Senin, 24 Januari 2022

Empat Tahapan Perkuliahan di Institut Ibu Profesional (1)

bundajundi.blogspot.com - Kalau diingat-ingat, kapan ya pertama kali tahu Institut Ibu Profesional? Sepertinya sih sudah sejak 2015, waktu itu tahu dari teman dan sempat menjadi panitia acara kopdar perdana IP Malang. Hingga setelah itu saya mundur dari grup dan baru tertarik gabung lagi di Matrikulasi batch 4 yang tepatnya dimulai bulan Mei 2017. Eh tidak terasa sudah lima tahun lalu.

Matrikulasi ini kalau dulu –sebelum ada pembagian komponen- adalah pintu gerbang keanggotaan di IIP. Kalau belum lulus matrikulasi ya belum bisa masuk grup member-nya.

Kelas matrikulasi memberi banyak ilmu baru buat saya, tentang dasar-dasar adab menuntut ilmu, dan beberapa ilmu penting lain. Setiap materi juga ada feedback berupa Nice Home Work (NHW). Paling keinget di NHW 3 karena isinya membuat surat cinta buat suami, hahahaha. Meski udah lupa juga dulu nulis apa buat suami. Ada juga ilmu tentang memahami anak, dan lain-lain. Biasanya tiap batch ada penyesuaian sih sistem matrikulasi dan banyak materinya. Karena ada materi yang dulu saya nggak dapat, batch yang baru dapat.

Keinget juga materi tentang FOMO (Fear Of Missing Out), sebuah ketakutan ketinggalan informasi di media sosial sehingga terus menerus scroll karena takut ketinggalan. Semoga kita tidak mengalami hal ini dengan menggunakan mantra ‘menarik tapi tidak tertarik'.

Pada kelas matrikulasi pula saya belajar tentang semua ibu adalah ibu bekerja, yang membedakannya yang satu bekerja di ranah domestik, yang satu bekerja di ranah publik. Sebagai seorang ibu rumah tangga, saya merasa bahagia dengan ungkapan tersebut. Ya, kami pun di rumah sedang bekerja membangun peradaban. Karena mendidik anak sama dengan mempersiapkan peradaban.

Setelah lulus matrikulasi, kami mendaftar untuk jenjang pertama perkuliahan.



Kelas Bunda Sayang

Kami dari batch 4 setelah lulus matrikulasi langsung diberikan kesempatan untuk mendaftar kelas Bunda Sayang batch 3. Namun, kuota yang diberikan terbatas karena juga mungkin keterbatasan fasilitator. Jadinya waktu itu daftarnya rebutan. Padahal kuota 1.500 tapi rebutan saking banyaknya yang mau daftar, masyaallah. Ada beberapa teman sekelas dari matrikulasi tidak terangkut ke kelas ini.

Kelas Bunda Sayang sendiri berisi 12 materi dasar mendidik anak yang jaman saya dulu disampaikan dalam satu tahun. Tiap bulan 1 materi selama 12 bulan. Seperti halnya matrikulasi, kelas ini juga ada tugas sebagai syarat kelulusan. Tugasnya ada tantangan 10 hari. Jadi selama 10 hari mahasiswa diminta menuliskan jurnalnya dalam mempraktikkan ilmu yang sudah didapat. Jika ingin extramiles bisa mengerjakan 15 hari berturut-turut tanpa jeda. Pun ada 3 macam bagde: outstanding performance, excellent, dan bagde dasar jika mengerjakannya rapel atau tidak berturut-turut.

Materi kelas ini yang paling saya ingat ada di materi pertama adalah komunikasi produktif. Yes, ternyata memang inilah kunci dari segala kunci. Butuh kesabaran yang panjang untuk terus berlatih dan berlatih.

Ada juga materi tentang matematika, gaya belajar, hingga materi tentang multimedia. Zaman yang serba multimedia ini mau tidak mau sebagai orang tua harus melek teknologi agar kita bisa terus memantau apa yang dikerjakan anak. Apalagi multimedia membuat anak mudah mengakses apapun tanpa batas, termasuk hal-hal yang tidak baik.

Kelas Bunda Sayang ini juga ada program pelajar teladan (eh bener gak ya istilahnya?) yang mana tiap materi akan diambil 1 orang dengan bagde outstanding performance untuk berkunjung ke kelas lain. Seru sekali program ini. Sayangnya saya belum pernah berkesempatan terpilih, mungkin karena jarang-jarang juga bisa outstanding performance, wkwkwk.

