Tampilkan postingan dengan label Ibu Profesional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ibu Profesional. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 18 Mei 2019

Ketika Suami Sakit

Ah, rasanya melihat belahan jiwa tergolek lemah meringkuk dalam selimut itu mengiris hati, nggak tega. Benarkah tubuh yang kokoh itu kini tak memiliki dayanya lagi untuk menjadi tamengku?

Manusia sesungguhnya tak pernah memiliki tubuhnya sendiri. Semua hanya titipan dari Sang Pencipta. Jika Pemiliknya ingin membuat tubuh itu sakit, maka apa daya diri selain ikhlas menerima agar menjadi sarana penggugur dosa?

Seharian tadi dengan tubuh demam dan meringkuk lemah, suami tetap bersikeras puasa. Sudah kutawarkan untuk membatalkan puasa jika tidak kuat, tapi tetap tidak dia lakukan hingga azan magrib terdengar.

Ah, kekasihku, belahan jiwaku, sigaring nyowoku. Semoga Allah menggugurkan dosa-dosamu melalui sakit ini yang tetap kau jalani dengan ikhlas.

Sesekali kau memintaku untuk memijat atau mengoleskan sesuatu. Lalu kau menolak ketika aku memijat terlalu lama, kasian bunda capek. Dengan sisa energi kau kerjakan shalat dengan tubuh sempoyongan, lalu shalat berikutnya kau kerjakan dengan duduk. Padahal tadi subuh kau masih kuat berjamaah ke masjid, lalu hingga kini kau masih tergeletak lemah.

Ah, cinta. Kita tak pernah memiliki tubuh kita sendiri, tapi kita bisa berusaha menjaganya. Mungkin ini teguran, agar kita bisa menjaga tubuh titipan ini dengan lebih baik lagi.



Barangkali kita bisa mulai sedikit-sedikit merubah pola makan kita? Ah, sepertinya akulah yang mesti belajar memasak lebih sehat tapi tetap enak.

#30HariMemetikHikmah #TantanganMenulisIPMalang #RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-13

Token yang Terblokir

Bagi pengguna internet banking tentu sangat menggantungkan transaksi pada benda kecil satu ini: token. Token digunakan untuk otentikasi bank pada setiap transaksi perbankan. Tanpa token, internet banking hanya bisa digunakan untuk cek saldo dan mutasi tanpa bisa melakukan transaksi.

Ada juga bank yang tidak menggunakan benda bernama token tapi menggunakan media SMS untuk mengirimkan kode otentifikasi. Menurut saya cara ini cukup menguras pulsa, belum lagi jika transaksi gagal.

Namun jika memiliki anak kecil dengan rasa penasaran yang tinggi, maka token harus diamankan agar tidak sampai terblokir. Seperti yang terjadi pada salah satu token saya kemarin.

Tak biasanya anak kembar saya bisa membuka laci tempat token disimpan, jadi saya santai saja ketika melihat dari kejauhan mereka berdua bermain di dekat laci tersebut. Saya pun saat itu sedang sibuk dengan token salah satu bank untuk transfer ke beberapa tujuan.

Saat saya mengembalikan salah satu token ke tempatnya ternyata token yang lain terletak keluar dari dompetnya. Curiga saya cek keduanya, yang satu sudah ter-lock dan satu lagi fail-1, masih aman.



Pengen marah dan pengen nangis, saya sudah teledor mengawasi mereka. Bukan salah mereka bermain dengan rasa ingin tahunya yang tinggi. Selama ini mereka memang begitu penasaran dengan token setiap saya menggunakannya.

Setelah kejadian itu saya menasihati mereka agar tidak bermain dengan benda itu lagi. Semoga saja mereka sudah tidak penasaran lagi, atau mungkin lain kali perlu diajak mencet saat saya menggunakannya agar tidak lagi penasaran.

Hikmahnya, kami diminta sedekah lagi ke bank buat ganti token yang baru ๐Ÿ˜….

