Sabtu, 02 Desember 2017

Melatih Kemandirian (2)

Masih dengan skill laundry, kali ini mas Jundi saya ajak untuk mengangkat jemuran yang sudah kering. Dari dulu pernah sih beberapa kali bantuin sedikit, tapi entah kenapa kemarin ini tanpa saya minta dia sendiri yang menawarkan agar beberapa baju di gantungan dia yang melepaskan, malah saya dimarahi ketika 'menyerobot' wilayahnya.
"Bunda! Ini biar Jundi aja yang ngerjakan, bunda yang itu" kata dia sambil menunjuk gantungan baju kecil yang berbentuk bulat warna merah.
"Oke"
Lalu saya pun mengerjakan bagian saya sendiri.
Beberapa baju sukses dia keluarkan dari gantungan lalu baju tersebut dia masukkan ember cucian kering, ish, terampilnya sulungku.
"Ini, gantungannya ditaruh sini lagi ya biar rapi" kata saya sambil memungut gantungan yang dia taruh begitu saja di lantai.
Diapun mengerti dan lekas melakukan instruksi saya. Saya melanjutkan mengambil cucian kering di gantungan bulat yang digantung agak tinggi. Tiba-tiba, "Bunda, itu Jundi juga!"
"Nah, memang Jundi sampek?"
"Oh iya, ya udah brati itu dikerjakan bunda"
Cukup ya nak, besok sesi ketrampilan mencuci 😉.

#Harike2
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Menyapih dengan cinta? (1)


Aish, ini cita-cita saya dulu semenjak menyusui anak pertama, namun ternyata prakteknya gak semudah teorinya (ini bagi saya lho ya). Meski sangu sabar, sabar, dan sabar yang banyak. Dan juga konsistensi serta komitmen yang kuat baik dari bundanya sendiri ataupun dari ayahnya.

Menyapih anak pertama sudah mencoba sounding dengan beberapa kalimat sounding yang pernah saya baca, tapi beberapa bulan si doski malah semakin nempel. Jadilah saya curhat ke eyangnya dan berakhir dengan penyapihan yang cukup menyakitkan, baik bagi saya ataupun bagi dia.

Waktu itu usia Jundi 23 bulan Masehi (tapi hitungan Hijriyah sepertinya sudah 2 tahun), namun sudah mendekati bulan Ramadhan, saya pengennya Ramadhan kali itu sudah bukan jadi busui lagi. Si eyang langsung mengusulkan agar mas Jundi direlakan untuk menginap saja malam itu di rumah eyang tanpa bunda, dan bundanya yang sudah mulai menyerah pasrah, manut begitu saja. Meski ternyata malamnya saya tetiba melow nangis sesenggukan ke suami, 'Bagaimana Jundi nanti? Apakah tadi benar-benar sesi terakhir saya menyusuinya? Ah tidak!' rasanya justru saya yang belum siap dengan kondisi ini.

Esoknya saya dan suami mengunjungi mas Jundi meski dilarang-larang oleh eyangnya. Dada saya bengkak bukan main, sakit sekali rasanya dengan perubahan drastis ini. Ditambah si eyang mewanti-wanti, 'Jangan diberikan!'. Alhasil saya menolak dia, dan akhirnya dia marah ke saya, lalu dia bahkan tidak mau menyapa saya, aaaak sakit mak!

Sungguh, saya yang kurang sekali ilmunya waktu itu. Saya pun lupa proses detailnya (3,5 tahun yang lalu tapi baru sekarang ditulis), akhirnya entah hari ke berapa saya memberikan dia nenen dengan intensitas sehari sekali dan durasi amat pendek. Lalu entah hari ke berapanya lagi dia minta lagi, saya berikan, namun ternyata air susunya telah kering, dan yah dia marah dan sejak itu dia tidak pernah meminta lagi menyusu.

Ah, kalau diingat-ingat lagi rasanya ingin memeluk Jundi dan meminta maaf lagi atas cerobohnya saya. Beberapa waktu terakhir pernah saya menanyakan tentang hal ini, 'Mas Jundi dulu kenapa kok marah pas gak boleh mimik bunda lagi?'
'Lha emang, mimik bunda itu kan enak, jundi jadi sedih gak boleh mimik bunda,'
Ya Allah nak, maaf ya, udah long long ago tapi dikau masih ingat sensasinya, aih. Lalu kupeluk dia sambil menciuminya, 'Maafin bunda ya nak, kalau sekarang jundi mau mimik bunda lagi?'
'Yek gak mau, mimik bunda kan buat adik, jundi jijik, hi'

Ah, love you my son, 💝.

