembar alhamdulillah sudah kenal walau dalam prakteknya gak bener-bener gentle dalam menikmati rasa sakit :D . Tapi meski begitu efeknya luar biasa :) .

Sebenarnya apa sih gentlebirth? Kalo dari pengertian secara bahasa sih arti mudahnya melahirkan secara lembut, iya lembut, truly with love. Karena cinta itu lembut. Jadi melahirkan pun dilalui dengan sadar sepenuhnya dengan cara yang nyaman dan indah. Itu sih yang saya pahami ya, karena pengertiannya bisa luas juga kemana mana. Yang jelas melahirkan, jihadnya kaum wanita ini dilalui dengan ikhlas, sadar sepenuhnya, dan penuh senyum :) :) :) .

Karena dengan senyum ikhlas dan penuh kesadaran maka hormon oksitoksin pun meningkat. Hormon ini adalah hormon yang memicu kontraksi rahim agar bayi segera lahir, makanya induksi persalinan (sering juga disebut drip) pun salah satu caranya (yang saya tahu) adalah menyuntikkan oksitoksin ke tubuh ibu. Hormon ini terkenal juga dengan istilah hormon kebahagiaan,hormon cinta. Makanya hormon ini meningkat saat kita bahagia, dan juga saat bercinta. Hormon ini yang juga berperan untuk memicu lancarnya ASI. Makanya kalo stres dikit aja ASI seret, karena hormon oksitoksinnya terhambat.

Nah kembali lagi, jika kita melahirkan dengan nyaman, ikhlas, lembut dan sadar sepenuhnya, maka tubuh akan kebanjiran hormon cinta itu, yang nikmatnya melebihi orgasme. Bahkan sampai si kembar yang sudah berumur 2 bulan sekarang masih terasa sekali hangat yang memelukku saat itu. Rasanya ingin segera mengulang moment indah itu, yah semoga dikasih lagi kalo si kembar udah usia SD lah, hehe.

Kalo diingat-ingat, kadang aku merasa apakah aku berlebihan dalam mengekspresikan rasa sakit? Ah tapi ternyata kata bidan Dira yang mendampingi aku pun masih senyum saat sudah bukaan sempurna dan mau mengejan. Haha, brati setidaknya sedikit-sedikit aku bisalah mengendalikan rasa sakit dan melalui proses persalinan dengan nyaman dn penuh kesadaran, XD.

Nah, ternyata efek kebanjiran hormon cinta ini luar biasa lho buat pemulihan pasca melahirkan. Sama-sama meninggalkan jahitan, pas Jundi dulu aku agak lebih berhati-hati dalam berjalan, kalo sekarang kagak, jalan santai gitu aja nyaman banget, bahkan ada juga yang komen pas jenguk, "Kok kayak nyaman banget sih mbak? Kayak gak habis melahirkan, jalannya udah kayak orang gak baru melahirkan" haha. Ada yang salah?

Dan yang bikin gue pengen ketawa ngakak guling-guling, setelah jenguk ada yang pm "Agie pake kosmetik apa sih kok jadi gak ada jerawatnya gitu? Keliatan bersih". Then, ada lagi "Menurutku dan mbak X anti jadi tambah bersih deh wajahnya, gak lagi pake perawatan khusus kan?" hahaha. Cuma bisa senyum-senyum doang, apalagi orang yang paling kuharapkan berulang kali semenjak aku melahirkan bilang aku tambah cantik setelah punya 3 anak. Tentu tahu dong siapa dia. Gak ada lagi selain suami, seseorang yang diharapkan seorang istri memuji. Gak ada lagi selain kepada suami kecantikan itu ditunjukkan. Entah itu hanya rayuan gombal atau apalah untuk suamiku yang gak suka ngrayu. Bahkan sekuntum bunga aja setelah 4,5 tahun pernikahan tidak pernah kudapatkan, XD.