#30HariMemetikHikmah #TantanganMenulisIPMalang #RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-12

Kamis, 16 Mei 2019

Orang Tua yang Dibanggakan

Dalam benak anak, barangkali orang tuanyalah yang dia banggakan. Tanpa kita sadari, anak akan selalu mengamati apa saja yang orang tua lakukan. Mereka adalah peniru ulung. Maka jangan pernah salahkan mereka ketika mereka menirukan kebiasaan jelek orang tua.

Sekitar dua hari yang lalu benak saya tersentak dengan adanya sebuah pesan di grup wa sekolah dari seorang ibu. Ibu tersebut bercerita, anaknya berkata bahwa ayah Jundi hafizh. Lalu ibu tersebut menambahkan semoga Jundi bisa lebih baik dari ayahnya.

Saya tergelak, dapat darimanakah pernyataan tersebut? Apakah Jundi memang menceritakan dengan bangga bahwa ayahnya seorang hafizh qur'an? Padahal nyatanya ayahnya baru menghafal mungkin total 1-2 juz saja dari Al-Qur'an. Namun mengapa pernyataan itu keluar dari teman sekelas Jundi? Apakah Jundi bercerita dengan dilebih-lebihkan? Karena dia ingin membanggakan orang tuanya.

Lalu saya konfirmasi hal tersebut kepada Jundi, benarkah dia bercerita pada temannya bahwa ayah hafizh? Tidak! Begitu jawabnya. Lalu mengapa muncul pernyataan di atas?

Saya pun mengambil kesimpulan sendiri, barangkali saat menghafal bersama surat tertentu Jundi bercerita pada temannya bahwa ayahnya menghafal surat ini. Lalu temannya saya menangkap bahwa ayah Jundi seorang penghafal Alquran. Ah, semoga benar menjadi doa yang diijabah.



Lalu, sudahkah kita sebagai orang tua menjadi kebanggaan anak?

#30HariMemetikHikmah #TantanganMenulisIPMalang #RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-11

Rabu, 15 Mei 2019

Adab Menuntut Ilmu

Pelajaran mengenai adab sebelum ilmu begitu melekat di ingatan saya, meski saat ini banyak sekali orang abai akan adab dibanding ilmu. Banyak orang pintar tapi tidak memiliki sopan santun terhadap guru. Pelajaran adab seperti hilang dari banyak diri karena budaya yang memudar.

Adab menuntut ilmu tidak hanya bagaimana penuntut ilmu menghormati guru, tapi juga hal-hal lain yang berhubungan dengannya seperti bagaimana memperlakukan kitab atau buku yang memuat ilmu.

Beberapa hari yang lalu, saya pun merasakan ujian mengenai hal ini, dan hampir saja saya menodai adab yang saya yakini sebagai adab yang terpuji.

Saat membuat gambar tulisan di sebuah aplikasi, saya tak sadar sudah menggunakan template berbayar, tapi saya baru menyadarinya saat mau save hasil editing. Hampir saja saya lalai dengan tetap save gambar tersebut dengan cara lain yang penting tetap mendapat gambar tersebut. Detik kemudian saya tersadar, untuk apa saya melakukan hal tersebut? Lalu saya urungkan dan mencari design lain yang gratis.

Seringkali saya pribadi tanpa sadar lalai telah menabrak adab-adab dalam menuntut ilmu, termasuk menghargai hak cipta orang lain. Salah satu cara menghargai diri sendiri adalah dengan menghargai karya orang lain. Membeli barang bajakan adalah jalan yang menghilangkan keberkahan. Meski kenyataannya saking menjamurnya bajakan sampai tidak bisa dibedakan mana yang asli dan mana yang bajakan.

#30HariMemetikHikmah #TantanganMenulisIPMalang #RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-10

Selasa, 14 Mei 2019

Kerang Pedas

Ah, yang serba pedas memang selalu lebih menggugah selera makan, terutama bagi penggemar pedas, termasuk aku. Namun jangan sampai karena menuruti selera jadi kebablasan, seperti yang kulakukan kemarin lusa.



