Minggu, 12 November 2017

Komunikasi Produktif #11 (Menyapih si kembar)

Akhirnya saya kalah. Akhirnya saya kalah dari harapan bisa menyapih si kembar dengan cinta. Tantangan menyapih 2 anak sekaligus bagi saya cukup berat. Ketika satu bayi bisa menerima sounding dan bisa dialihkan maka belum tentu itu juga berlaku untuk bayi kedua. Maka ketika bayi pertama akhirnya melihat bayi kedua menyusu, runtuhlah pertahanan bayi pertama, ikut menyusu.

Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. ... Apa-bila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Al-Baqarah 233

Akhirnya cara inilah yang kami tempuh, si kembar sudah 2 hari ini menginap di rumah eyangnya, terhitung sejak jumat malam. Sabtu siang saya tetap mengunjungi mereka, dan saya pikir cara komunikasi saya saat ini jauh lebih baik daripada ketika penyapihan mas Jundi dahulu.

Dahulu, mas Jundi juga saya sapih dengan cara serupa, tapi ketika kunjungan hari pertama saya, saya yang masih kurang ilmu menolak permintaannya untuk menyusu, alhasil saya bagaikan dimusuhi olehnya, dia tidak mau dekat dengan saya. Yah meski akhirnya menyusu juga hingga ASI saya benar-benar kering (setelah bengkak parah), lalu dia marah karena tidak ada air susu keluar.

Kesiapan mental pun saya rasa saat penyapihan si kembar ini jauh lebih matang, jauh-jauh hari saya sudah memberi sounding mereka akan penyapihan ini, dan saya sendiri sudah berencana tetap menyusui di hari pertama setelah menginap. Alhasil mental saya pun lebih kuat saat ini, tidak ada melo-melo seperti saat Jundi dulu yang kurang persiapan.

Saya datang, mereka tidur, lama saya menunggu hingga akhirnya Fasya duluan yang terbangun. Fasya langsung meminta gendong saya, memang menurut eyangnya Fasya ini yang sedikit rewel daripada Fara saat malam pertama menginap. Setiap sounding saya lakukan pun Fasya selalu mewek seperti tidak rela, berbeda dengan Fara yang dengan tegas mengangguk.

Fasya merajuk membuka-buka kerudung yang menutup dada sambil meracau tak jelas, saya berikan pengertian, "Mbak Fasya kangen bunda ya, sini bunda peluk, bunda juga kangen sama mbak Fasya, bunda sayang sama Fasya" saya cium dia di beberapa bagian wajah, hingga beberapa waktu tak mau lepas dari saya, dan akhirnya saya berikan apa yang dari tadi ia inginkan, menyusu. Namun ternyata tak sampai semenit dia lepas, dan dia pun ceria, selesai, lanjut bermain.

Berbeda dengan Fara, dia sama sekali tak merajuk untuk menyusu, tapi dia ingin saya peluk, saya gendong, dan tak mau jauh dari saya. Ingin rasanya saya menawarkan menyusu, tapi saya ingat kaidah menyapih, tidak menawari dan tidak pula menolak. Sempat dia memegang, lalu urung, "Fara kangen ya, sini bunda peluk, bunda sayang sama Fara" saya ciumi dia, ah saya pun rindu.

Hingga saya menulis ini, mereka tidak lagi meminta menyusu padahal saya ada di dekat mereka. Saya pikir anak bayi hanya takut kehilangan pelukan ibunya ketika harus disapih.

Alhamdulillah dengan komunikasi produktif dan positif dengan anak proses ini saya rasa menjadi lebih menyenangkan, saya terima perasaan anak, dan saya berusaha untuk tetap berkomunikasi non verbal.

#harike11
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

0 komentar:

Posting Komentar