Rabu, 06 Desember 2017

Melatih Kemandirian (6)

Masih dengan tema laundry, kemarin lagi-lagi mas Jundi bantu bunda melipat baju. Untuk melipat baju atasan dia masih butuh dipandu lagi, tapi alhamdulillah hasilnya sudah cukup baik. Dan kemarin dia dengan antusias memasukkan baju satu demi satu ke lemari sesuai dengan jenisnya. Jadi usai melipat satu baju langsung dia bawa ke lemari, begitu seterusnya.

Saya pun tetap melipat dengan porsi yang jauh lebih banyak dari yang dilipat Jundi. Tiap melipat pun saya harus mencontohkan melipat satu baju dan dia melipat baju yang lain sambil menirukan. Dan tak lama tumpukan baju kering pun selesai terlipat semua, karena dari tadi dia hanya fokus pada baju miliknya sendiri, maka saya menawarkan padanya apakah mau membantu saya memasukkan baju adiknya juga ke lemari pakaian. Alhamdulillah responnya positif.

Selesai urusan baju kering sorenya saya lihat tumpukan baju kotor sudah banyak, maks coba saya masukkan ke mesin cuci, ternyata penuh, saatnya mencuci. Saya menawarkan mas Jundi untuk mengoperasikan mesin, dia mau. Malamnya bada isya' baru kami jemur bersama dengan adiknya, Jundi pun sudah cukup terampil dalam menggantung baju di gantungan lalu menaruh di jemuran. Sepertinya esok saya sudah berganti tema kemandirian untuk Jundi. Semoga tetap istiqomah ya bantu bunda laundry, walau Jundi seringnya masih moody 😅.

#Harike6
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Selasa, 05 Desember 2017

Melatih Kemandirian (5)


Alhamdulillah kemarin coba saya ajak nyuci lagi, awalnyaa tidak antusias dan lebih memilih membuat brownies instan, namun setelah brownies dikukus mau juga membantu saya mencuci. Bahkan kali ini dia ada kemajuan daripada hari sebelumnya.

Dia saya ajari buka pintu dengan memencet bukaan pintunya, lalu yangakan dicuci dia masukkan ke dalam. Menutup pun saya ajari agar dia lakukan sendiri. Lanjut mengisi tempat detergen dan pewangi, dia mulai hafal tempatnya. Untuk mencolok kabel tetap saya sendiri karena tinggi mas Jundi belum sampai, lalu dia menyalakan sendiri kran tanpa saya minta, alhamdulillah.

Lanjut menekan tombol power, untuk setting tetap saya sendiri yang mengerjakan karena agak rumit untuk dijelaskan, tapi seringnya setting tetap, jadi tidak perlu mengubah lagi. Lalu mas Jundi menekan play dan terdengarlah mesin menggerung.

Alhamdulillah dari sini saya melihat mas Jundi sudah bisa didelegasi untuk mengerjakan ini. Semoga kelak ketika dewasa dia bisa menjadi lelaki yg keibuan seperti ayahnya. Bukan, bukan lelaki melambai, tapi lelaki yang selalu sigap membantu pekerjaan rumah istrinya. Karena saya yakin istri manapun pasti bahagia ketika pekerjaannya diringankan.

Teringat beberapa hari yang lalu suami minta diajari lagi cara mengoperasikan mesin cuci, padahal awal dulu dia yang ngajari saya karena teknisi yang mengajari laki-laki :D.

#Harike5
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Senin, 04 Desember 2017

Melatih kemandirian (4)

Alhamdulillah kemarin akhirnya sukses mengajari Jundi cara mengoperasikan mesin cuci. Awalnya sempat terjadi penolakan, tapi begitu saya sukses merayu dengan cara lain akhirnya dia malah terlihat excited dan ingin segera nyuci lagi esoknya, 'Besok Jundi lagi ya bunda yang nyuci' *uye*.