Ato paling-paling ibuku sendiri yang bilang aku cantik, sapa lagi? But, dari sini aku juga jadi teringat artikel tentang hebatnya pelukan dan ciuman saban hari yang bikin seorang istri makin cantik alami. Lagi-lagi hormon oksitoksin. So, buat yang mau melahirkan keep calm dan gentle yap, because if you're nervous your adrenaline will be increase. Tau kan kalo adrenalin itu lawannya oksitoksin? Kalo adrenalin udah naik oksitoksin pasti bakal turun deh, dan rasa sakit dkk melahirkan malah akan lebih-lebih. Mantep wes.

Intinya, bukan cantik karena proses melahirkan itu sendiri, tapi bagaimana sebuah proses melahirkan tidak menimbulkan trauma, baik untuk ibu atau anak. Karena semua tentu tahu, trauma pada bayi akan menimbulkan efek psikologis yang mendarah daging hingga dewasa. Bagaimana sebuah proses melahirkan dan menyusui akan berpengaruh ke kehidupan mereka kelak. :)

Dari seorang ibu yang gak berhenti kagum akan kebesaran Allah SWT
23-26 desember 2015
Semoga bermanfaat :)

Minggu, 22 November 2015

BERBAGI SAYANG

*Hari ini mas Jundi terlihat lebih ceria*

Setelah hampir 1 bulan bunda sibuk dengan Fara dan Fasya akhirnya hari ini untuk pertama kalinya bunda meninggalkan mereka di rumah agak lama (sekitar 3 jam) bersama eyang dan mbah. Hari ini udah bunda siapkan sejak bunda baca undangan acara outing dari sekolah Jundi. Bunda udah mulai nyetok ASIP untuk persiapan hari ini. Iya, ini semua untuk mas Jundi. Bunda hari ini nemeni mas Jundi di kegiatan cocok tanam di rumah eyang Wiwik. Dan bunda sungguh melihat binar bahagia itu di matamu sayang, binar yang sama ketika bunda ikut mengantarmu ke sekolah 2 kali setelah bunda melahirkan adik kembarmu.

"Hari ini mas Jundi kelihatan ceria sekali dan bersemangat bunda" pungkas ustadzah saat kita mau pulang tadi sayang. Barangkali kamu memang bersemangat karena hari ini bereksplorasi dengan tanah dan air sayang, tapi bunda tau di luar itu kau merasa bunda hari ini untukmu.

Maafkan bunda ketika 1 bulan ini bunda sibuk dengan 2 adikmu, hampir sepanjang hari menyusui mereka bergantian. Ah, adikmu sungguh mirip kamu nak, kalau menyusu tidak berhenti-berhenti. Dan mereka ada 2 sayang,kau tau artinya,jika yg 1 baru selesai maka ganti yang 1 lagi, tidak seperti kau dulu yang kususui seorang diri.

Ini memang berat nak,bunda juga tidak ingin memaksamu menjadi dewasa memahami ini. Bunda sayang Jundi, Fara, Fasya. Sayangnya semua sama, tidak ada beda, hanya mungkin porsi dan waktunya yang berbeda.

Dari bunda yang selalu berusaha ada untuk Jundi di saat menyusui Fara dan Fasya tidak bisa digantikan orang lain.
21 november 2015

Sabtu, 20 Desember 2014

MAAFKAN BUNDA

Untuk buah hatiku, Dzakwan Jundi Firdaus.
Maafkan Bunda belum bisa menjadi Bunda yang baik. Begitu banyak hal sayang dari semua teori-teori tentang mendidik anak yang Bunda pelajari namun Bunda sendiri belum bisa mempraktekkannya padamu. Begitu banyak hal yang luput dari angan-angan Bunda untuk menginginkan yang terbaik untukmu. Barangkali Bunda juga manusia biasa yang tanpa sadar mendidikmu seperti cara-cara orang tua Bunda dulu mendidik Bunda. Walau sering Bunda sadari apa yang Bunda lakukan itu salah nak, tapi Bunda belum bisa mengurungkan emosi sesaat untuk melakukan A atau B.
Sungguh nak, ternyata mendidikmu tidak semudah yang seperti ada di buku Propethic Parenting atau buku lain yang Bunda jadikan rujukan. Sungguh, Bunda sesungguhnya ingin memberikan yang terbaik untukmu. Bunda ingin kamu menjadi anak shalih sejauh jalan yang kelak engkau lalui sendiri. Bunda ingin kelak engkau menjadi penghafal al-Qur’an. Iya sayang 30 juz al-Qur’an. Yah, walau Bunda sendiri belum bisa menjadi contoh yang baik untukmu nak, Bunda baru menghafal 1,5 dari 30. Tapi Bunda harap engkau bisa nak, iya, engkau pasti bisa.

