Jumat, 31 Mei 2019

Sahabat Lama

Setiap orang pasti punya sahabat masa lalu, baik yang masih sambung ataupun yang sudah putus hubungan. Bisa jadi karena lost contact atau karena kesibukan masing-masing yang tak lagi sama.

Perubahan itu niscaya adanya. Meski dulu selalu bersama, ketika sudah sibuk dengan aktivitas masing-masing, maka kebersamaan tersebut akan terkikis dengan seiring waktu.

Begitu juga dengan persahabatan kami, G2C. Sebuah nama yang kami pilih untuk menamai diri kami sendiri. Kami dulu dipertemukan saat naik kelas 3 SMP. Kelas yang berbeda dengan saat kelas 2 membuat kami 'mencari' lagi teman baru untuk diajak sebangku. Biasanya yang dulu saat kelas 2 sekadar kenal bisa jadi teman jalan.

Sedang kami berempat dulu entah kenapa di hari pertama masuk kelas tiba-tiba kami akrab begitu saja. Hingga setahun berjalan pun kami kompak kesana kemari berempat. Kami bercerita banyak hal, dari a hingga kembali ke a lagi. Kami pun bisa dibilang sangat usil satu sama lain saking kompaknya. Mulai dari menyembunyikan sepatu, hingga meninggalkan sendiri salah seorang teman saat pulang sekolah.

Pulang sekolah pun kami seringnya selalu bersama, naik angkot berempat, meski terkadang juga ada yang dijemput orang tuanya. Namun kami berempat selalu berusaha kompak.

Menginjak SMA, kami mulai terpisah sekolah meski ada 2 teman yang diterima di sekolah yang sama. Lama kelamaan, setelah kuliah kemudian pasca kuliah, intensitas bertemu pun semakin berkurang. Perubahan itu niscaya adanya.

Meski setidaknya setahun 2-3 kali kami masih menyempatkan bertemu, tapi memang kesibukan masing-masing membuat kami juga lebih mengakrabi teman-teman baru, yang barangkali kini lebih intensif berinteraksi.

Ah, sahabatku, semoga di tiap-tiap doa kita tetap saling menyebut satu per satu nama kita.

#30HariMemetikHikmah #TantanganMenulisIPMalang #RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-22

Semangat Berbagi

Ada seorang teman halaqah lama yang sebenarnya sudah lama juga tidak berjumpa. Beliau dan suaminya memiliki usaha berjualan bakso di rumahnya. Punya teman seperti ini merupakan rejeki luar biasa, jadi tidak ragu lagi akan kehalalannya.

Selain insyaallah halal, baksonya pun enak, terkenal di kalangan mahasiswa UB, karena memang lokasi berjualannya di daerah kerto dekat kampus UB.

Dulu saat saya masih tinggal di kerto tentu suka beli baksonya, sayangnya sering tidak boleh membayar 😔. Semangat berbagi beliau luar buasa. Namun itulah yang bikin kadang saya sendiri jadi sungkan kalau beli di sana, begitu pun suami.

Paling kangen sama pangsit mie nya yang menurut saya paling pas rasanya. Perpaduan antara ayam suwir dan kerupuk pangsitnya pas sekali dengan mienya. Sayang sekarang sudah ganti dengan mie ayam yang gak kalah enaknya.

Setelah sekian lama tidak beli di sana, akhirnya kemarin sore saya beli melalui grabfood karena akan ada buka bersama di rumah dengan teman main SMP. Berharap jika order melalui grab tidak terdeteksi, eh ternyata penjual tetap saja tau siapa pembelinya. Driver datang dengan menenteng 2 kresek, 1 kresek berisi pesanan saya, 1 kresek lagi berisi bonus dari penjual, begitu kata drivernya.

"Loh, kok banyak sekali, Pak, bonusnya?"
"Katanya mbak temennya yang jual, ya?"
"Loh, memang penjual juga bisa tahu, ya, Pak, siapa pembelinya?"
"Iya, Mbak."

Masyaallah ... Beliau tetap saja seperti itu, semangat berbaginya luar biasa. Beliau tidak takut rugi ketika berbagi. Belum lagi ketika kami dulu sering diundang ke rumah beliau dan makan bakso gratis sepuasnya. Semoga selalu diberikan keberkahan untuk usahanya, ya, Mbak!