Agie Botianovi
Bunda Jundi
2 Desember 2017
Dini hari

Jumat, 01 Desember 2017

Melatih Kemandirian (1)

Tantangan kali ini adalah one week one skill. Melatih kemandirian salah satu anak dengan skill yang sama minimal satu pekan untuk melihat konsistensinya.

Dan yes, saya galau. Saya galau harus memilih siapa dari ketiga anak saya untuk saya observasi di tantangan kali ini. Setelah mikir lama akhirnya saya putuskan anak mbarep yang saya observasi.

Untuk pekan ini saya akan melatihkan kemandirian di bidang ketrampilan laundry. Mulai dari mencuci baju, menjemur, hingga melipatnya.

Sebenarnya hal ini juga sudah beberapa kali saya ajarkan di rumah, pun di sekolahnya beberapa waktu lalu juga diajarkan, mulai mencuci, menjemur, hingga menyetrika. Namun, tetap saja dia belum bisa secara mandiri mengerjakan semua sendiri, masih perlu saya ajarkan lagi dan lagi.

Kemarin sudah saya mulai dengan mengajaknya melipat baju (saya penganut aliran no setrika 😁), dulu sudah pernah saya ajarkan melipat kaos dalam yang langkahnya cukup mudah, namun kemarin mulai merambah cara melipat baju atas dan celana. Dan yah, meskipun belum bisa serapi saya tapi dia bisa mengerjakan sendiri, bahkan akan marah jika saya gatal ingin membetulkan pekerjaannya yang belum bisa rapi. Yah, saya harus belajar lagi menurunkan standar kerapian saya. Bagaimanapun ketrampilan ini harus dia miliki meski dia laki-laki.

Love my son, 💝.

#Harike1
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Minggu, 26 November 2017

Lingkaran Cinta

Aku menyebutnya lingkaran cinta, mungkin bukan aku saja tapi juga kamu. Bukankah karena cinta kepada Allah kita dikumpulkan di lingkaran ini? Ah betapa indahnya.

Tiap pekan kita bertemu saling bercerita, berbagi, bertukar pikiran, bukankah ini pelekat hubungan kita saudaraku? Ah, barangkali di luar sana lebih banyak pertemanan yang jauh lebih erat dari hubungan kita, tapi aku yakin persaudaraan kita jauh lebih berharga karena surga sebagai tujuan.

Dari lingkaran ini aku menemukan apa yang tidak pernah kutemukan di tempat lain. Entah, mungkin karena Allah dan Allah, tujuan kita masih tetap hadir meski akhirnya hanya berdua.

Ah sungguh aku mencintai kalian lillah, dari kalian aku menemukan apa arti saudara sesungguhnya, saudara seiman. Persaudaraan ini jauh lebih berharga dari apapun.

Semoga kita dipertemukan di surgaNya kelak.

Agie Botianovi
23 november 2017

Sabtu, 25 November 2017

PERAN HIDUP

Entah, beberapa hari terakhir saya disentil dan diingatkan lagi terus tentang ini, mulai dari bacaan hingga obrolan di grup. Setiap orang punya bakat spesifik masing-masing, sehingga peran hidupnya juga pastilah sesuai bakat masing-masing. Walau sayangnya masih banyak orang yang belum menemukan bakat spesifiknya sehingga peran hidupnya belum sesuai atau bisa juga belum optimal.

Yah saya ngomong gini bukan karena saya sudah benar-benar menemukan bakat spesifik saya, tapi karena saya juga sedang mencarinya. Ada sih beberapa tes penemuan bakat kayak tes sidik jari stiffin atau tes temu bakat Abah Rama, tapi saya belum mencoba. Sudah mencoba hanya pada yang gratisan di temu bakat menemukan st30. Hasilnya langsung ke bidang yang cocok tapi belum detail dan spesifik seperti tm aktivitas. kalau minta ijin tes stiffin ke suami juga selalu berujung pada pertanyaan 'untuk apa?', yah karena memang saya pernah baca kontroversi tentang metode sidik jari ini sih, dan suami cenderung yang tidak mempercayai.

Etapi, setelah tes st30 2kali dengan jarak waktu sekitar 4 bulan, ternyata ada 4 personal branding pada diri saya yang tetap, yang lain ada yang berubah. Dari situ saya percaya bahwa 4 hal itu yang harus saya perkuat lagi sekarang, dan gak salah jika akhirnya saya pilih rumbel menulis dan bisnis online. Walau saya sempat galau, akhirnya saya pilih dari ranah suka dan bisa biar semakin melejitkan potensi, hehehe. Bahasanya tinggi banget dah.

