Rabu, 17 Mei 2017

Jilbab tahun 80-90an

Alhamdulillah kemarin lagi-lagi diingatkan dengan cerita masa lalu tentang sulitnya mengenakan kerudung. Sebuah cerita dari orang yang mengalaminya sendiri pada masa itu di Jakarta.
.
Dulu, di tahun 80-90an begitu banyak fitnah untuk orang yang mengenakan kerudung. Mulai dari di jalan tiba-tiba kerudung ditarik orang agar terlepas hingga dituduh setiap orang berkerudung itu membawa racun di balik tangannya.
.
Tahun itu, tahun dimana orang yang berkerudung memanglah orang yang benar-benar menggenggam erat syariat, karena tak mudah menjalankannya, tidak seperti sekarang dimana kerudung sudah menjadi tren busana wanita.
.
Tentang kerudung ditarik di jalan, pada jaman itu kerudung bagian bawah yang menutup dada dan punggung dipeniti juga ke baju agar menempel dan tidak mudah lepas ketika ditarik orang. Karena apabila tidak dipeniti seperti itu akan mudah ditarik dan terlepas.
.
Lalu, saat belanja di pasarpun banyak pedagang tidak sudi dagangannya dipegang untuk dipilih oleh orang berkerudung karena isunya menyebar racun di tangannya. Kebanyakan pedagang inginnya pembeli berkerudung itu lekas pergi saja dengan pelayanan ketus dan dagangan dilempar-lempar. Masyaallah, fitnah yang luar biasa, hanya orang-orang yang kuat imannya yang dapat melewatinya.
.
Namun, di sisi lain ada seorang pedagang asal Padang di tanah abang yang memiliki kios kecil dan pengap, dia berjualan kerudung, dimana kerudung merupakan barang yang amat langka. Si ibu pedagang ini begitu baik kepada semua pembelinya, bahkan pembeli uangnya sering kurang dia perbolehkan. Masyaallah, semoga amalan baiknya terus mengalir hingga sekarang.
.
Dulu pun, kerudung bisa jadi cuma punya 1 aja dipake dicuci, dianginkan di kipas angin langsung pake, karena emang langka. Lha sekarang? 1 lemari bisa isi kerudung aja. Hey, setiap lembarnya kelak akan dihisab lho, beli seperlunya aja ya 😁.
.
Jadi guys, ente masih mau pakai alasan apa lagi buat gak pake kerudung? Perintahnya jelas lho di al-qur'an. Jaman juga sudah serba mudah, pengen beli kerudung model apa aja bisa, mau beli online di Botia malah tambah bisa 😂.
.
Yuk ah tutup auratmu 😍.
.
Menulis itu menampar diri sendiri. Kemarin mewek merinding pas dengerin ceritanya.
.
Agie Botianovi
10 mei 2017

Kerjaan rumah

Ketika rak piring sudah mulai lengang, artinya adalah banyak cucian piring menumpuk di bawahnya 😂.
.
Saya dan suami mah woles aja dikerjain gantian siapa yang sempat. 😁
.
Berumah tangga berdua saja tidak serumah dengan orang tua membuat kami gak terlalu stres mikirin rumah berantakan, masakan yang belum matang, atau apalah apalah.
.
Kalau pas ada bumer nginep sih emang tingkat kerajinan bersih-bersih harus ditingkatkan biar beliau gak ikut turun tangan, kan kasian.
.
Karena ya, ibu saya ataupun ibu mertua ini tipe tipe suka menolong kerjaan rumah kalau pas berkunjung ke rumah, jadilah harus lebih sigap, wkwk. Untung gak tiap hari, 😅.
.
Iya, walau gimanapun jadi ibu itu harus ibu yang cekatan, tapi ibu yang happy itu lebih disukai daripada ibu cekatan tapi stres sendiri dan kecapekan dengan perfeksionisnya.
.
Teringat obrolan dengan para ibu-ibu yang sudah punya menantu, padahal pas ada saya, eh mereka malah ngomongin menantunya yang malas lah apalah apalah, haha, cuma bisa senyum. Gimanapun gak ada habisnya menantu vs mertua. Woles aja gue mah 😁.
.
Met weekend, *makan beli*.
.
Bunda Jundi
13 mei 2017
16 sya'ban 1438

