Minggu, 01 April 2018

Math Around Us (3) (Menyusun Manik di Gigi Buaya)


Hihi, lucu ya nama kegiatannya. Jadi mas Jundi sebulan terakhir punya mainan buaya-buayaan yang kalau giginya dipencet nanti akan surprise menutup entah di gigi ke berapa, yang jelas tidak pasti. Sedang manik-manik adalah hasil jualan emaknya dulu, beliin anak sekalian dijual jadi beliin anaknya dari untung jualannya ๐Ÿ˜‚. Dasar mental marketer!



Permainan ini mengajarkan tentang pola, tentang menyamakan warna atau warna yang berseling. Kalau bicara pola saya juga inget-inget tentang rumus ke-n ๐Ÿ˜…. Tapi karena anak-anak rumus ke-n nya masih yang amat sederhana. Palingan pola 1 1 1 1 ๐Ÿ˜.

Saat bermain Jundi dan Fasya sibuk menata manik di gigi buaya, sedang Fara sibuk sendiri menata manik di jari tangan kirinya. Fara memilih warna merah untuk dipasang. Ternyata matematika itu gak saklek tentang hitungan yang memusingkan bagi sebagian orang. Matematika adalah tentang keteraturan.

#HariKe3
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs

Sabtu, 31 Maret 2018

Math Around Us (2) (Mengupas Telur Puyuh)


Kemarin bunda merebus telur puyuh. Sudah menjadi kebiasaan, telur puyuh dikonsumsi dengan cukup direbus tanpa dibumbu apapun.

Paginya bunda sudah mengupas sebagian telur agar anak-anak bisa sarapan dengan telur puyuh dan sayur sop yang sudah bunda masak. Namun siangnya Jundi dan adik mau mengupas sisa telur yang belum dikupas di panci. Biasanya mereka akan mengupas dan langsung memakan telur yang sudah dikupas.

Sebelum mengupas tanpa saya komando Jundi menghitung jumlah telur yang belum dikupas, "Satu dua tiga...m...sembilan bunda! Jadi pas tiga tiga sama adik."

Saya pun tidak mengecek apakah benar hitungan Jundi, namun setelah masing-masing anak sudah memegang 1 telur baru ketauan ternyata telur di panci tinggal 5 biji. "Lho kok tinggal lima, brati gak ada sembilan ya, telurnya cuma delapan," ujar saya.

"Sek bentar, satu dua tiga, ini lima, jadi delapan...lhoh kok bisa ya bunda? Tadi kan sembilan," wajah Jundi terlihat bingung menghitung hingga diulanginya lagi.



"Ya bener kan delapan, berarti tadi mas Jundi salah ngitung, harusnya delapan, bukan sembilan," tegas saya sambil mengusap kepalanya.

Lalu saya melihat hasil kupasan Fasya yang justru banyak bagian isi telur yang ikut terbuang dengan kulitnya, bahkan hingga bagian kuning telurnya, hihi. Saya tertawa melihatnya lalu mencium pipinya.

#HariKe2
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs

Jumat, 30 Maret 2018

Math Around Us (1) (Menghitung Jari)


Materi level 6 ini menurut saya termasuk di ranah 'gue banget'. Saya suka sekali matematika sejak saya masih SD, hingga SMA saya sempat memasukkan jurusan matematika sebagai pilihan pertama saat mendaftar kuliah, namun sayang ternyata saya justru diterima di pilihan kedua, kimia. Walau saya sebenarnya juga gak pinter matematika, tapi pada beberapa subbidang di matematika saya sangat menikmati mengerjakannya.

Di hari pertama ini saya akan bercerita tentang anak lelaki pertama saya Jundi yang sekarang berumur 5,5 tahun. Di umur sekian, saya amati benih-benih cinta matematika sudah nampak dalam keseharian. Dia selalu antusias dengan angka-angka, semua tentang angka menarik di matanya.

Saat ini dia sudah mulai menguasai penjumlahan, dan benar saja, kemarin saat coba saya pancing untuk menghitung jumlah jari ternyata tanpa menghitung satu per satu jarinya dia sudah bisa menjawab dengan penjumlahan cepat. "Ini 5, ini 5 jadi 10, sama kaki jadi 20 tah! Kan jadi 10 tambah 10," ucapnya antusias sambil menyodorkan tangan kanan, kiri, lalu kedua kaki.



Lalu tadi sore dia menggambar kami sekeluarga, (minus Fara Fasya dia minta bunda yang gambar). Saat menggambar tangan saya amati mulutnya sambil mengeluarkan suara menghitung jumlah jari yang digambar, "Satu dua tiga empat lima." Alhamdulillah good job boy!

Karena matematika itu sangat menyenangkan!

#HariKe1
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs

Jumat, 16 Maret 2018

Pohon Literasi (10) (Allah Ciptakan Tubuhku)


Tugas terakhir saya di level ini,alhamdulillah semoga terus bisa membersamai ananda untuk mencintai membaca buku.