Tapi kesimpulannya, saya sebenarnya pengen bahas tentang peran hidup yang berbeda-beda tadi, jadi jangan ngiri deh dengan pekerjaan temenmu, karena bisa jadi passionmu emang gak disana, tapi passionmu ya di ranah kerjamu sekarang, posisimu saat ini. Tugasnya tinggal bersungguh-sungguh dengan semua yang sedang dikerjakan agar optimal hasilnya. Dan hidup jadi gak sekedar hidup, tapi hidup dengan peran yang optimal.

Tapi, kalau merasa belum cocok dengan passion ya gali terus sih passionmu, bakatmu itu sebenarnya apa. Kalau saya sekarang meyakini diri saya diciptakan untuk bisa menebar manfaat melalui tulisan dan menebar manfaat melalui usaha yang saya rintis dengan suami. Meski keduanya belum optimal tapi bismillah semoga tetap bisa menjalankan misi sebagai khalifah fil ardh.

Agie Botianovi
23 november 2017

Senin, 20 November 2017

Kerudung segiempat

Setelah lama sekali jarang memakai kerudung segiempat 2 hari terakhir saya pakai kerudung segiempat. Pasalnya ada seragam keluarga pakai kerudung segiempat by BOTIA. Seperti gak banget gitu ya, produsen kerudung segiempat tapi malah jarang make' XD. Yah habisnya kalau gak acara formal banget mah pakai segiempat bakal rempong ditarik-tarik krucil :D *alesan*.

Jadi gini ya, tiba-tiba saat tadi membetulkan kerudung segiempat yang saya pakai perjalanan ke sidoarjo, ingatan saya meloncat saat jaman saya mematut diri di depan kaca menata kerudung segiempat saya dengan seberendel peniti agar kerudung segiempat saya tetap rapi. Saya teringat saat-saat masih kuliah dulu, ah betapa hampir tiap hari saya bisa telaten memakai segiempat yang cukup rempong. Sekali pakai minimal kalau dulu sedia 4 peniti, satu dagu dan 3 yang lain untuk menjaga agar kerudung rapi di bagian depan. Hooh, memakai kerudung segiempat lebar memang cukup rempong, dan gak bisa slup gitu aja layaknya memakai kerudung instan.

Aish, saya jadi berkhayal, andaikan dulu sewaktu kuliah sudah ada BOTIA, tentu saya tidak perlu rempong mencari toko 'khusus' yang menjual kerudung segiempat tebal dan lebar. Dulu langka sekali, hanya beberapa toko yang menjual, dan sering juga nunggu ada pameran buku baru bisa beli kerudung baru. Kalau diingat-ingat rasanya ingin mengulang masa-masa perjuangan dulu, dimana kerudung lebar masih jadi hal yang asing bagi sebagian orang. Masih ingat rasanya pertama kali memutuskan memakai kerudung lebar saya 'merasa' jadi bahan tontonan ketika naik angkot, apalagi ada kaos kaki yang membungkus kaki saya :D.

Namun di saat sekarang saya bersyukur ketika kerudung lebar bukan lagi menjadi hal asing di tengah masyarakat, namun justru menjadi semacam tren, alhamdulillah. Saat ini pun sudah banyak sekali produsen-produsen kerudung lebar baik segiempat ataupun instan, begitu mudah mencari dimana-mana baik offline ataupun online. Mungkin kemudahan ini pula yang membuat saya jadi 'malas' memakai segiempat, karena yang instan lebar melambai-lambai lebih menarik hati untuk saya pakai. Kalau dulu jarang sekali ada penjual kerudung instan lebar, ada juga beberapa merk saja dengan pilihan model itu-itu saja. Nah sekarang? Modelnya banyak bingits.

Ah sudahlah sekian curcol saya malam ini, dengan tulisan ini saya bertekad ingin lebih rajin menggunakan kerudung segiempat lagi biar kelihatan pakai produk sendiri, hahaha. Walau kerudung segiempat saya sudah tinggal 1-2biji saja, yang puluhan lembar lainnya sudah saya hibahkan ketika saya berpikir bakal gak pernah saya pakai lagi, ah jadi kangen sama kerudung segiempatku dulu dengan segala kenangannya, semoga dimanapun mereka berada sekarang tetap bisa menutup aurat wanita.

Agie Botianovi
20 November 2017
23.43