Kalau yang batch yang terbaru kurang begitu paham bagaimana sistemnya, sepertinya banyak perubahan juga, termasuk perubahan waktu belajar. Sekilas mendengar sekarang perkuliahan bunda sayang dimampatkan jadi lebih cepat tidak sampai 1 tahun. Ada beberapa materi yang dijadikan satu, kabarnya seperti itu.

Setelah lulus Bunda Sayang ada kelas apalagi? Yes, kelas Bunda Cekatan. Langsung? Enggak dong, nunggu lumayan lama, jadinya dalam kurun waktu tidak ada perkuliahan kegiatan ada di rumbel a.k.a rumah belajar. Eh tapi ini sebelum pemecahan menjadi komponen-komponen. Kalau sekarang ingin masuk rumbel harus ikut orientasi Komunitas dulu, saya belum masuk karena fokus di komponen Institut.

Kelas Bunda Cekatan

Yup, ini kelas kedua di tahapan perkuliahan Institut Ibu Profesional. Kelas ini memuat ribuan mahasiswa lulusan Bunda Sayang dari batch 1 hingga batch 6 (semoga nggak salah). Istimewanya alhamdulilah ikut batch 1 ini jadi bisa dipandu langsung oleh Ibu Septi Peni Wulandini.

Berbeda dengan konsep kelas Bunda Sayang, kelas ini tidak mengajarkan 12 ilmu dasar Bunda Cekatan sebagaimana bukunya yang sudah terbit terlebih dahulu. Kelas ini dibuat gamifikasi dengan pembagian tahapan menjadi empat tahap: kelas telur-telur, kelas ulat-ulat, kelas kepompong, dan kelas kupu-kupu.

Yang saya ingat dari kelas-kelas ini mahasiswa diminta memetakan hal-hal apa saja yang termasuk ranah suka dan bisa. Lalu kita pun diminta memilih ingin konsentrasi di bidang apa agar menjadi cekatan. Jadi makna cekatan di sini tidak hanya cekatan dalam kerumahtanggaan, tapi cekatan di bidang yang sudah kita pilih.

Kelas kepompong mengajarkan saya bagaimana untuk berpuasa dari hal-hal yang mengganggu terlaksana target dari bidang yang saya tekuni. Selama sebulan penuh di kelas kepompong diminta mengasah skill yang ingin ditekuni. Kelas ini mengajarkan agar mencukupkan diri untuk tidak memakan semua ilmu seperti halnya saat di kelas ulat-ulat dimana pada tahapan tersebut kita diminta memakan sebanyak-banyaknya ilmu yang ditebarkan oleh sesama mahasiswa yang ahli di bidang masing-masing.

Yang seru juga di Bunda Cekatan ini ada program mentoriship, setiap mahasiswa diharap menjadi mentor dan mentee pada bidang yang dikuasai dan yang ingin dikuasai. Saya dulu memilih menjadi mentor di bidang bisnis, sedang sebagai mentee saya memilih menjadi mentee untuk menerbitkan buku di penerbit mayor.

Lalu, setelah jadi kupu-kupu mau lanjut ke mana lagi? Lanjut ke part 2, ya. Stay tune.


Minggu, 09 Januari 2022

Belajar Nge-Blog Lebih Serius

bundajundi.blogspot.com,- Entah sejak kapan tepatnya aku memiliki blog, dulu dimotivasi suami sejak memiliki anak pertama untuk menuliskan pengalaman di blog. Sudah sekitar sembilan tahun yang lalu. Sayang hingga saat ini aku belum serius menulis di blog. Kadang nulis, lalu hilang. Bahkan akhir 2021 kemarin baru kusadari terakhir aku menulis di blog adalah awal 2020. Jadi sudah hampir dua tahun blog tidak kusentuh.


Tahun ini setelah aku lulus kelas Bunda Salihah di Institut Ibu Profesional aku berniat belajar ngeblog dan konsisten menulis dengan mengikuti Kelas Literasi Ibu Profesional. Namun, ternyata di KLIP berfokus di konsistensi menulisnya, bukan ngeblognya. Alhamdulilah di saat yang sama ada open recruitment blogger FLP, rezeki banget. Murid siap, guru datang.



Saat orientasi saja ilmunya luar biasa, banyak yang saya belum ngerti, selama ini kemana aja. Meski gak paham-paham banget dengan tugasnya, alhamdulillah aku berusaha mengerjakan setiap tugas. Hanya ada miskom di tugas kedua, kupikir deadline Senin jam cinderella, eh ternyata jam sembilan pagi. Dengan pedenya aku mengumpulkan jam dua siang, gform telah ditutup, rasanya pengen nangis padahal udah selesai mengerjakan hanya belum sempat buka laptop untuk screenshot karena hpku sedang eror tidak bisa screenshot.