Ada kerang yang siap olah di kulkas membuatku berimajinasi mengolahnya menjadi sambal kerang yang pedas menggugah selera makan. Aku pun meracik bumbu dengan menambahkan sekitar 10 biji cabe yang cukup gemuk ke dalamnya. Pikirku yang memasak dalam kondisi masih berpuasa pasti enak kerang pedas seperti ini. Ada sisa sambal lalapan pun ikut aku masukkan ke dalam masakan.

Tibalah saat berbuka kucoba mengincipi 1 biji kerang, langsung terasa pedasnya. Mantap ini, batinku. Sepiring nasi pun kuhabiskan lahap ditemani kerang pedas bikinanku.

Giliran suami makan, "Bunda, pedes banget ini kerangnya."

"Iya kah? Maaf ya, Bunda pikir biar terasa pedesnya."

"Lain kali kalau untuk buka jangan bikin yang terlalu pedas seperti ini, perutnya kaget."

Lalu keesokannya ucapan suami terbukti, kami berdua sama-sama diare gara-gara kerang pedas buatanku. Hiks, aku menyesal.

Dari kejadian ini aku mengambil hikmah bahwa menahan keinginan untuk pedas berlebihan ternyata juga termasuk di dalam ujian menahan hawa nafsu. Karena ingin pedas berlebihan juga termasuk di dalam hawa nafsu yang seringkali manusia penggemar pedas sepertiku tak bisa mengendalikan diri.

Karena pedas berlebihan juga tidak baik untuk kesehatan.

 #30HariMemetikHikmah #TantanganMenulisIPMalang #RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-9

Senin, 13 Mei 2019

Melatih Anak Puasa

Tahun ini adalah tahun kedua Mas Jundi yang berusia 7 tahun latihan puasa. Tahun lalu alhamdulillah puasanya Mas Jundi penuh meski sebagian besar masih puasa dhuhur, ada beberapa hari yang puasa maghrib. Tahun ini justru hari pertama Mas Jundi sudah tidak puasa karena baru sembuh dari sakit. Namun hari ke-2 hingga hari ini alhamdulillah puasa terus, tapi masih puasa dhuhur semua.

Yang berbeda pagi tadi tiba-tiba sebelum berangkat sekolah dia merasakan ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya. Karena kasihan, akhirnya saya beri minum air putih meski dia masih dalam kondisi puasa. Alhamdulillah entah apa seperti dahak yang mengganjal di tenggorokannya itu akhirnya teratasi. Dia pun saya minta untuk melanjutkan puasanya lagi.


Dalam melatih anak berpuasa saya tidak terlalu memaksakan harus sesuai dengan aturan puasa pada orang dewasa. Pada tahap ini saya dan suami masih dalam tahap ingin melatih anak terhadap menahan makan dan minum serta hawa nafsu. Walau dalam hal hawa nafsu masih harus bersabar untuk mengingatkan Jundi agar tidak marah terutama ketika berebut mainan dengan adiknya.

Ah, kami berdua pun masih harus terus belajar dalam mengendalikan amarah. Semoga di madrasah Ramadhan tahun ini bisa menjadikan kami benar-benar berubah menjadi pribadi yang bisa mengendalikan diri dari hawa nafsu.

#30HariMemetikHikmah #TantanganMenulisIPMalang #RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-8

Minggu, 12 Mei 2019

Sakit saat Puasa

Qadarullah, kemarin lusa sebelum berbuka saya sudah merasa kurang enak badan seperti mau flu. Hidung mulai mbeler dan kepala sedikit pusing, sepertinya ketularan suami yang beberapa hari sebelumnya sudah tumbang duluan.