#30HariMemetikHikmah #TantanganMenulisIPMalang #RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-21

Minggu, 26 Mei 2019

Pepaya yang Dicuri

Beberapa hari yang lalu lagi-lagi hati ini sempat diliputi rasa kecewa saat melihat tiga pepaya yang mulai membesar di pohonnya tiba-tiba berkurang satu. Pagi hari masih tiga, sore sudah tinggal dua. Berarti pencuri melakukan aksi saat siang hari.

Memang hanya pepaya, buah murah yang kau bisa membelinya hanya dengan kurang dari 10 ribu rupiah. Namun jika kau menanam dan merawatnya sepenuh jiwa, rasanya ada kekecewaan yang entah. Ketika tinggal memetik hasilnya, lalu dengan mudah dia yang entah siapa mengambilnya tanpa permisi.

Pohon pepaya itu kami tanam sekitar tahun lalu. Sebuah pohon pepaya california yang suami beli benihnya di toko pertanian. Banyak benih ditebar, namun ternyata hanya dia satu yang tumbuh besar.

Dia tumbuh di lahan sempit samping rumah, pohonnya memang masih rendah, sehingga buahnya mudah dijamah. Ini adalah kedua kalinya bunga-bunganya akhirnya menjadi buah. Namun aku lagi-lagi dibuat kecewa, oleh tangan jahil yang tak mau berpikir: halalkah buah yang diambil dengan cara seperti itu?

Tahun lalu pertama kali dia berbuah, hanya satu bakal buah yang tumbuh membesar. Sembari menunggu benar-benar matang, kubiarkan dia bersemburu di dahan. Ah, tapi pagi-pagi pepaya itu hilang. Aku kecewa, menanti sesuatu berlama-lama lalu ditebas begitu saja.

Lagi-lagi aku ditegur untuk bersedekah lagi.

Rasulullah SAW dalam hadis yang diriwayatkan sahabat Jabir mengatakan:
“Nabi SAW bersabda: ‘Tak ada seorang muslim yang menanam pohon, kecuali sesuatu yang dimakan dari tanaman itu akan menjadi sedekah baginya, dan yang dicuri akan menjadi sedekah. Apa saja yang dimakan oleh binatang buas darinya, maka sesuatu (yang dimakan) itu akan menjadi sedekah baginya. Apapun yang dimakan oleh burung darinya, maka hal itu akan menjadi sedekah baginya. Tak ada seorangpun yang mengurangi, kecuali itu akan menjadi sedekah baginya’.” (HR. Muslim)

#30HariMemetikHikmah #TantanganMenulisIPMalang #RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-20

Kau Tetap Lelaki yang Sama

Aku menangis dalam diam
Dalam jiwa yang mengharu
Dalam hati yang terluka

Aku sama sekali salah
Bahwa diammu bukan berarti kau tak peduli
Kau tetap lelaki yang sama
Lelaki hangat yang mencintaiku karena-Nya

Kupikir kau berubah
Karena tak ada pelukan yang menghangat

Bertahun-tahun kita bersama
Dan aku tetap saja salah duga
Kau tetap lelaki yang sama

Kau lahir di keluarga yang menjadikan pelukan bukanlah kewajiban
Lalu aku menuntutmu memelukku tiap waktu
Aku salah

Dirimu tetap menjadi lelaki yang kukenal dulu
Yang perhatiannya adalah dengan membantu pekerjaan rumah tangga
Bukan dengan bunga atau kejutan mesra

Lalu kecupmu yang begitu dalam dan seperti tak mau melepas menyadarkanku
Kau tetap lelakiku yang sama

25 Mei 2019

Seringkali dalam rumah tangga akan ada perasaan bahwa pasangan mulai berubah, rasa cinta itu mulai pudar oleh usia. Sebagai seorang istri juga sudah seharusnya menghangatkan lagi pucuk-pucuk cinta itu dalam rumah tangga. Menghidupkan lagi kehangatan seperti awal dipersatukan.

Kita tidak bisa mengubah orang menjadi seperti apa yang kita mau. Yang kita bisa adalah mengubah diri sendiri untuk bisa sesuai dengan orang lain.