Kemarin dari pagi kami sekeluarga keluar rumah, dan baru balik ke rumah lagi sore hari. Sudah selesai mandi semua di rumah eyang, saya coba menawarkan ke Jundi untuk membantu bunda mencuci, "Jundi mau bantuin bunda nyuci?"
"Nggak mau"
Oke lalu saya biarkan dia bermain, dan tiba-tiba muncul ide, "Yuk kasih makan ikan yuk, ikannya kan belum dikasih makan ya" kebetulan letak toples ikan ada di rumah belakang dekat mesin cuci.
"Mau, Jundi ikut"
Lalu dikasihlah makan ikan oleh Jundi, Fara, Fasya. Setelah saya lihat sudah selesai saya lalu mencoba menawarkan, "Jundi mau bantu bunda masukkan pakaian kotor di ember itu ke mesin cuci?"
"Mau, mau, mau bunda" dan adiknya pun ikut membantu memasukkan beberapa pakaian. Karena tidak ada yang kotor, maka semua langsung dimasukkan mesin cuci tanpa dikucek terlebih dahulu.
Setelah pintu pakaian tertutup, saya mulai mengajari langkah-langkahnya.
"Pertama dicolokkan dulu ya kabelnya," jelas saya sambil mencolokkan ke stop kontak.
"Lalu airnya dinyalakan" jelas saya, dan Jundi nampak menyimak betul.
"Sekarang Jundi yang masukkan detergen dan pewangi ya, deterjen disini, pewangi disini" dia bersemangat sekali.
"Baru sekarang dinyalakan, pencet yang ini" saya menunjuk tombol on off.
"Lalu diset dulu" saya yang mengerjakan, "Dan sekarang pencet yang ini ya" saya menunjuk tombol play/pause. Dan mesin cuci pun menggerung-nggerung akan memulai kerjanya.
"Wah seru ya bunda" Jundi terlihat antusias melihat baju kotor yang terlihat berputar-putar dari pintu mesin.
"Sekarang ditunggu sampai bunyi ya baru nanti kita jemur"

Beberapa saat kemudian bunyilah mesin cucinya tanda proses mencuci sudah selesai, dan Jundi pun membantu saya menjemur di halaman depan, dia ikut menggantung beberapa potong kaos dalam, celana anak, dan baju. Alhamdulillah, besok lagi ya.

#Harike4
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Minggu, 03 Desember 2017

Melatih Kemandirian (3)

Kemarin, rencananya saya ingin mengajarkan Jundi tentang cara menjalankan mesin cuci, tapi sayang ternyata dia menolak. Dulu, ketika kami masih tinggal di rumah kontrakan jadi satu dengan toko, aktivitas mengisi air mesin cuci adalah salah satu aktivitas rumah tangga yang saya sering melibatkan Jundi di dalamnya, dan dia sering menyambut dengan gembira tawaran tersebut. Pasalnya di rumah tersebut selang pengisian otomatis tidak sampai ke kran, jadilah harus diisi manual, dan belakangan baru ketauan justru hal tersebut yang membuat mesin cuci pertama sejak Jundi lahir rusak. Jadilah saya sempat beberapa bulan berlangganan laundry kiloan sebelum ada mesin cuci baru yang kami pakai sekarang.

Bagi saya seorang anak meski anak lelaki sekalipun harus bisa menjalankan mesin cuci ataupun mencuci manual dengan tangan. Beberapa kali mencuci dengan tangan sudah pernah saya ajarkan, di sekolah pun sudah ada sesi mencuci kaos kaki sendiri, belum lagi sering ikut eyang atau tantenya mencuci. Yah meskipun orientasi dia lebih ke main airnya, yang penting sudah dikenalkan. Bukankah banyak anak laki-laki yang akhirnya harus hidup jauh dari orang tua bahkan mencuci pakaian dalamnya sendiri tidak bisa?

Kemandirian dalam skill laundry ini ingin saya ajarkan betul kepada anak saya sebagai bekal hidupnya kelak, karena tidak selamanya ada uang untuk laundry kiloan, dan tidak selamanya ada saya yang siap mencuci semua bajunya.

Kembali ke penolakan Jundi, setelah menolak saya ajari, dia malah ikut ke rumah eyangnya karena eyangnya pagi-pagi sudah ke rumah bersama tante kesayangan. Jadilah saya tidak ada kesempatan lain lagi untuk mengajari dan mengasah skill laundry yang lain. Namun alhamdulillah ternyata sorenya saya justru dapat pesan dari eyangnya, 'Jundi sedang menemani eyang setrika'. Alhamdulillah betapa tanpa saya kondisikan dahulu ternyata semesta mendukung sendiri misi saya di one week one skill ini. Meski nantinya tidak tuntas mengingat usianya yang masih 5 tahun, namun semoga dengan bertambahnya usia dia bisa mahir dengan sendirinya, mandiri dalam menyediakan pakaian bersih setidaknya untuk diri sendiri.