Puncaknya terasa sekali kemarin, menyiapkan sahur sudah dengan kepala yang terasa sangat berat karena semalaman tidak bisa tidur, hidung mampet. Namun bagaimanapun aku harus tetap menyiapkan sahur seadanya, kumasak sayur bayam dan jagung yang paling simpel dan sudah disiangi sebelumnya, proteinnya juga cukup lele goreng dan tak ada lauk lain lagi. Alhamdulillah suami mewajari kondisiku, dia tetap makan dengan lahap masakanku yang seadanya. Padahal biasanya kalau tidak ada sambal dia pasti mencarinya.

Puasa seharian kujalani dengan cukup berat, kepala pusing seperti tidak akan berakhir, bersin-bersin dengan intensitas tinggi, dan hidung mampet kesulitan bernafas. Aku lebih banyak baringan, meski harus tetap kupaksa bergerak untuk menyiapkan makan si kembar atau memandikannya. Alhamdulillah sorenya si kembar dijemput eyangnya untuk menginap di akhir pekan. Aku pun bisa istirahat lebih leluasa meski masih ada Jundi di rumah, Jundi jauh lebih mandiri.

Alhamdulillah hanya berjarak 2 bulan sudah diberi nikmat sakit lagi, semoga menjadi penggugur dosa. Meski rasanya sakit kali ini membuatku kurang optimal beribadah.


“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya.” [HR. Bukhari dan Muslim]

#30HariMemetikHikmah #TantanganMenulisIPMalang #RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-7

Sabtu, 11 Mei 2019

Sedekah yang Dipaksa

Kemarin admin BOTIA tiba-tiba memberikan kabar bahwa ada salah seorang pelanggan yang transfer tidak sesuai dengan nilai nominal invoice, dia kurangi sendiri tanpa dikonfirmasi terlebih dahulu. Yang dia lakukan sebenarnya adalah pembulatan nominal, hanya saja yang disayangkan tanpa konfirmasi terlebih dahulu, jadi belum ada kerelaan dari penjual untuk memberikan harga pembulatan.

Sebelumnya, menurut admin pelanggan satu ini memang suka menawar total yang harus ditransfer, misal 163.000 minta dibulatkan jadi 160.000 saja, padahal total tersebut adalah total setelah diskon. Namun anehnya kemarin dia tidak menawar terlebih dahulu, tapi tiba-tiba transfer dengan nominal yang dia bulatkan sendiri.

Sebenarnya ini bukan hal yang baru, dulu saat semua saya handle sendiri juga pernah ada pembeli model seperti ini, menawar harga sadis. Saya kadang mewajarinya, mungkin terbiasa beli di pasar yang tidak memberikan harga fix. Yang dia luputkan adalah kerelaan terlebih dulu dari penjual sebelum pembayaran.

Yang jadi pertanyaan sebenarnya apakah jual beli ini sah jika belum ada kerelaan dari penjual? Kemarin admin meminta persetujuan saya dahulu apakah tetap memproses penjualan ini atau tidak. Jawab saya tetap diproses, saya mengikhlaskan nominal yang telah dia bulatkan. Semoga transaksi ini memberi keberkahan pada usaha kami.



Barangkali ini teguran, teguran dari Allah agar kami lebih banyak bersedekah. Allah mengirimkan pembeli model seperti ini agar kami 'dipaksa' mengikhlaskannya sebagai sedekah. Oh Allah, terimakasih atas teguran-Mu. Semoga muamalah ini tidak membuat kami lalai akan hak orang lain.

#30HariMemetikHikmah #TantanganMenulisIPMalang #RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-6

Jumat, 10 Mei 2019

Memiliki Anak Kembar

Dulu saat aku pertama kali tahu sedang hamil kembar, timbul pertanyaan dalam hatiku, 'Mengapa aku? Bisakah aku?'

Ada sedikit rasa ragu, mampukah aku mengemban amanah ini? Bahkan saat itu rasa tegang dan masih belum yakin dengan hasil USG menguasaiku. Seketika saat layar menunjukkan gerakan 2 janin di dalam rahimku, keringat dingin menyusup deras di telapak tanganku, ditambah detak jantung yang tiba-tiba bermain kejar-kejaran. Benarkah ini nyata?

