Rabu, 25 Oktober 2017

2 tahun lalu

Tak terasa ternyata sudah 2 tahun berlalu ketika pertama kalinya aku menyusui bayi kembarku berbarengan, walau akhirnya si adek tidak sampai bertemu putingku karena aku yang sudah sangat kelelahan usai melahirkan mereka. Bahkan si kakak baru bertemu di menit ke 50 sejak kelahirannya di dunia, waktu yang cukup lama, namun menurutku dia bayi yang sangat pintar bisa menemukan puting sendiri. Amazing bukan bayi baru lahir hanya ditaruh di dada ibunya lalu bisa menemukan sendiri puting ibunya? Tanpa ada yang membantunya, bahkan saya, karena saya fokus ke bayi kedua yang belum juga lahir.

Ya, barangkali hanya aku yang aneh karena tidak bisa menikmati proses IMD yang katanya begitu amazing itu, begitu membuncahkan rasa cinta karena persentuhan kulit bayi dan ibu pertama kalinya. Aku tidak bisa fokus menikmatinya karena aku harus disuntik oksitoksin di paha dan diinfus untuk menyalurkan oksitoksin pula, bahkan aku harus mereguk kopi pahit agar tetap sadar sedang di hidungku dipasang selang oksigen. Tanganku gemetar memegang bayi merah 2,5kg yang akhirnya memilih puting kananku sebagai sumber makanan pertamanya, padahal di awal dia diletakkan di tengah, tapi dia memilih kanan dan menyisakan kiri untuk adiknya. Ah manisnya bayiku. Bahkan bayi ini keluar dengan begitu lembut hingga tak menimbulkan robekan perineum.

Amazingnya lagi, tepat saat bayi pertama menemukan puting aku merasakan kontraksi kedua yang ditunggu-tunggu dari bayi sungsang di perutku. Iya, alhamdulillah bayi kedua lahir dengan posisi kaki dahulu yang keluar dari jalan lahir, dengan kantung ketuban yang masih utuh membungkusnya, ah cantiknya bayi kecilku. Alhamdulillah 2 tahun lalu kalian lahir dengan proses yang tak akan bunda lupakan seumur hidup bunda. Walau akhirnya perineum robek juga karena bayi dengan berat 2,3kg lahir sungsang namun bagiku rasa sakitnya tidak ada apa-apanya dengan rasa bahagia berjumpa dengan mereka. Ah, walau memeluk mereka untuk IMD bersama membuatku gemetar, tanganku berasa lemas dan takut jika saja bayiku akan terlempar jatuh dari dipan tempatku melahirkan yang cukup tinggi. Tapi alhamdulillah suami dan ibuku yang menemani proses dari awal masuk kamar bersalin sigap membantu memegang bayi yang masih terhubung dengan 1 plasenta yang sama. Ah, i do love them.

24 oktober 2015 8.50 & 9.40

0 komentar:

Posting Komentar