Senin, 15 Desember 2014

KEMANDIRIAN JUNDI



Jundi, putra pertamaku ini kini sudah berumur 2 tahun 6 bulan, 2,5 tahun. Bersamanya aku banyak belajar hal baru. Tentang arti sebuah perhatian, kepercayaan, dan banyak hal lain dalam hidup ini. Orang dewasa harus banyak belajar dari kehidupan seorang balita, keluguan, kepolosan, kejujuran, dan segalanya. Merekalah sesungguhnya fitrah dari kehidupan yang belum terkontaminasi. 

Hari ini aku memperhatikan satu hal dari diri seorang Jundi, kemandirian. Barangkali semua orang tua akan senang dan bangga jika memiliki anak yang mandiri. Tapi aku juga sadar, ada satu sisi dalam sudut hatiku yang sedikit tersentil ketika melihat kemandiriannya. Aku seakan merasa dia akan segera terlepas dariku dan tak lagi membutuhkanku. Bukankah salah satu kebahagiaan adalah merasa dibutuhkan orang lain? Ah, tapi ini beda kawan, dari ketergantungan sepenuhnya saat masih janin, lalu asi ekslusif, mp asi, dan kini setelah kusapih semakin banyak hal kemandirian yang terbentuk dalam dirinya.

Sore tadi aku tersentil saat dia memintaku pulang ke rumah saat dia berada di rumah Eyangnya. “Undi inggal” begitu katanya, maksudnya Jundi ditinggal saja. Ah, padahal waktu itu dia sedang makan. Walau dia makan sendiri tapi setiap makan sendiri aku selalu menemaninya, mengambili bulir-bulir nasi yang terlewat dari mulutnya. Tapi kali ini tidak, dia tak mau kutemani, dia memilih makan di sebelah O (panggilan Jundi untuk Omnya) yang juga sedang makan. Terkadang ada rasa khawatir dia akan merepotkan ketika aku meninggalkan dia di rumah Eyangnya sendiri. Maka sebelum aku meninggalkannya pulang aku mengambil janji lagi dari mulutnya, “Jundi kalo mau pipis bilang O ya, janji?” “Anji” ucap dia sambil mengacungkan 1 jarinya ke atas.

Ah, anakku semakin hari semakin keluar banyak sisi kemandirian dalam dirinya. Pertama kali saat dulu sekitar usia 1 tahun dia sudah suka meminta makan sendiri, walau aku memang tidak menerapkan BLW untuk Jundi. Keinginannya untuk bisa seperti orang dewasa sangat kuat. Maka ketika tiap kali makan aku sudah menyediakan perlak untuknya, agar makanan yang tercecer tidak terlalu membuat lengket lantai dan susah dibersihkan. Tapi bagaimanapun harus aku akui untuk menumbuhkan sisi kemandirian yang satu ini butuh banyak sekali stok sabar, mulai makanan tercecer dimana mana sampai makanan di piring dibuat mainan layaknya pasir dengan sendoknya.

Barangkali sebelum itu sudah banyak sisi-sisi lain dalam kemandiriannya, seperti akhirnya bisa berjalan sendiri atau yang lainnya.

