Jumat, 06 Juli 2018

Cerdas Finansial (3)

Selama ini Jundi yang masih berusia 6 tahun memang belum saya berlakukan pemberian uang saku. Namun tiap pembelian kue atau apapun yang dia inginkan selalu langsung saya atau suami dampingi, jadi langsung keluar dari dompet kami.

Kebiasaan ini pun masih belum mulai bisa kami ubah karena saat sekolah pun dia sudah terbiasa tidak membawa uang saku. Di sekolahnya setiap hari Jundi sudah mendapat kue dan sudah membawa air minum, jadi sudah cukup. Biasanya jika dia ingin membeli kue maka dia langsung meminta pada ayahnya tentunya dengan batasan.

Hari ini saat adiknya saya antar membeli kue di toko dekat rumah Jundi tiba-tiba meminta membeli kue juga namun harganya 3,5 kali lipat harga kue adik. Dengan tegas saya katakan, "Boleh beli kue, tapi harganya harus sama dengan yang adik beli ya, kalau beli yang itu brati pakai uang Jundi sendiri ya,"

Dan alhamdulillah dia langsung nurut pergi ke rumah mengambil uang dari dompetnya sendiri. Dompetnya berisi uang hasil angpao saja :D .

#Tantangan10Hari
#Level8
#KuliahBunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanYangDicari
#CerdasFinansial

Merawat gigi anak

Waktu masih balita saya langganan ke dokter gigi lantaran gigi saya sering sakit lantaran lubang di geraham dan caries di bagian seri. Cariesnya gak parah-parah banget sih tapi ya cukup menjadi bukti saya kurang dibiasakan gosok gigi sama ibu saya ๐Ÿ˜ช. Apalagi masa kecil saya banyak yang belikan saya coklat jadi sebenarnya apa salah saya hingga saya menderita caries gigi dan diejek orang ๐Ÿ™„.

Hahaha, pengantar yang gak penting yes. Tapi memang meski masih anak, caries gigi bagi saya memalukan, apalagi buat ibunya, jadi ketauan deh ibunya males bantu bersihkan gigi anaknya ๐Ÿ˜‚.

Saya amati beberapa orang cenderung abai terhadap masalah gigi, padahal ada kasus sakit gigi yang sampai berakibat fatal hingga kematian. Infeksi kuman di gigi yang dibiarkan bisa mengakibatkan penyebaran infeksi hingga ke otak dan berujung pada kematian. Saya sendiri bukan dokter, dan hanya pernah membaca dari tulisan seorang ibu pasien yang sempat viral. Intinya kesehatan gigi itu penting untuk dijaga.

Alhamdulilah saya memiliki 3 orang anak yang tidak mengalami caries gigi atau kalau orang Jawa bilangnya 'gigis'. Kalau dari pengamatan saya, caries bisa disebabkan karena makanan tidak segera dibersihkan. Bisa karena penggunaan dot sebelum tidur dan bisa juga setelah makan makanan manis tidak dibiasakan minum air putih.

Sebenarnya saya pun sedih ketika menjumpai banyak anak masih usia balita giginya sudah habis dimakan kuman, bahkan ada yang masih berusia 2 tahun gigi serinya sudah tinggal yang menempel di gusi. Kasian anaknya bukan? Masih kurang 4 tahun lagi dia harus bertahan mengunyah dengan gusi.

Beberapa bulan terakhir ini saya juga dipusingkan harus bolak-balik ke dokter gigi untuk merawat gigi geraham jundi. Selama ini sejak usia 2 tahunan dia sudah terbiasa sikat gigi sendiri, dan ini ternyata membawa masalah sendiri, karena maunya sikat gigi sendiri dan tidak dibantu maka sikat giginya pun tidak bersih. Hasilnya geraham kiri kanan lubang dan harus dirawat karena baru akan ganti gigi dewasa sekitar umur 9 tahun. Masak iya harus dibiarkan begitu saja? Kasian dong.

Maka kini untuk si kembar setelah gosok gigi sendiri biasanya akan saya periksa lagi, memastikan sudah tidak ada sisa makanan tertinggal. Yuk ah bu biasakan gosok gigi setelah makan atau setidaknya minum air putih agar sisa makanan tidak mengendap dan menimbulkan kuman.

Agie Botianovi
6 Juli 2018

Kamis, 05 Juli 2018

Cerdas Finansial (2)


Salah satu bentuk cerdas finansial adalah cerdas dalam membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan. Hal ini kemarin coba saya praktekan kepada Jundi yang minta jalan-jalan.

Awalnya kami jalan ke tempat permainan anak-anak, lalu ke foodcourt, dan berakhir di toko buku (lama banget gak beli buku offline ๐Ÿ˜‚). Dan cobaan 'keinginan' diuji saat di toko buku. Setelah saya ajak ke bagian buku anak akhirnya dia memilih 1 buku. Namun saat akan ke kasir terlihatlah sederetan miniatur mobil-mobil yang unyu-unyu ๐Ÿคฃ. Dan dia pun tergoda.

Awalnya hanya melihat-lihat, lama-lama, "Nda...beli mobil juga ya..."
"Lho kan sudah milih buku, mobilnya Jundi yang seperti ini juga sudah banyak kan?"
Dan alhamdulilah gak terlalu banyak nego dia langsung menurut.