Aku yang masih belum punya ilmu tentang anak kembar saat itu langsung berpikir tentang ribetnya dan segala sesuatu yang menyertainya. Mampukah aku? Rasa tak percaya diri muncul ke permukaan diiringi dengan euforia bahwa diri ini diamanahi sesuatu yang jarang, tak semua ibu bisa merasakan hamil kembar. Kembar yang bagi banyak orang begitu istimewa, tapi bagiku amat menegangkan saat membayangkannya.

Ah, dan ternyata semua itu nyata bukan halusinasiku belaka, aku pun menjalani kehamilan dengan ikhlas dan bahagia. Aku menghibur diri bahwa aku wanita istimewa, meski beratnya kehamilan kembar tak jarang membuatku menangis menahan sakit tiap malam.



Alhamdulillah semua itu terlewati, kini anak kembarku sudah berusia 3,5 tahun, masa-masa kritis hamil, melahirkan, serta menyusui keduanya telah usai kulewati. Kini saatnya berjibaku untuk mendidik keduanya menjadi wanita sholihah.

Akan selalu ada hikmah dari segala sesuatu yang telah digariskan-Nya. Hikmah memiliki anak kembar adalah, capeknya sekali jalan, hehe.

#30HariMemetikHikmah #TantanganMenulisIPMalang #RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-5

Kamis, 09 Mei 2019

Berat Badan Lahir Rendah

Anak kembarku terlahir dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), 2,5 kg dan 2,3 kg. Perjuangan menyusui secara eksklusif keduanya pun penuh dengan tangis. Aku yang bersikeras hanya memberi ASI saja untuk keduanya harus menemui kenyataan bahwa sebulan pertama mereka hanya naik 500 gram, di bawah kenaikan berat minimal. Aku benar-benar disadarkan oleh Allah bahwa aku selama menyusui anak pertama telah sombong, aku selalu membanggakan anakku yang tumbuh gemuk dan montok dengan hanya meneguk ASI-ku saja.

Menyusui dua bayi sekaligus memang tak semudah menyusui satu bayi saja, tapi dengan mental baja aku tetep bersikeras untuk memberikan ASI eksklusif pada keduanya. Alhamdulillah bulan berikutnya keduanya naik dengan signifikan, bahkan naik di atas KBM.



Meski begitu tetap saja keduanya tidak bisa semontok kakaknya yang berat lahirnya saja sudah besar. Aku pun sempat terbawa perasaan, minder pada ASI-ku sendiri. Namun suami dan juga ibuku selalu menguatkanku. Alhamdulillah aku pun semakin percaya diri selama berat badan keduanya masih dalam kurva normal.

Kini aku mengerti mengapa Allah memberikan berat badan yang kecil pada si kembar. Agar jika mereka meminta gendong bersama aku masih kuat mengangkat keduanya bersamaan. Tak terbayang jika berat badan mereka seperti kakaknya. Alhamdulillah, selalu ada hikmah dari setiap kejadian.

#30HariMemetikHikmah #TantanganMenulisIPMalang #RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-4

Rabu, 08 Mei 2019

Suami yang Pergi Mendahului

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Begitu pula dengan pasangan suami istri, suatu saat juga pasti akan terpisah. Ada pernikahan yang berumur panjang, ada juga pernikahan yang berumur sebentar.



Seorang istri yang tiba-tiba ditinggal suaminya meninggal dunia tentu merasakan shock, apalagi jika pernikahan baru sebentar. Begitu pula yang pernah dialami ibuku. Di tahun kelima pernikahan ibu dan bapak baru dikarunia anak, aku sendiri. Namun tak lama setelahnya, saat aku masih 11 bulan, bapakku diambil oleh-Nya, Pemilik semua nyawa.

Aku yang masih bayi harus merasakan menjadi seorang anak yatim yang dibesarkan oleh orang tua tunggal. Ah, entahlah bagaimana ketegaran ibuku, menjadi janda di usia yang masih muda, 25 tahun.