#Harike3
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Sabtu, 02 Desember 2017

Melatih Kemandirian (2)

Masih dengan skill laundry, kali ini mas Jundi saya ajak untuk mengangkat jemuran yang sudah kering. Dari dulu pernah sih beberapa kali bantuin sedikit, tapi entah kenapa kemarin ini tanpa saya minta dia sendiri yang menawarkan agar beberapa baju di gantungan dia yang melepaskan, malah saya dimarahi ketika 'menyerobot' wilayahnya.
"Bunda! Ini biar Jundi aja yang ngerjakan, bunda yang itu" kata dia sambil menunjuk gantungan baju kecil yang berbentuk bulat warna merah.
"Oke"
Lalu saya pun mengerjakan bagian saya sendiri.
Beberapa baju sukses dia keluarkan dari gantungan lalu baju tersebut dia masukkan ember cucian kering, ish, terampilnya sulungku.
"Ini, gantungannya ditaruh sini lagi ya biar rapi" kata saya sambil memungut gantungan yang dia taruh begitu saja di lantai.
Diapun mengerti dan lekas melakukan instruksi saya. Saya melanjutkan mengambil cucian kering di gantungan bulat yang digantung agak tinggi. Tiba-tiba, "Bunda, itu Jundi juga!"
"Nah, memang Jundi sampek?"
"Oh iya, ya udah brati itu dikerjakan bunda"
Cukup ya nak, besok sesi ketrampilan mencuci 😉.

#Harike2
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Menyapih dengan cinta? (1)


Aish, ini cita-cita saya dulu semenjak menyusui anak pertama, namun ternyata prakteknya gak semudah teorinya (ini bagi saya lho ya). Meski sangu sabar, sabar, dan sabar yang banyak. Dan juga konsistensi serta komitmen yang kuat baik dari bundanya sendiri ataupun dari ayahnya.

Menyapih anak pertama sudah mencoba sounding dengan beberapa kalimat sounding yang pernah saya baca, tapi beberapa bulan si doski malah semakin nempel. Jadilah saya curhat ke eyangnya dan berakhir dengan penyapihan yang cukup menyakitkan, baik bagi saya ataupun bagi dia.

Waktu itu usia Jundi 23 bulan Masehi (tapi hitungan Hijriyah sepertinya sudah 2 tahun), namun sudah mendekati bulan Ramadhan, saya pengennya Ramadhan kali itu sudah bukan jadi busui lagi. Si eyang langsung mengusulkan agar mas Jundi direlakan untuk menginap saja malam itu di rumah eyang tanpa bunda, dan bundanya yang sudah mulai menyerah pasrah, manut begitu saja. Meski ternyata malamnya saya tetiba melow nangis sesenggukan ke suami, 'Bagaimana Jundi nanti? Apakah tadi benar-benar sesi terakhir saya menyusuinya? Ah tidak!' rasanya justru saya yang belum siap dengan kondisi ini.

Esoknya saya dan suami mengunjungi mas Jundi meski dilarang-larang oleh eyangnya. Dada saya bengkak bukan main, sakit sekali rasanya dengan perubahan drastis ini. Ditambah si eyang mewanti-wanti, 'Jangan diberikan!'. Alhasil saya menolak dia, dan akhirnya dia marah ke saya, lalu dia bahkan tidak mau menyapa saya, aaaak sakit mak!

Sungguh, saya yang kurang sekali ilmunya waktu itu. Saya pun lupa proses detailnya (3,5 tahun yang lalu tapi baru sekarang ditulis), akhirnya entah hari ke berapa saya memberikan dia nenen dengan intensitas sehari sekali dan durasi amat pendek. Lalu entah hari ke berapanya lagi dia minta lagi, saya berikan, namun ternyata air susunya telah kering, dan yah dia marah dan sejak itu dia tidak pernah meminta lagi menyusu.

Ah, kalau diingat-ingat lagi rasanya ingin memeluk Jundi dan meminta maaf lagi atas cerobohnya saya. Beberapa waktu terakhir pernah saya menanyakan tentang hal ini, 'Mas Jundi dulu kenapa kok marah pas gak boleh mimik bunda lagi?'
'Lha emang, mimik bunda itu kan enak, jundi jadi sedih gak boleh mimik bunda,'
Ya Allah nak, maaf ya, udah long long ago tapi dikau masih ingat sensasinya, aih. Lalu kupeluk dia sambil menciuminya, 'Maafin bunda ya nak, kalau sekarang jundi mau mimik bunda lagi?'
'Yek gak mau, mimik bunda kan buat adik, jundi jijik, hi'

Ah, love you my son, 💝.

Agie Botianovi
Bunda Jundi
2 Desember 2017
Dini hari