Dua hari yang lalu di rumahku mati listrik di malam hari,
cukup lama, hingga membuat Jundi yang akan pergi tidur terbangun lagi. Gelap. Karena
si ayah pergi ‘hajatan’ di tempat tetangga, maka jadilah aku dan Jundi berdua
di kamar, ditemani 1 buah lilin yang menyala. Pintu kamar memang kubiarkan
terbuka, agar cahaya lilin dari dalam kamar bisa menerangi luar kamar. Seperti biasanya
Jundi bermain kesana kemari sendiri di dalam kamar, buka lemari, mengobrak
abrik isinya, atau mainan alas lantai. Tapi mungkin karena bosan si jagoanku
celingak-celinguk cari mainan baru. Dia pun pergi keluar kamar yang gelap
gulita. Aku biarkan saja, hanya memanggilnya beberapa kali, “Sayang, ngapain
disana?”. Tapi yang dipanggil nggak juga kembali, cukup lama, dan aku juga
cukup capek untuk menjemputnya, jadi kubiarkan saja :D.
Rabu, 10 April 2013
Kamis, 08 November 2012
Tentang menidurkan bayi part 2
Cara-cara yang dia gunakan memang cukup unik, dan tiap kali aku pulang dari kampus -saat aku masih sibuk dengan skripsiku dulu- dia selalu berbagi, membuatku kadang terharu dan tertawa dibuatnya. Bekal ASIP yang diberikan dengan spoonfeeder ataupun dot jika terpaksa saat aku harus segera menyelesaikan studiku memang tidak cukup untuk menenangkan Jundi kala itu. Beberapa cara unik ayah Jundi antara lain menaruh Jundi dalam strollernya, menghipnotis dengan mainan bergemerincing, dan yang paling unik adalah dengan cara pura-pura tidur di hadapan Jundi yang masih ingin mengajak bermain.
Rabu, 31 Oktober 2012
Menyusui juga perlu update ilmu!
Memberikan apa yang terbaik untuk
anak tentu semua ada ilmunya, tidak terkecuali ilmu tentang menyusui atau
memberikan ASI. Kemarin aku sempat membaca data bahwa di daerah industry prosentase
bayi yang mendapatkan ASI secara ekslusif angkanya sangat rendah. Hal ini
dikarenakan sebagian besar Ibu di daerah tersebut bekerja sebagai buruh pabrik,
sehingga tidak ada waktu untuk menyusui secara ekslusif.
Suatu kali aku pernah bertemu
dengan saudara dari suami yang juga memiliki anak yang 2 bulan lebih tua dari
anakku. Entahlah, sekarang ketika melihat anak bayi hal pertama yang aku
tanyakan pada Ibunya adalah mengenai ASI, apakah diberi ASI atau sufor? Jawaban
yang aku dapat, ASI tapi dibantu dengan sufor. Dan tahukah apa alasan yang aku
dapat? Si Ibu harus bekerja di siang hari, dan sudah menjadi peraturan di
tempat kerjanya bahwa pegawai tidak boleh pulang walau sedang istirahat. Setelah
kuinterview (cieh…bahasanya berat) ternyata saat di kantor si Ibu harus
Kamis, 25 Oktober 2012
Episode mempersaudarakan Jundi
Awalnya aku tak pernah terpikir
untuk mepersaudarakan bayiku, terbesit pun tidak. Sama sekali bayangan aku
menyusui bayi orang lain tidak pernah terbayangkan olehku sebelumnya. Kisah ini
berawal dari misiku ingin menyusui Jundi secara ekslusif. Setiap hari sehabis
shubuh peralatan memompa telah siap untuk memerah ASIku agar cukup ketika Jundi
kutinggalkan. Awalnya memang berat, namun lama-lama ternyata dengan rutin
memompa tiap shubuh membuat produksi ASIku semakin melimpah, Alhamdulillah.
Di komunitas yang aku ikuti di
twitter –AyahASI-, memang pernah membahas bahwa pada jam 2-5 pagi hormon oksitoksin
yang memicu produksi ASI sedang tinggi-tingginya, sehingga jika kita memompa
pada jam-jam tersebut maka ASIP yang didapat akan melimpah. Ditambah lagi
dengan kebiasaan menyusui Jundi dengan posisi tidur membuat PD sebelah yang
tidak disusu menjadi mengeras karena terlalu penuh. PD yang penuh inilah tiap
selesai sholat shubuh kuperah untuk Jundi. Tentunya setelah ritual membacakan
ma’tsurat dan tilwah di dekat Jundi tertidur pulas.
Senin, 22 Oktober 2012
Tentang ASI ekslusif
Mengenai ASI ekslusif, saat ini
rupanya Ibu-ibu banyak yang kurang peduli. ASI ekslusif bermakna bahwa asupan
yang diberikan kepada bayi hanyalah ASI, tidak ada yang lain, tidak sufor dan
tidak pula yang lain. Menurut anjuran WHO, ASI ekslusif diberikan pada bayi
hingga usia 6 bulan. Setelah itu bayi baru bisa diperkenalkan dengan makanan
pendamping ASI (MP-ASI). Data di AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) yang
membuatku memelototkan mata adalah bahwa di Indonesia Ibu yang memberikan
ASInya secara ekslusif kepada bayinya hanya sekitar 15,6%. Sedangkan di
propinsiku sendiri, Jawa Timur, hanya sekitar 10,5% bayi yang mendapatkan ASI
secara ekslusif. Kesadaran akan pentingnya ASI di Indonesia memang menyedihkan,
padahal ASI itu “hak” anak yang harus diberikan ibu. Bayi yang baru lahir
memang belum bisa menuntut haknya sendiri, sehingga banyak orang tua justru mengabaikan
kewajibannya untuk memberikan ASI kepada anaknya secara ekslusif.
Minggu, 21 Oktober 2012
Di saat aku sakit
Sebenarnya aku tak pernah pula
membayangkan sebelumnya jika aku sakit dan masih harus menyusui anakku sevara
ekslusif. Keadaanku yang flu berat 2 pekan ini mengingatkanku pada perjuanganku
saat masih mengandung dulu. Waktu itu usia kehamilanku menginjak 8 bulan, hamil
tua. Flu berat menyerangku, tiap malam aku kesusahan tidur karena batuk-batuk
yang tak kunjung usai. Pada usia tersebut gerakan bayi memang semakin terasa,
tendangan-tendangan kecil Jundi, gerakan tangannya yang rasanya seperti
menggelitik perutku bagian bawah. Pada usia itu pula, janin mulai sering
mengalami kontraksi kecil, jika saya bertanya pada bidan dan dokter obgyn, itu
adalah kontraksi bohongan. Pada kehamilan ini setiap bulan saya memang periksa
di dua tempat, awal bulan jadwalnya ke dokter obgyn agar bisa melihat kondisi
janin dengan USG, dan di tengah bulan jadwalnya periksa ke bidan yang selalu
siap memeperdengarkan suara detak jantung Jundi dengan jelas, that’s amazing.
Langganan:
Postingan (Atom)