#Tantangan10Hari
#Level8
#KuliahBunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanYangDicari
#CerdasFinansial

Rabu, 04 Juli 2018

Cerdas Finansial (1)


Akhirnya saya mengalahkan rasa wegah saya untuk mengerjakan tantangan 10 hari BunSay level 8. Yups, tantangan kali ini adalah tentang cerdas finansial. Sebelum bahasan lebih lanjut, ada baiknya tahu dulu apa itu cerdas finansial. Secara umum cerdas finansial adalah kemampuan untuk mendapatkan dan mengatur keuangan secara baik. Namun jika disesuaikan dengan value ibu profesional, maka cerdas finansial harus dilandasi bahwa rejeki itu datangnya dari Allah Sang Pemberi Rejeki.

Pada hari pertama ini saya ingin menceritakan tentang saya dan Jundi dalam sebuah obrolan tentang 'uang'. Bagi anak usia 6 tahun seperti Jundi tentu pemahaman tentang cerdas finansial masih dalam koridor mengenai asal rejeki dan bagaimana pemanfaatannya. Namun dalam percakapan kemarin kami membahas tentang pemanfaatan uang angpao Jundi yang dia dapat selama lebaran kemarin.

"Beli kue pakai uang Jundi sendiri ya,"
"Gak mau! Pakai uang bunda aja," ๐Ÿ˜‚ walau pada kesempatan lain dia mau memakai uangnya.
"Lalu uangnya buat apa? Dimasukkan ke masjid?"
"Iya dimasukkan ke kotak amal kayak di sekolah sama masjid,"
"Tapi kan tidak semua sayang, sebagian bisa dipakai untuk keperluan Jundi, tapi Jundi mesti rajin bawa juga ya tiap ke masjid," dari dulu Jundi selalu bersemangat jika mendapat bagian memasukkan uang ke kotak amal.
"O gitu ya bunda,"

Walau sepertinya entah dia sudah paham atau tidak, hari ini akan saya coba memulai obrolan tentang rejeki lagi.

#Tantangan10Hari
#Level8
#KuliahBunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanYangDicari
#CerdasFinansial

Jumat, 29 Juni 2018

Umroh Backpacker (Jeddah-Madinah)

Akhirnya kepending lama seri tulisan catatan perjalanan saya kemarin karena pas Ramadhan saya fokus ke tulisan-tulisan 'wajib' saja.

Sampai di Jeddah saya sudah membayangkan bakal ada pertanyaan-pertanyaan terutama tentang keberadaan mahram (ada yang bilang seperti ini). Namun ternyata tidak sama sekali, di imigrasi hanya diminta sidik jari dan foto saja lalu paspor distamp.

Namun, bayangan saya untuk sebuah bandara internasional ternyata jauh. Dan ternyata ini memang bandara khusus haji dan umroh, ya gitu deh. Ada celetukan dari teman rombongan, 'lebih mirip terminal bus daripada sebuah bandara' ๐Ÿ˜ช.

Rasa kurang nyaman saya bertambah ketika saya ingin ke toilet. Toiletnya wow! Jika sebelumnya saya ke toilet sebuah bandara internasional KLIA yang bersih dan memang disesuaikan standar bandara internasional, maka disini saya mendapati toilet yang jauh dari standar. Ada air tergenang berkecipak di sekitar pintu kamar toilet, aih ada rasa risih gimana gitu ya, inikah gambaran negara tempat islam diturunkan yang salah satu ajarannya kebersihan adalah sebagian dari iman? Yang salah adalah umatnya, bukan ajarannya ๐Ÿ™ˆ.

Lanjut ke cerita berikutnya ya. Sampai bandara kami langsung beranjak menuju kota Madinah Al Munawwarah. Perjalanan ke sana cukup lama, mulai jam 11 an siang, sampai di Madinah sudah sekitar pukul 4 sore. Langsung bersih diri, makan malam dan bersiap ke masjid Nabawi pertama kali ๐Ÿ˜.

Masjid Nabawi dari Jendela Kamar


Yang berkesan di Madinah ini, meski dengan biaya minimalis namun hotel yang didapat menurut saya yang jarang masuk hotel termasuk hotel yang bagus, kamar luas dan kamar mandi pun luas dan bersih. Dan satu hal lagi yang berkesan, dari jendela hotel langsung bisa melihat masjid Nabawi di depan mata ๐Ÿ˜ญ. Terlihat kubah hijau penanda letak raudha. Dan di dekatnya kami bermalam selama di Madinah.

Lanjut ke tulisan berikutnya ya ๐Ÿ˜˜.

Agie Botianovi
Pasuruan
29 Juni 2018

Kamis, 14 Juni 2018

Rindu Sebelum Berpisah


Bulan
Apa kabar dirimu hari ini
Tiba-tiba aku memikirkanmu
Tidakkah hatimu pedih ketika permukaanmu yang memantulkan cahaya matahari ke bumi tak lagi memantulkan sinar Ramadhan?
Waktu terasa berjalan lebih cepat dan lebih cepat
Ah bulan, tidakkah wajahmu merindu melihat semaraknya umat bersegera dalam menyembah Rabbmu?
Lebih dari bulan-bulan yang lain
Barangkali esok kau akan kembali menatap masjid-masjid kembali sepi
Ah tidak, semoga khayalku saja

Bulan
Tidakkah kini kau sudah merindui semaraknya tamu agung ini
Meski banyak orang sepertiku yang menyia-nyiakan kelimpahan pahala ini

Bulan
Butuh 11 kali lagi kau mengelilingi bumi agar bisa bertemu fase terindah ini
Ramadhan
Aku merindukan bahkan sebelum kita benar-benar berpisah

Agie Botianovi
29 Ramadhan 1439