Seketika aku pun teringat pada masa kecilku dulu. Aku dulu mulai usia TK tinggal dengan Eyangku, Ibuku menikah lagi. Walau masih dalam 1 kota tapi aku tinggal dengan Eyang. Ibu bertemu denganku barangkali minimal 1 pekan 1 kali, saat Ibu ada waktu luang dari pekerjaan untuk bisa mengunjungiku. Suatu kali Ibu ada waktu saat aku masih sekolah, waktu itu aku masih kelas 1 SD (seingatku). Karena ingin bertemu maka Ibu mengunjungi sekolahku, namun sayang aku justru tidak mau menemui Ibu lama-lama. Pikirku kala itu, ‘Ah ngapain Ibu ke sekolah, aku kan sudah besar, aku sudah bisa melakukan semua sendiri’. Untuk seorang aku, barangkali kemandirian harus datang jauh lebih cepat daripada semua teman sebayaku. Aku tinggal dengan seorang Eyang tua, maka aku harus bisa mengerjakan semua sendiri. Masih usia SD aku sudah bisa memasak nasi sendiri (waktu itu belum ada rice cooker) dan memasak lauk sendiri. Bahkan untuk mencuci, setrika dan yang lainnya sering kukerjakan sendiri.

Bagaimanapun lewat keadaan seorang bisa menjadi ‘terpaksa’ mandiri. Namun keterpaksaan lambat laun akan menjadi biasa. Dan lagi-lagi aku percaya, di dunia ini tidak ada yang sia-sia, semua pasti ada hikmahnya.

Untuk Jundi, Bunda menyayangimu dan menginginkan semua yang terbaik untukmu. Peluk dan cium hangat untukmu sayang.

Malang, 15 Desember 2014
9.14

Rabu, 10 April 2013

Jundi nggak takut gelap bunda…



Dua hari yang lalu di rumahku mati listrik di malam hari, cukup lama, hingga membuat Jundi yang akan pergi tidur terbangun lagi. Gelap. Karena si ayah pergi ‘hajatan’ di tempat tetangga, maka jadilah aku dan Jundi berdua di kamar, ditemani 1 buah lilin yang menyala. Pintu kamar memang kubiarkan terbuka, agar cahaya lilin dari dalam kamar bisa menerangi luar kamar. Seperti biasanya Jundi bermain kesana kemari sendiri di dalam kamar, buka lemari, mengobrak abrik isinya, atau mainan alas lantai. Tapi mungkin karena bosan si jagoanku celingak-celinguk cari mainan baru. Dia pun pergi keluar kamar yang gelap gulita. Aku biarkan saja, hanya memanggilnya beberapa kali, “Sayang, ngapain disana?”. Tapi yang dipanggil nggak juga kembali, cukup lama, dan aku juga cukup capek untuk menjemputnya, jadi kubiarkan saja :D.

Kamis, 08 November 2012

Tentang menidurkan bayi part 2




Seperti yang pernah kuceritakan di tulisanku sebelumnya, suamiku memiliki cara-cara unik dalam menidurkan bayi. The power of kepepet, keluhan tidak memiliki tetek seperti aku terkadang diutarakan suami. Pasalnya di masa-masa awal kelahiran bayi, sering kali Jundi baru bisa tidur setelah mabuk ASI. Kalau yang satu ini tentu tidak bisa digantikan oleh suami. Namun justru karena ketidakbisaan itu dengan segala cara dia mampu menidurkan Jundi.



Cara-cara yang dia gunakan memang cukup unik, dan tiap kali aku pulang dari kampus -saat aku masih sibuk dengan skripsiku dulu- dia selalu berbagi, membuatku kadang terharu dan tertawa dibuatnya. Bekal ASIP yang diberikan dengan spoonfeeder ataupun dot jika terpaksa saat aku harus segera menyelesaikan studiku memang tidak cukup untuk menenangkan Jundi kala itu. Beberapa cara unik ayah Jundi antara lain menaruh Jundi dalam strollernya, menghipnotis dengan mainan bergemerincing, dan yang paling unik adalah dengan cara pura-pura tidur di hadapan Jundi yang masih ingin mengajak bermain.


Sabtu, 20 Oktober 2012

Tentang memandikan bayi part 2



“Apa? Dimandikan juga? Nggak mau, pokoknya aku nggak mau anakku dimandikan orang lain…” si mbak UH tiba-tiba menyatakan ketidaksetujuannya terhadap rencana menitipkan anak ke sebuah TPA jika nanti cuti melahirkannya telah habis.