Semoga saja meski terlewat masih bisa lolos mengikuti grup blogger FLP untuk mendapatkan ilmu-ilmu daging selanjutnya. 


Materi pertama aku jadi mengerti cara mengubah favicon dan SEO dasar pengaturan url. Sedang materi kedua aku jadi paham pengaturan tema dan menu navigasi, karena sebelumnya dibetulin suami, wkwkwk. Sedang di materi ketiga jadi paham tentang penggunaan huruf header dan deskripsi artikel untuk SEO. Selama ini kemana aja, tinggal praktiknya harus konsisten.


Saat ini pun aku sendiri masih ingin mengatur lagi konsentrasi tulisan yang akan aku post di blog. Selama ini masih campur aduk. Walau kuamati tulisan yang banyak dibaca adalah tentang anak kembar dan resep makanan. Mungkin ke depan aku juga akan memperbanyak review buku dan tips-tips yang bermanfaat untuk orang lain.


Semoga di blogger FLP aku jadi lebih termotivasi dalam menulis di blog.

Kamis, 06 Januari 2022

Nasihat Pernikahan

 Bismillahirrahmanirrahim.


Untuk kedua adikku, Nia dan Wahyu.



Alhamdulilah, beberapa waktu yang lalu kalian berdua telah sah secara hukum negara sebagai suami istri. Mbakyumu ini turut berbahagia atas pernikahan kalian. Sungguh, tidak ada kebahagiaan yang lebih bermakna selain melihat orang yang kita sayangi bahagia.


Tak banyak yang ingin aku haturkan, pun tidak ada kado bermakna yang sempat kupersiapkan. Maafkan jika itu mengecewakan kalian. 


Sebagai seorang kakak, sudah seyogyanya memberikan nasihat kepada adiknya. Meski pernikahanku sendiri baru menginjak 10 tahun, setidaknya aku telah melalui masa-masa awal pernikahan yang cukup berat.


Masa awal pernikahan itu berat, karena masa itu adalah masa penyesuaian, segala hal yang awalnya 'ditutupi' perlahan akan terbuka kedok asli. Jadi jangan pernah membayangkan pasanganmu sesempurna dia saat awal kalian berkenalan. Pun tahun-tahun berikutnya pasti akan terus ada cobaannya.


Menikah itu adalah saat aku dan kau menjadi kita. Bukan lagi keluargamu, keluargaku, tapi keluarga kita.


Ah, barangkali ucapan ini sering kalian dengar orang ucapkan pada kalian. Semoga sakinah, mawadah, dan rahmah. Namun, izinkan aku menukil sebuah tulisan dari Ust. Cahyadi tentang makna ketiganya.


"Sakinah itu selalu senang saat bersama pasangan. Keluarga sakinah bukan berarti tanpa konflik dan ketegangan, tapi mudah reda, mudah diselesaikan, dan mudah didamaikan.


Mawaddah adalah cinta yang menggebu-gebu. Biasanya muncul pada pengantin baru.


Rahmah adalah cinta yang mendalam dan dewasa. Biasanya ada pada "pengantin lama" atau pasangan yang sudah tua usia.


Ibnu Abbas menggambarkan rahmah sebagai 'cinta kasih suami sehingga ia tidak tega dan tidak rela melihat istrinya berada dalam kesulitan'.


K.H. Syaifuddin pimpinan Ponpes Nurul Wahid Purworejo menjelaskan maksud ungkapan Ibnu Abbas tersebut, "Suami tidak rela membiarkan istrinya kelelahan. Baik lelah lahir maupun lelah batin".


Itulah rahmah."


Semoga dalam keluarga kalian senantiasa diliputi 3 kondisi itu. Sekali lagi, barakallahulakuma, barakallahu 'alaikuma, jama'a baina kuma fii khoir. Semoga senantiasa diberi keberkahan dalam kondisi senang ataupun susah.


Dari Mbakyumu

Agie Botianovi

Very Late Post

Minggu, 02 Januari 2022

Tentang

Catatan Bunda Jundi



Jundi adalah nama anak pertamaku. Aku sendiri adalah Agie Botianovi, panggilanku Agie. Aku adalah istri dari Cak Day, panggilan akrab dari Achmad Hidayat. Aku adalah ibu dari empat anak: Jundi, si kembar Fara Fasya, dan Dhuha.


