Sabtu, 20 Oktober 2012

[Membayar hutang #PR dari Pak Dian] Mas Jundi jalan-jalan ke secret zoo


Tanggal 15 Januari 2012, saat itu telah disepakati teman-teman FLP Malang akan jalan-jalan ke Batu Secret Zoo –hadiah dari Pak Dian-. Saat itu aku masih hamil muda, masih sekitar 4 bulanan, belum terlalu nampak jundi yang mulai berkembang di rahimku. Karena kehamilan pertama di usia kehamilan yang masih rawan, si calon Eyang terlalu khawatir, jadilah Ibuku dan kedua adikku ikut menjadi penyusup.
Pagi-pagi semua sudah sepakat untuk bertemu di terminal landungsari, semua tampak bersemangat dengan wajah yang cerah-cerah. Dan tentunya karena FLP juga Forum Lingkar Photo, beberapa teman telah siap dengan kamera mereka masing-masing. Aku dan suami memilih menempuh perjalanan menggunakan motor, sedang teman-teman menggunakan angkot yang telah disewa. Perjalanan yang cukup singkat pun terlewati begitu saja, dan sampailah kami di tempat yang telah dibayang-bayangkan sejak pagi, Batu Secret Zoo.

Batu Secret Zoo atau kadang orang menyebutnya Jatim Park 2 nampak begitu megah dari pelataran, artistik gedungnya pun lebih beragam dibandingkan Jatim Park 1. Jikalau Jatim Park 1 aku sudah beberapa kali kesana, ke Jatim Park 2 aku baru pertama kali ini. Ratusan orang pagi itu sudah memadati beberapa sisi pelataran yang sangat luas, nampaknya hari Ahad memang waktu yang pas untuk sedikit mengendurkan otot syaraf dari rutinitas di hari kerja. Dan ternyata saat giliran akan masuk pintu, kita harus mengantri cukup panjang dan berdesakan. Aku sendiri cukup mengkhawatirkan kandunganku, tapi kurasa itu sedikit berlebihan, karena Jundi sebenarnya sangat senang diajak jalan-jalan.

Pertama memasuki area yang paling aku ingat kami langsung disambut pemandangan tikus raksasa yang baru pertama kali ini aku melihatnya. Ekosistemnya dibuat berbentuk kolam, mengingatkanku pada tikus got :D. Terus berjalan, ada banyak sekali ragam hewan yang sebelumnya belum pernah aku lihat, mulai dari berbagai jenis burung, sampai berbagai jenis kera. Mengenai kera, hal ini mengingatkanku pada perbedaan antara monyet dengan kera, jika kera memiliki ekor, monyet tidak (atau kebalik?). Yang menarik, di tempat ini setiap kadang ada keterangan tentang keberadaan hewan tersebut, masih terjaga atau sudah akan punah.

Terus berjalan, kita akan menemukan dunia reptile yang berisi berbagai jenis ular serta reptile lainnya. Ada juga tempat khusus untuk hewan nocturnal seperti burung hantu. Aku masih ingat suamiku berfoto dengan burung hantu, yang aku sendiri tidak berani :D. Di ruangan gelap itu ada peringatan, dilarang memakai blitz saat foto, jadi semua terlihat remang-remang.

Berikutnya ada area bermain, semua ikut naik wahana-wahana yang cukup ekstrim. Aku tentunya tidak boleh ikut naik, membuatku sungguh sangat iri, padahal Ibuku saja yang sudah mau jadi Eyang turut ikut naik :-(. Namun yang berbeda, di BSZ wahananya hanya sedikit, tidak sebanyak di JP1. Mungkin jika di JP1 mengutamakan wahananya, disini lebih mengutamakan hewan-hewannya. Begitu juga dengan kolam renang, di JP1 ada plosotan yang cukup tinggi dan membuatku saat SMA dulu ketagihan mencoba berkali-kali, sedangkan di BSZ tidak ada.

Berikutnya yang kuingat adalah semacam terowongan yang di kanan kirinya telah ada ekosisitem buatan untuk hewan-hewan buas seperti harimau dan kawan-kawan, dan masih banyak lagi hingga sampai di pintu keluar.

Mencapai pintu keluar ini bukan jarak yang cukup dekat, kakiku saja terasa pegal. Hanya saja semua hanya bisa mengikuti rutenya, tidak bisa menskip tempat yang tidak ingin dilewatin jadi semua lelahnya sama. Namun pihak BSZ cukup pintar dalam menyiasati hal ini, di dalam ada penyewaan semacam sepeda yang biaya sewanya 100rb per jam, sangat pas untuk orang yang berkantong tebal yang tidak ingin lelah berjalan.

Dari pintu keluar kami semua sejenak istirahat dengan sholat dan makan nasi bungkusan yang telah aku pesankan di dekat rumah Ibuku. Hari itu hujan, jadi cukup susah bagi kami menemukan tempat yang pas untuk lesehan. Selesai ishoma, kami harus masuk lagi ke museum satwa, karena tiket yang dibeli sudah sepaket, sayang jika tidak digunakan. Di museum satwa, berbagai jenis hewan mati yang diawetkan berjajar-jajar di dalam kaca, sangat cocok untuk berfoto-foto, terutama untuk yang suka foto. Namun karena aku cukup kelelahan aku tak terlalu berminat berfoto terlalu banyak, cukup beberapa untuk kenangan. Dan kenangan ini semoga terekam juga dalam benak Jundi, bahwa saat masih janin dia telah melihat banyak jenis hewan di dunia. Suatu saat jika usia Jundi mulai besar aku ingin mengajak dia kembali kesana, mengenang kenangan indah dulu saat bersama FLP Malang ditraktir Pak Dian. Terima kasih ya Pak Dian, semoga berkah :-).

20 Oktober 2012
11.12
Dengan batuk-batuk yang rasa-rasanya semakin sering menyerang tenggorokan

0 komentar:

Posting Komentar