Kejadian seperti ibuku ternyata juga banyak terjadi di sekitarku, ada yang masih bayi 9 bulan ditinggal ayahnya, ada pula yang masih anak-anak. Beberapa waktu lalu ada seorang istri dengan 2 anak balita ditinggal suaminya setelah 2,5 tahun pernikahan. Ah, lagi-lagi aku tak pernah terbayang jika itu terjadi padaku, meski dari sekarang suami selalu menyiapkanku agar ketika dia tiada aku tetap bisa mencari nafkah untuk anak-anak. Ah, aku paling benci kalau dia sudah membahas hal itu. Namun umur manusia memang tidak ada yang tahu.

Aku salut dengan wanita-wanita tegar yang tetap bisa bangkit setelah suaminya tiada, bahkan ada yang sudah berencana tidak menikah lagi meski umurnya masih muda. Aku pun tak terbayangkan jika harus menikah lagi dengan lelaki lain yang kupikir tidak akan lebih baik dari suamiku dalam memperlakukanku. Aku juga ingin di surga bersamanya, bukan dengan yang lain. Ah, tapi bukankah Allah yang menggenggam semua rencana?

Semoga aku dan suamiku bisa menua berdua hingga ke surga.

#30HariMemetikHikmah #TantanganMenulisIPMalang #RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-3

Selasa, 07 Mei 2019

Bayi yang Meninggal

Kematian memang bukan hanya milik yang sudah tua saja, tapi kematian juga bisa mendatangi para bayi yang baru melihat dunia bahkan janin yang masih bergelung di rahim damai. Tak jarang kematian merenggut balita maupun anak-anak. Sungguh ujian bagi orang-orang pilihan, tak semua orang mampu bersabar atas ujian diambilnya nikmat anak.

Aku sendiri belum pernah mengalami keguguran ataupun anak meninggal saat belum baligh, tapi di sekitarku begitu banyak orang mengalami dan menjalaninya dengan sabar dan tabah. Masyaallah. Akankah aku yang berada di posisi yang sama bisa bersabar melalui ujian?



Ada ibu yang telah lama menanti keturunan ternyata di kehamilan pertamanya justru mengalami keguguran atau bahkan kematian di usia kandungan yang cukup matang. Ada juga ibu yang diuji dengan diambilnya penyejuk mata saat anak sedang bertumbuh semakin menggemaskan.

Hal itu juga yang baru saja terjadi di sekitarku, seorang ibu yang sudah bertahun menanti buah hati ternyata mendapati bayinya telah meninggal di kandungan saat bayi sudah siap dilahirkan. Ujiannya pun ditambah dengan tetangga dekat rumahnya yang juga melahirkan anak ketiga dengan sehat selamat. Ah, tak terbayang bagaimana rasanya jika aku yang mengalaminya, mungkinkah aku bisa bersabar? Atau aku justru akan terserang postpartum depression?

Bu, insyaallah anakmu telah menantimu di surga-Nya.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang ditinggal mati tiga anaknya yang belum baligh, maka anak itu akan menjadi hijab (tameng) baginya dari neraka, atau dia akan masuk surga.” (HR. Bukhari – bab 91)

#30HariMemetikHikmah #TantanganMenulisIPMalang #RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-2

Senin, 06 Mei 2019

Rejeki Anak

Bismillah, di hari pertama ini saya ingin memetik hikmah tentang rejeki anak. Rejeki yang teramat sensitif tapi banyak orang masih lalai untuk menjaga adab. Banyak orang dengan entengnya menanyakan pada pasangan yang belum diberi rejeki tanpa mempedulikan bagaimana perasaan pasangan tersebut.

“Sudah isi belum?” Pertanyaan yang begitu menghujam di awal-awal pernikahan saya dulu, apalagi saya tidak langsung hamil seperti pasangan 'beruntung' yang lain. Bahkan di usia pernikahan yang baru tiga bulan, ada mulut yang dengan entengnya mengatakan diri saya 'susah hamil'. Oh, teganya.

