Minggu, 05 November 2017

Komunikasi Produktif #4

Jadi ternyata menurut Albert Mehrabian suara yang keluar saat kita berkomunikasi itu cuma berpengaruh 7% terhadap lawan bicara, sedang sisanya 38% adalah intonasi dan 55% bahasa tubuh. Dan kalau saya amati memang begitu adanya, terkadang chatting ponsel yang hanya text bisa multitafsir karena kita gak tau benar bagaimana intonasi dan mimik wajah si pembawa pesan (ya walau banyaknya emoticon cukup memudahkan untuk membayangkan ekspresi si pembawa pesan), maka untuk hal-hal sensitif memang sebaiknya dibicarakan dengan tatap muka, offline.

Begitu pula dengan komunikasi dengan anak-anak, salah satu kaidah komunikasi produktif dengan anak-anak adalah dengan mengendalikan intonasi bicara. Dan ternyata permainan intonasi serta bahasa tubuh ini saya praktekkan dalam membacakan buku ke putri kembar saya membuat beberapa hari terakhir ini efektif mereka duduk anteng mendengarkan sambil ikut melihat buku yang dibaca. Dan yang amaze beberapa kali mereka bisa anteng hingga selesai beberapa buku, padahal rentang konsentrasi mereka masih sangat rendah di usianya yang masih 2 tahun. Amaze banget kan ya, alhamdulillah.

Tentang intonasi dan bahasa tubuh ini, saya juga ingin bercerita tentang kejadian hari kemarin saat saya dan anak-anak saya ajak antar kain ke penjahit. Dalam kondisi jalanan cukup macet, kursi mobil agak sempit karena ada beberapa gulung kain menumpuk, apalagi udara cukup panas (mas Jundi gak pernah mau kalau AC dinyalakan, katanya bikin dia muntah 😓), sip banget kondisinya bikin krucil 'rame'. Si Jundi yang bosan malah sibuk mencari cara menggoda adiknya (eh dia sampai duduk di bagasi juga lho 😅). Dan lucunya si Fasya yang digodain marah dengan ngomel-ngomel gak jelas apa isi kalimatnya, tapi dengan intonasi marah serta mimik wajah marah siapapun akan tau kalau dia sedang marah, jadi memang terbukti text yang 7% tadi kadang gak terlalu penting jika mimik dan bahasa tubuh lebih berbicara. Tapi memang begitulah kebiasaan Zalfasya belakangan yang kosa katanya sedikit tertinggal dari saudara kembarnya Faradilah.

Lalu pertanyaannya adalah saya, bagaimana saya dalam kondisi seperti itu tadi, anak tengkar gak jelas, jalanan macet ditambah udara yang cukup hot. Kondisi ini tentu membuat orang lebih mudah tersulut emosi, maka yang saya lakukan adalah mengingatkan dengan tegas tapi tetap ramah dan menjaga intonasi. Ah, komunikasi produktif memang harus banyak dilatih!

#hari4
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Related Posts:

  • GTM : cobaan terberat mamah muda . Terdengar lebay, namun begitulah nyatanya,  GTM a.k.a Gerakan Tutup Mulut  pada bayi bisa bikin ibu stres, emosi, bahkan nangis (curhatan para ibu). Beragam cara akan dilakukan ibu agar anak mau makan lagi, mulai… Read More
  • Mengajarkan kemandirian Bagi saya mengajarkan kemandirian pada anak itu tak mudah. Butuh proses berdarah-darah yang bisa bikin stres *lebay*. Salah satu kemandirian yang bikin cukup stres adalah ketika anak minta makan sendiri. Dari jaman mas Jundi… Read More
  • Lomba duduk . Lucu ketika melihat si kembar lomba duduk. Apa pasal? Kalau lagi minta makanan atau minuman kesukaan yang sedang dipegang bundanya. Siapa yang duduk duluan bakal dapat bagian duluan. Tanpa saya minta duduk alhamdulillah su… Read More
  • Makanan sehat vs makanan tidak sehat . Sejujurnya saya bukanlah ibu yang sangat ketat aturan untuk apa-apa yang dimakan anak. Anak-anak saya bukan anak yang 100% bebas msg, gluten, atau makanan lain yang kurang baik bagi tubuh. Cemilan anak saya bukan cemilan 1… Read More
  • MENYAYANGI BINATANG . Dalam islam diatur mengenai adab-adab terhadap binatang, manusia tidak boleh menyakiti binatang dan tetap memperlakukan binatang dengan baik. Begitupun Rasulullah saw pun menyontohkan betapa beliau menyayangi binatang, sal… Read More

0 komentar:

Posting Komentar