“ Ya sudah, nggak usah ngajar aja kamu!” suaminya pun menyahut.

Mbak UH yang bekerja sebagai dosen saat ini memang tengah hamil tua, anak pertama. Obrolan itu sempat tercipta saat keluarga kami pergi bersilaturahim ke rumah mereka. Saat itu kami sedang saling bercerita mengenai TPA, Tempat Penitipan Anak. Mbak UH dan suaminya MZ sama-sama bekerja sebagai tenaga pengajar yang notabene setiap hari harus meluangkan waktu pergi ke sekolah. Wacana mengenai bagaimana nantinya anak pertama mereka tiba-tiba tertuangkan.

Jumat, 19 Oktober 2012

Tentang memandikan bayi



Tentang memandikan bayi, aku ada sedikit cerita untuk dibagi. Seperti banyak cerita ibu-ibu baru ataupun lama yang kudengar, bab ini merupakan bab yang cukup susah untuk dilakukan. Tidak semua Ibu mampu, walaupun harusnya secara naluriah dia harusnya mampu. Tapi menurutku hal ini bukan masalah mampu atau tidak mampu, tapi berani atau tidak berani.

Memandikan bayi menjadi rumit karena sabun bersifat licin. Setiap orang juga pasti akan ada ketakutan jika si bayi saat dimandikan luput dari cengkeraman tangan. Ditambah ukuran bayi yang masih mini membuat kerumitan itu semakin sempurna.

Rabu, 17 Oktober 2012

Tentang menidurkan bayi

Tentang menidurkan bayi, rasanya aku dulu menjadi sangat ahli. Si bayi kugendong lalu kumasukkan putingku ke mulutnya, bayi mengulum dengan sempurna, dan tak lama kemudian matanya tertidur lelap, putingku dilepas sendiri dari mulutnya, selesai. Adegan yang hampir tiap waktu terjadi itu dulu sempat menjadi guyonan suamiku, di dalam ASI ada obat tidurnya.

Namun semakin bertambah bulan ternyata adegan itu tak lagi menjadi adegan yang lazim terlihat di rumah kami. Bayiku kini tak jarang justru menolak untuk disusui saat dia merengek karena ngantuk. Kadang aku sendiri merasa iri dengan suami yang kini lebih pintar menidurkan bayi. Banyak cara yang bisa dia lakukan, mulai dari menggendong, menidurkan di kereta yang didorong, menggerakkan mainan berbunyi di hadapannya sampai dia tertidur, dan mungkin masih banyak lagi.

Tak jarang di setiap kesempatan aku berusaha menidurkan seperti cara dia menidurkan, suamiku seperti mengajariku trik-trik agar si bayi cepat tidur. Hal itu semakin membuatku miris, ternyata yang aku bisa hanya menetekinya, hanya itu andalanku menidurkan bayiku.

Entahlah sejak kapan ini terjadi, mungkin saat bayiku berumur sekitar 2 bulan, saat aku mulai sering meninggalkan bayiku pergi ke kampus untuk segera merampungkan kuliahku. Saat-saat seperti itu aku terkadang meninggalkan bayiku dengan Eyangnya –jika Eyangnya sedang tidak bekerja- ataupun dengan Ayahnya. Untuk Eyangnya yang sudah memiliki 3 anak termasuk aku, mungkin masalah mengatasi bayi adalah hal yang cukup dikuasai, dan ini tentu saja tidak berlaku untuk suamiku yang masih menjadi ayah baru.

Aku salut dengan apa yang suamiku lakukan, bagiku dia adalah satu contoh ayah idaman. Hanya bermodal ASIP (Air Susu Ibu Perah) yang telah aku siapkan dia mampu menggunakan berbagai cara untuk menidurkan bayiku, tentu itu bukan cara yang mudah. Menjadi ayah harusnya memang turut andil dalam menangani anak, agar nantinya terjadi keseimbangan antara kedekatan anak dengan Bundanya, dan anak dengan Ayahnya.



17 Oktober 2012

10.10 wib

Ditulis sambil mengamati suami menidurkan bayi dengan gantungan ikan di depan pintu kamar :)