*Jodoh itu cerminan diri*


.
Dulu, jaman-jaman SMA kalau kata teman-teman dekat saya, saya itu orang yang paling terobsesi nikah muda, haha. Bacaannya udah tentang nikah aja, yang saya ingat salah satunya adalah buku nikmatnya pacaran setelah menikah, kalau tidak salah ingat buku tersebut tulisannya ust. Salim a. Fillah. Gak hanya bacaan aja, dari SMA sampek kuliah sukanya bikin tulisan tentang jodoh dan semacamnya, haha. Sampek ada salah seorang sahabat dekat dari SMP yang nyeletuk ke saya, 'Gie, nikah itu jangan dibayangin enaknya doang, banyak gak enaknya juga'. Lalu beberapa bulan sebelum saya menikah kok ya dipinjemi teman buku yang lupa judulnya apa, isinya tentang gak enaknya kalau udah nikah, yang paling keinget dari isi buku itu adalah ketika sudah menikah harus ikut kegiatan ibu-ibu arisan, haha, gak banget ya kedengarannya {{{ IBU IBU }}} {{{ IBU IBU }}}.
.
Namun ternyata obsesi saya nikah muda beneran terwujud, saya nikah di semester 6 perkuliahan, masih umur 20 tahun saat itu, (sepertinya ini nurun ibu saya yang juga menikah saat masih kuliah 😅). Well, dan saat saya sebar undangan ke teman-teman SMA ada salah satu teman SMA yang dulu sempat dekat langsung japri saya, 'Kamu beneran mau nikah? Serius?' haha, dia kagak nyangka saya seserius itu, dua rius malah 😂.
.
Kembali ke tulisan-tulisan saya jaman dulu sebelum nikah (yang entah sekarang dimana). Dulu sepertinya beberapa saya upload di multiply, tapi multiply buyar saya gak import ke blog yang sekarang 😁. Dulu suka aja nulis trus upload di catatan fb atau tempel di mading kampus, haha *kamsepay*. Jaman catatan fb masih ngetrend waktu itu untuk tulisan panjang, kalau sekarang mah status biasa udah bisa sampek ribuan karakter, gak kayak jaman dulu kalau mau ribuan karakter mesti nulis di catatan, trus biasanya bakal nge tag in temen-temen biar pada baca, haha. Lucu kalau diinget-inget.
.
Salah satu tulisan yang pernah saya tulis dulu, isinya kurleb gini, 'jodoh itu seperti botol dengan tutupnya, maka jika ukurannya tidak sesuai, mereka tidak bisa saling melengkapi' 😄. Lalu kini saya pun ingin menyampaikan hal yang kurleb sama, 'jodoh itu adalah cerminan diri'.
.
Ya, kalau kamu melihat sesuatu pada pasangan yang tidak kau sukai, coba deh cek dalam dirimu, adakah suatu kebiasaan jelek yang belum juga kau rubah? Misal nih, ente sebel, suami disuruh jama'ah ke masjid kagak pernah mau, ya udah, koreksi dong dirimu sendiri, kamu udah gak pernah nunda sholat kah? Always ontime kah? Dengar adzan langsung ambil wudhu. Sudah? Kalau belum, jangan cemberut kalau suamimu gak mau kamu suruh jama'ah ke masjid 😁. Bersyukurlah punya suami sholihah, 5 waktunya di rumah 😅. (Karena kalau suami sholih 5 waktunya di masjid 😁)
.
Kalau saya sendiri dalam kondisi 'waras' baru bisa mikir 'nggenah' seperti itu, sebel lalu koreksi diri sendiri. Tapi, kalau sudah mulai 'eror' ya kadang suka sebel sendiri, lalu besoknya baru sadar koreksi diri, 'ah iya, saya sendiri masih begini, gak adil kalo kalo saya minta suami saya begitu'. Jadi kalau sebel sama kebiasaan buruk suami dan susah dibilangin, ya udin, ente berusaha istiqomah dulu kerjain sesuatu itu, sambil terus berdo'a sama Allah harapanmu suami jadi seperti apa.
.
Yeah, sometimes it's not too easy. Kalau saya pernah juga sih sebel sama suami yang denger adzan tidak bersegera ambil wudhu lalu ke masjid. Dan saya lalu koreksi diri sendiri, emang saya sudah 5 waktu adzan langsung sholat? 😭. Seringnya nyusuin anak dijadikan alasan nunda sholat, tapi menuntut pasangan untuk tidak menunda sholat, itu gak adil.
.
Ketika saya sebel dengan kebiasaan buruk suami, saya ingat kebaikan-kebaikan dia yang saya sendiri belum bisa menyejajari, misal dia yang sudah 5 waktu di masjid dan rajin sunnah rawatib, saya mau ngomel-ngomel kalau dia gak rajin nambah hafalan? Padahal saya sendiri gak seistiqomah dia jalankan sholat sunnah. Terlihat berbeda namun sama, barangkali skor kami di mata Allah sama, semoga bisa terus saling melengkapi seperti botol dengan tutupnya.
.
Sehidup sesurga.
.
Pagi yang dingin,
Bunda Jundi
14 mei 2016
17 sya'ban 1438
.
Menulis itu membuat waras diri sendiri 😅.