Saya yang sudah menjalani 8 tahun pernikahan hingga sekarang masih sering terjadi miss komunikasi. Setiap hari kami masih harus terus belajar dan belajar mengenal pasangan.

Kadang pertengkaran kecil atau tangis juga diperlukan untuk semakin mendekatkan diri dengan pasangan. Semakin saling mencintai kekurangan dan kelebihan.

Ah istri, berubahnya suami bukan selalu berarti tak cinta lagi. Karena setiap orang memiliki bahasa cinta yang berbeda-beda.

#ntms
#30HariMemetikHikmah #TantanganMenulisIPMalang #RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-19

Jumat, 24 Mei 2019

Hati Suhita: Mikul Dhuwur, Mendem Jero

Mikul dhuwur mendem jero, meninggikan kebaikan keluarga dan menutupi kekurangannya. Hal ini bisa dimaknai juga meninggikan derajat keluarga. Sebuah pepatah yang menjadi pedoman wanita Jawa dalam berkeluarga.



Begitu pula yang dilakukan Alina Suhita, tokoh utama dalam novel Hati Suhita ini. Menikah dalam perjodohan serta penolakan suami atas dirinya tak lantas membuatnya menyerah dalam bersabar. Suhita digambarkan sebagai sosok wanita pesantren penghafal Alquran yang selalu berusaha menampakkan kebaikan suaminya di hadapan semua orang meski sebenarnya yang terjadi sesungguhnya hanyalah sandiwara. Suaminya begitu dingin kepadanya.

Namun dengan kesabaran Alina Suhita dia pun mampu bertahan hingga 7 bulan pernikahan tanpa ada kehangatan. Pernikahan yang didambakan banyak orang, disangkakan banyak orang begitu harmonis nyatanya benar-benar dingin dan hambar. Ditambah dengan adanya orang ketiga di masa lalu yang semakin membuat hati Suhita hancur menghadapi kenyataan. Namun ia bisa bertahan.

Membaca novel ini membuat saya kembali merenungi serta mensyukuri pernikahan yang telah memasuki usia kesembilan tahun. Bersyukur memiliki suami yang hangat dan penuh cinta. Saya pun belajar keteguhan hati Suhita untuk selalu mikul dhuwur mendem jero, suatu hal yang saya mesti terus belajar dan belajar.

Hunna libasulakum wa'antum libasu lahum. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. (Potongan surat Al-Baqarah: 187)

#30HariMemetikHikmah #TantanganMenulisIPMalang #RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-18

Buka Bersama

Mungkin saya termasuk orang yang kuper, selama Ramadhan sudah berjalan 2/3 nya saya sama sekali tidak buka bersama di luar, baik dengan komunitas ataupun keluarga. Namun memang itulah pilihan kami selama beberapa tahun belakangan ini, selama Ramadhan kami memang lebih suka buka di rumah, baik masak sendiri atau beli jadi.

Rasanya memang beda sekali dengan dulu awal-awal menikah yang jadwal bukbernya beruntunan, atau mungkin sesekali buka di luar. Tidak, seperti tahun kemarin, tahun ini pun kami sama sekali memilih tidak buka di luar. Meski tahun ini suami sempat sekali buka di luar dengan teman kerjanya dulu.

Suami selalu mengingatkan jika buka di luar khawatir sholat keteteran, apalagi di tempat makan dengan fasilitas ibadah terbatas atau jauh dari masjid. Jika memilih sholat dulu maka biasanya pesanan akan datang terlambat ditambah belum tentu dapat tempat. Namun jika pesan dulu maka sholatnya terlambat.

Semua itu pilihan, yang penting selama bukber tidak melalaikan dari ibadah wajib maka tidak masalah. Apalagi untuk laki-laki dengan kewajibannya jamaah di masjid, jangan sampailah terlewat, bulan puasa juga, sayang banget melewatkan hidangan pahala yang berlipat ganda.

Jadi kalaupun terpaksa bukber, maka lebih baik di rumah teman atau di tempat makan yang dekat masjid.

Selamat mengoptimalkan 10 hari terakhir Ramadhan 🌸.

#30HariMemetikHikmah #TantanganMenulisIPMalang #RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-17