Namun alhamdulilah tak lama garis dua itu pun muncul di pagi hari yang teramat membahagiakan bagi kami. Ya, saya mulai hamil di saat usia pernikahan menginjak bulan keempat. Bersyukur ternyata saya tidak diminta Allah menunggu seperti ibu saya sendiri yang baru memiliki keturunan di tahun kelima pernikahan.



Hingga kini saya pun teramat bersyukur akan nikmat ini. Betapa banyak pasangan di luar sana yang diuji dengan tidak kunjung memiliki keturunan di usia pernikahan yang menginjak puluhan tahun, lalu nikmat Tuhanmu yang manakah yang mau kau dustakan? Walau diri ini sendiri masih sering sekali kufur dengan nikmat yang satu ini, diri ini belum pandai menjaga titipan ini dengan baik.

Maka saudaraku, tahanlah lisan untuk berkata yang menggoreskan luka. Betapa banyak pasangan yang berikhtiar mendapat keturunan tapi tak kunjung mendapatkannya. Karena apa pun tanpa kehendak-Nya tak akan pernah menjadi nyata.

"Seorang mukmin itu bila sangat menginginkan anak (namun tidak mendapatkannya), di surga ia akan mengandungnya, menyusuinya dan tumbuh besar dalam sekejap, sebagaimana ia menginginkannya." (HR Tirmidzi, dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu)

#30HariMemetikHikmah #TantanganMenulisIPMalang #RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-1

Sabtu, 28 Juli 2018

BE CREATIVE (3) Ayunan Sewek


Melihat ada sewek cantik milik almarhumah eyang putri di rumah ibu saya membuat saya tiba-tiba terpikir untuk mengayun si kembar dengan sewek itu. Bukan ide baru, tapi satu hal baru yang seingat saya belum pernah saya lakukan pada si kembar.

Dan benar saja, ternyata mereka mintanya diayun bersamaan dalam satu jarit. Maka saya pegang di satu ujung dan adik saya memegang di ujung yang lain untuk mengayun 2 batita yang mulai berat ini.

"Sudah ya eteh capek," begitu kata adik saya ketika si kembar minta lagi dan lagi ๐Ÿ˜‚.

Dan begitulah serunya permainan ayunan dengan sewek ini, permainan yang saya yakin tidak ada anak kecil yang menolaknya, hihi.

@agiebotianovi

#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative

Sabtu, 14 Juli 2018

Cerdas Finansial (10)


Kemarin saat mainan sore di luar rumah ada tukang bakso yang memang biasa lewat dan kami juga sering belinya ke orang tersebut. Saat dihentikan di rumah sebelah Jundi ternyata juga ingin beli, akhirnya beli dengan Fasya menggunakan uang bunda.

Dan wus dalam waktu singkat baksopu habis, dia pun ingin lagi. "Bunda Jundi mau lagi, belikan,"
"Loh kan sudah dibelikan semua dua-dua, brati sudah gak beli lagi,"
Namun dia ngeyel, hingga akhirnya saya menyudahi, "Ya sudah gapapa beli lagi, tapi pakai uang Jundi sendiri ya,"
Dia pun lari menuju rumah, mengambil uang di dompetnya. Meski memang belum dirupakan sesuatu, saat ini Jundi mulai saya ajari membelanjakan uangnya sendiri selama masih dalam koridor tidak berlebihan.

Tahun lalu dari angpao dapat sepeda baru (meski akhirnya uang angpao adiknya juga ikut urun ๐Ÿ˜‚), tahun ini apa ya? Mungkin gantian adik yang beli sepeda baru yang bisa boncengan kali ya ๐Ÿ˜….

#Tantangan10Hari
#Level8
#KuliahBunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanYangDicari
#CerdasFinansial

Cerdas Finansial (9)

Beberapa hari yang lalu saat kami ke keluarga di Nganjuk, Jundi lagi-lagi dapat angpao, tapi karena dia tidak membawa dompet akhirnya dititipkan ke saya dan ke ayahnya. "Titip dulu ya, nanti sampek rumah ditaruh dompet Jundi," begitu jelasnya.