Jumat, 14 April 2017

Belajar sepeda roda 2


.
Yeah, awalnya saya tentu horor duluan membayangkan pinggul encok karena harus megangi si akang Jundi belajar sepeda roda 2. Yah mungkin ini efek saya pernah dengar curcol beberapa ibu yang ngajari anaknya roda 2. Harus megangi bagian belakang terus kesana kemari sampai bisa dilepas.
.
Tapi alhamdulillah saya salah besar, mas Jundi tak perlu melalui proses itu, yeay. Jadi ceritanya sudah sejak belum usia 2tahun sudah dibelikan sepeda sama eyangnya, dengan 2 roda penyangga di bagian belakang. Walau sudah lama beli, baru bener-bener bisa pake sendiri usia sekitar 3 tahun, dan terus beroda 4 seperti itu hingga beberapa hari lalu.
.
Karena roda penyangga sering bermasalah meski sudah ulang kali dibetulkan, akhirnya mau ganti roda 3 (hanya dengan 1penyangga yang baru dibelikan eyangnya). Awalnya bener-bener gak mau dilepas penyangganya, tapi akhirnya tempo hari mau juga. Dan setelah dipakai tara langsung jos lancar jaya.
.
Dan kemarin roda penyangga yang hanya 1 kembali bermasalah (padahal baru ganti 😑), akhirnya ayahnya nyoba dilepas tanpa penyangga. 'Dicoba dulu ya pelan-pelan belajar roda 2'. Dan deng deng deng alhamdulillah langsung bisa, good job my boy!
.
Rasanya lega, karena dulu sempet ngrayu agar dilepas gak pernah mau, alasannya 'Jundi kan belum bisa bunda' 😐. (Bundanya terobsesi karena ada yang seumuran udah bisa, ah gapapa nak lambat asal selamat 😂)
.
Dan pertanyaan Jundi setelah bisa roda 2 adalah, 'Dulu Jundi pertama roda 4, trus jadi roda 3, sekarang bisa roda 2, habis ini kalo sudah besar roda seberapa yah?'
.
'Roda 1 sirkus dong'😂😂😂
.
Bunda Jundi 10 April 2017
14 Rajab 1438