Hari ini saya akan membahas salah satu buku yang saya beli beberapa bulan lalu untuk anak-anak, Allah Ciptakan Tubuhku. Meski tersedia dalam hardcover saya tetap membeli yang soft cover karena pengalaman saya jika sampul saja yang hard tapi dalam bukan board book maka hasilnya akan sama saja, rawan dirobek. Namun alhamdulillah anak-anak sekarang sudah jarang merobek buku, jadi meski bukan board book tetap aman dari sobekan.

Buku ini membantu sekali bagi saya untuk mengenalkan anggota tubuh kepada anak serta cara mensyukurinya. Tiap halaman full colour dengan ilustrasi yang sangat menarik membuat anak suka membacanya.

#HariKeSepuluh

#GameLevel5

#Tantangan10Hari

#KuliahBunsayIIP

#ForThingsToChangeIMustChangeFirst

Selasa, 13 Maret 2018

Pohon Literasi (9) (Cerita-Cerita dan Fakta Sains Sunah Nabi)



Kalau saya pikir-pikir bukunya anak-anak saya ini rotasi dibacanya kok ya tidak seimbang ๐Ÿ˜…. Tapi biasanya jika saya amati ada beberapa buku yang lama tidak terjamah maka buku tersebut akan saya tawarkan pada anak-anak saat sesi membaca. Dan sesi membaca ini pun sering datang tiba-tiba, sehari bisa beberapa kali sesuai suasana ๐Ÿ˜‚.



Yang mau saya bahas kali ini adalah buku berjudul Cerita-Cerita dan Fakta Sains Sunah Nabi bagian dari seri Super Amazing. Beli bukunya karena pas ada diskonan ๐Ÿ™ˆ๐Ÿ˜†. Buku ini termasuk buku dengan narasi cukup panjang yang tentunya lebih cocok untuk anak usia SD yang rentang konsentrasinya sudah tinggi. Namun ternyata saya coba bacakan ke Fara dia bisa menyimak satu bab tentang aurat dari awal cerita hingga akhir. Barangkali karena di tiap halaman juga ada ilustrasi yang menarik yang bisa diamati lama hingga narasi selesai dibacakan ๐Ÿ˜….

Saya jadi teringat lagi akan pentingnya author dan illustrator di dunia kepenulisan. Dimana-mana, terutama buku orang dewasa yang selalu terpampang besar hanya nama penulisnya, ya mungkin karena ilustrasi hanya dibutuhkan sedikit pada bagian sampul. Jarang ada buku dewasa seperti novel yang ada ilustrasi di tiap halaman. Namun, menurut saya untuk anak-anak justru ilustrasi nampaknya menjadi lebih penting daripada isi tulisan sendiri, terutama untuk buku balita. Karena mereka baru bisa menerjemahkan gambar sendiri, belum di tahap bisa membaca tulisan sendiri.



#HariKeSembilan

#GameLevel5

#Tantangan10Hari

#KuliahBunsayIIP

#ForThingsToChangeIMustChangeFirst

Minggu, 11 Maret 2018

Pohon Literasi (8) (Aku Senang Berbagi)


U yeah, ternyata kalau sudah loncat 1 tantangan saja bikin kurang semangat garap tantangan berikutnya ๐Ÿ™ˆ.



Buku yang dibaca anak-anak saya masih sekitar buku milik pribadi meski kemarin lusa sempat membaca 4 buku tulisan mbak D.K Wardhani di rumah beliau saat ada acara ngariung bareng Rumbel Menulis. Menyimak penuturan beliau tentang proses kreatif menulis buku anak membuat banyak bermunculan lampu di kepala saya, masyaallah. Meski hanya 10 halaman board book, namun prosesnya panjang, dan kalimat-kalimat yang disusun pendek-pendek itu tetap harus ada konfliknya.



Namun kali ini saya mau membahas salah satu buku milik pribadi (karena gak sempat memfoto buku yang dibaca si kembar saat di rumah mbak DK). Buku kali ini berjudul  Aku Senang Berbagi, salah satu board book yang menjadi favorit anak-anak saya. Di belakang buku ada keterangan bahwa buku ini diperuntukkan untuk anak berumur 1+, tapi nyatanya ketika saya bacakan untuk si kembar Jundi yang berumur 5+ juga suka ikut menyimaknya. Dan setelah saya amati, memang benar seperti kata bu DK, buku ini hanya terdiri dari 20 halaman saja, 10 halaman berisi tulisan dan 10 halaman adalah gambar (selang-seling). Namun dari 10 kalimat pendek tersebut sudah ada konflik ringan yang tersaji untuk anak-anak.

#HariKeDelapan

#GameLevel5

#Tantangan10Hari

#KuliahBunsayIIP

#ForThingsToChangeIMustChangeFirst