Dan ternyata hingga sekarang yang angpaonya yang terkumpul beberapa ratus ribu tak juga dimanfaatkan untuk 'sesuatu'. Dan nanti akan saya arahkan agar digunakan untuk yang bermanfaat.

#Tantangan10Hari
#Level8
#KuliahBunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanYangDicari
#CerdasFinansial

Rabu, 11 Juli 2018

Cerdas Finansial (8)

Godaan terbesar saat perjalanan jauh seperti hari ini adalah keinginan untuk mampir ke swalayan waralaba yang ada dimana-mana ๐Ÿ˜. Di perjalanan pulang dengan energi yang masih 'full' dia minta mampir lagi kesana. Namun coba saya jelaskan dan beri pengertian, "Tadi pagi kan sudah jajan kesana, terus tadi siang waktu di rumah eyang juga udah beli jajan ke toko, berarti kan Jundi sudah jajan dua kali, jatahnya memang cuma dua kali kan?"

Alhamdulilah langsung manut ๐Ÿ˜‚. Semoga bisa konsisten ๐Ÿ˜….

#Tantangan10Hari
#Level8
#KuliahBunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanYangDicari
#CerdasFinansial

Selasa, 10 Juli 2018

Cerdas Finansial (7)


Pagi tadi Jundi lagi-lagi saya briefing masalah beli jajanan. "Jadi sekarang Jundi jatah jajannya sehari cuma 2 kali ya, pagi dan sore aja, karena tadi pagi sudah, jadi tinggal nanti sore ya jatahnya, adik juga gitu," jelas saya sambil menoleh ke adiknya yang terlihat ikut menyimak.

Memiliki rumah berhadapan dengan toko adalah tantangan tersendiri untuk anak kecil seperti mereka. Bagaimana tidak, warna-warni bungkus makanan selalu melambai-lambai di depan mata mereka.

Bismillah mulai mendisiplinkan, agar terbiasa menahan keinginan dan mencukupkan kebutuhan.

#Tantangan10Hari
#Level8
#KuliahBunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanYangDicari
#CerdasFinansial

Senin, 09 Juli 2018

Cerdas Finansial (6)

Saya menyadari selama ini kurang membatasi pola jajan anak-anak, termasuk Jundi. Sehingga seringkali ketika menginginkan sesuatu dengan mudahnya dia meminta uang.

Dan hari ini saya mencoba memberikan pengertian ke Jundi bahwa membeli kue pun harus dibatasi, tidak setiap dia menginginkan sesuatu maka harus segera dibelikan saat itu juga. Saya katakan sehari hanya boleh 2 kali jajan. Semoga dia paham apa yang saya maksudkan.

#Tantangan10Hari
#Level8
#KuliahBunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanYangDicari
#CerdasFinansial

Minggu, 08 Juli 2018

Cerdas Finansial (5)


Tempo hari ketika Jundi ke masjid dia lupa membawa uang untuk dimasukkan ke kotak amal. Lalu saya ingatkan, kalau ke masjid jangan lupa lagi ya.

Hari ini saat persiapan berangkat sholat Maghrib saya lagi-lagi mengingatkan agar dia membawa uang. Seketika dia ingat sesuatu, "Oh iya, tadi Jundi nemu ada uang receh!"

"Loh kalo buat amal jangan uang receh sayang, kalau beramal itu harus disiapkan sendiri uang yang besar, karena amal itu nanti jadi pahalanya Jundi,"

"Lalu ayah menimpali, nanti bawa uang **** aja ya, gak boleh uang receh sayang,"

Dan saat dia sudah berangkat saya pun baru ingat dia akhirnya belum membawa uang ๐Ÿ˜ช.

#Tantangan10Hari
#Level8
#KuliahBunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanYangDicari
#CerdasFinansial