Air keras

Air keras, uhuk, sebagai seseorang yang dulu pernah diwisuda sebagai sarjana kimia, saya jadi pengen mengingat masa-masa dulu. (Pasti gak keliatan saya sarjana kimia, soalnya mahasiswa abal-abal yang akhirnya memutuskan jadi wirausahawan 😜)
.
Apa sih air keras itu? Bukan air yang mengeras (baca : es batu) loh ya. Yang saya pahami sih ya, air keras itu adalah cairan asam kuat yang pekat yang sangat korosif dan berbahaya jika terkena kulit, kulit bisa langsung terbakar melepuh jika terkena walau hanya sedikit saja.
.
Dulu, saat masih praktikum, menangani asam kuat ini harus dengan safety yang 'extra'. Handling di lemari asam, lalu tangan harus mengenakan sarung tangan, pun harus memakai masker dan jas lab tentunya. Uapnya saja apabila terhirup bisa berbahaya, apalagi cairannya. Dan karena pekat, cara mengencerkannya pun tidak bisa asal mengencerkan dikasih tambahan aquades selesai, tapi ada tahapnya agar alat gelas yang dipakai tidak langsung pecah, karena reaksinya akan sangat eksotermis. Deg-degan hati-hati pokoknya kalau handling mereka 😅.
.
Jadi teringat salah satu teman yang mengalami  insiden terkena asam sulfat, padahal sudah diencerkan lupa berapa molar. Yang jelas seketika itu langsung diguyur air dingin terus menerus dan dibantu es, saat berhenti mengalir si teman saya ini sampai menangis menahan perih (padahal dia laki-laki dan bukan lekong 😅) dan lanjut segera dilarikan ke rumah sakit. Saya sendiri tidak melihat sendiri kejadiannya, tapi dari cerita teman yang lain sudah cukup bikin pelajaran agar sangat memperhatikan msds bahan a.k.a material safety data sheet.
.
Ah, saya nulis gini pastilah diketawain temen-temen yang sudah pada jadi guru, dosen, laboran, atau bahkan sedang lanjut s2 di bidang kimia.  Kalian memang oye, saya sekarang taunya cuma gimana caranya ngitung hpp 😅😂.
.
Bunda Jundi
Owner Botia Hijab
13 April 2017

Perpisahan (?)


Ah entah, bagiku ini bukanlah perpisahan, barangkali hanya sebuah titik moment dimana sudah saatnya semua berubah. Pendewasaan.
.
Seringkali manusia membenci perubahan,keluar dari zona nyaman. Ini tak mudah. Air mataku pun menetes menangisi perpisahan ini. Ah tidak, sekali lagi kurasa ini bukan perpisahan, ini hanya awal sebuah babak baru dalam rangka yang sama : tholabul ilmi.
.
Bu, berkali aku mengetik pesan perpisahan yang panjang beberapa paragraf, lalu kuhapus, kuketik lagi lalu kuhapus, dan akhirnya aku memilih hanya menyebut namamu lalu menangis. Ah engkau telah menggores hatiku dengan hikmah bu, begitu banyak pelajaran indah bersamamu, kau sudah bagai ibu keduaku.
.
Barangkali aku tak sedekat teman-teman yang lain bu, tapi entah berbicara denganmu membuatku nyaman, ah bukankah kita masih akan sangat bisa bertemu lagi?
.
4 tahun, jika kubilang singkat waktu itu memang singkat, namun 4 tahun ini telah membuatku selalu rindu akan hari dimana setiap kita rela berhujan hanya demi bertemu dalam majelis ilmu.
.
Ah, kurasa hari-hari selanjutnya tidak akan kalah seru. Bu, kami akan terus mengenang kebaikanmu, semoga Allah kelak mempertemukan kita di jannahNya.
.
Agie 14 april 2017