Aku suka menulis tentang pengalaman pribadiku, mulai dari pengasuhan hingga resep masakan yang sudah pernah kucoba. Yang jelas tentang kehidupanku sebagai ibu rumah tangga. Selain ibu rumah tangga, aktivitasku sehari-hari adalah mengurus usaha berdua dengan suami.


Semoga apa yang kubagikan ada yang bisa diambil manfaatnya. Terima kasih sudah mampir di blogku.


Agie Botianovi

Malam Tahun Baru

Baru malam ini aku terbangun tepat tengah malam saat tahun baru. Akibat baru saja renovasi rumah menjadi dua lantai, dan renovasi sebenarnya belum selesai. Aku tidur di lantai dua yang masih beratap genteng tanpa plafon. Alhasil suara kembang api yang menghentak-hentak membangunkanku dan bayiku.



Benar-benar baru malam ini aku menyadari gegap gempitanya orang-orang menyambut tahun baru. Suara kembang api yang bersahut-sahutan itu seperti tidak ada ujungnya, dari tempat yang terdengar dekat hingga yang jauh.

00.25

Suara-suara yang menghentak itu terus terdengar seperti tidak akan usai. Bayiku berulang kali refleks kaget dan kembali memelukku sambil menyusu. Kubelai rambutnya yang masih tipis, "Sabar, ya, Nak. Astaghfirullah."

Benar-benar baru kali ini aku ingin bertanya, budaya apakah ini? Tahun-tahun yang lalu aku selalu tidur lelap sepanjang malam tahun baru, karena mungkin kondisi rumah lantai satu dan ada plafon.

Seperti inikah kondisi di Palestina sana saat tiap malam suara bom bersahutan membangunkan tidur bayi-bayi. Jika di sana suara bom menimbulkan trauma, mengapa di sini orang-orang justru berlomba membuat kegaduhan?

Kepo, berapa, ya, harga satu buah kembang api itu? Jika malam ini ada ribuan kembang api, berapa juta uang terbakar sia-sia demi kesenangan sesaat. Ah, aku tidak pantas jika mengomentari mereka yang membelanjakan uangnya untuk membeli kembang api di malam tahun baru. Toh, sedekahku barangkali belum sebanyak sedekah mereka. Aku masih terlalu pelit mengeluarkan uang untuk bersedekah.

Namun, apakah semakin banyak kembang api yang diledakkan, akan semakin banyak pula keberkahan di tahun yang baru? Seperti petasan di tahun baru Cina yang konon terbakar habisnya petasan menandakan pertanda baik untuk satu tahun ke depan. Begitu jugakah dengan kembang api?

Tiga puluh satu tahun aku hidup, dan baru tahun ini aku menyadari gegap gempitanya malam tahun baru. Suara kembang bertalu-talu seakan tak berkesudahan. Kemana aja aku sampai baru sadar?

Ditulis tepat 1 Januari 2022

Tengah malam saat suara kembang api di luar menghentakkan tidur.

Disempurnakan 2 Januari 2022


Senin, 06 April 2020

My Dhuha

Dhuha, salah satu waktu yang utama dimana Allah bersumpah atasnya. Dhuha hadir di saat manusia memulai aktivitas rutinnya hari itu. Maka memulai hari dengan shalat dhuha tentu akan menjadi pembuka kebaikan-kebaikan di hari itu.

Disebutkan pula dalam sebuah riwayat bahwa 2 rakaat shalat dhuha bisa menjadi pengganti sedekah setiap sendi tubuh kita. Dhuha memang shalat sunnah tapi memiliki banyak sekali keutamaan. Lalu mengapa saya dan suami memutuskan memberi nama anak keempat dengan nama Dhuha?

Ya, tentu semua menduga karena lahir di waktu dhuha. Memang betul, anak keempat kami lahir di saat awal waktu memasuki dhuha.

Berawal dari celetukan ibu yang turut mendampingi persalinan agar menamakan anak kami dengan nama fajar karena lahir pagi hari. Saya pun langsung menimpali kalau ini udah masuk dhuha, bukan fajar lagi. Dan begitulah akhirnya saya dan suami pun sepakat menamainya dhuha.

Harapan kami, putra kami ini bisa menjadi ahlu dhuha yang selalu menjaga shalat dhuhanya sepanjang hidupnya kelak. Adnan Dhuha Abdillah, hamba Allah penenang hati yang hadir di waktu dhuha. Adnan bisa diartikan surga tapi bisa juga diartikan penenang hati. Dipanggil apa saja dari namanya semoga nama tersebut bisa menjadi do'a kebaikan untuk pemilik nama.

Bunda Jundi
diselesaikan 6 April 2020