Selasa, 03 Oktober 2017

*Resume Kalimatul Mukhoyyam ke-2*

Disampaikan KH. Abdul Aziz Abdur Rauf _حفظه الله_ dalam MQAN ke-8 di Yogyakarta

===========================

*Ikhwah Fillah ...*

Alhamdulillah Allah memilih kita untuk menjadi bagian dari penghafal Al Quran.

Tentu setiap kita memiliki _"al humumat"_ (lintasan fikiran) yang berbeda-beda.

Tetapi harus ada humumat yang sama dan itu disebutkan oleh Allah ﷻ dalam surat Az-Zumar :

*فاعبد الله مخلصا له الدين*

*الأ لله الدين الخالص*

Inilah sesungguhnya yang diinginkan Allah dari rangkaian ibadah yang kita lakukan ...

Yaitu memurnikan 'ubudiyah hanya untuk Allah semata ...

Kita harus *menyadari* betul saat kita sudah bersama Al Quran sekian lama, ada yang dua tahun, lima tahun, sepuluh tahun dan seterusnya itu adalah semata-mata karena *hidayah* dan *pertolongan* Allah _Subhanahu Wa Ta'aala_.

Dialah Allah pemberi hidayah yang sesungguhnya, yang menggerakkan hati kita untuk terus mencintai-Nya dan mencintai kalam-Nya.

Oleh karena itu tidak pantas bagi kita untuk membanggakan diri dalam rangka sombong dan tinggi hati.

Kita boleh bangga tetapi dalam rangka *syukur* kepada-Nya, tanpa pernah meremehkan sesama hamba Allah.

Jangan pernah  meremehkan mereka yang belum hafal Juz 30, karena bisa jadi seseorang yang belum hafal Juz 30 pun, tetapi dia memiliki amal rahasia yang dicintai Allah yang tidak pernah diketahui oleh orang lain.

Karena di akhirat nanti semua yang dirahasiakan oleh seluruh manusia akan terungkap :

*يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ*

_"Pada hari ditampakkan segala *rahasia*_ *(Surat Ath-Thariq, Ayat 9)*

Oleh karena itu kita harus memperbanyak _"As-Saraair"_  yang baik, sebagai bekal di hari terungkap seluruh rahasia.

Ahlul Quran harus menjadi pribadi yang tawadhu, yang selalu merasa hina dan tidak ada apa-apanya dihadapan Allah _Subhanahu Wa Ta'aala_

Ahlul Quran harus memperbanyak variasi ibadahnya untuk mengiringi aktivitas bersama Al Quran.

Iringilah kebersamaan kita bersama Al Quran dengan Memperbanyak Kalimah Thoyyibah seperti  _"istighfar"_ ataupun _"Tasbih"_  dengan sekian banyak ragam atau redaksi yang telah dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ.

Saat kita mampu menghayati _"istighfar"_ dan berbagai _"Tasbih"_ yang keluar dari lisan kita disitulah kita semakin merasa hina dihadapan Allah Yang Maha Agung lagi Mulia.

*Ikhwah Fillah ...*

_"Al Humumaat"_ lainnya yang harus kita miliki saat bersama Al Quran adalah _As-Sakiinah_ dan _"Ath-Thuma`niinah"_

Yang dimaksud *_"As-Sakiinah"_* adalah rasa tenang dalam hati manusia.

Adapun *_"Ath-Thuma`niinah"_* adalah rasa tenang yang disertai keyakinan.

Keduanya sangat kita perlukan untuk menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan. Baik dalam skala pribadi, keluarga - Rumah Tangga, maupun dalam skala yang lebih luas lainnya.

Adanya ujian dalam kehidupan adalah sebuah keniscayaan :

*الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ...*

_"Yang menciptakan mati dan hidup, untuk *menguji kamu* siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya ..."_ *(-Surat Al-Mulk, Ayat 2)*

Karena dalam hidup pasti ada berbagai ujian, maka kita harus mengevaluasi, apakah Al Quran yang kita bersamai ini sudah mampu menghadirkan _"As-Sakiinah"_ &  _"Ath-Thuma`niinah_ dalam kehidupan kita.

*Ikhwah Fillah ...*

_"Al Humumat"_ lainnya yang harus kita miliki adalah *Ridha* menerima takdir dari Allah _Subhanahu Wa Ta'aala_ .

Setiap kita pasti memiliki warna dan peran yang berbeda. Maka kurang bijak bila "A" memaksakan diri ingin menjadi seperti "B".

Allah ﷻ berfirman : 

*"...نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا ۗ وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ"*

_".... Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan"_ *(Surat Az-Zukhruf, Ayat 32)*

Karena itu sikap *Ridha* atas semua ketetapan Allah adalah sesuatu yang harus kita miliki dalam mengarungi hidup ini.

Karena inilah sesungguhnya prestasi Rabbani yang bernilai 'ubudiyah di sisi Allah _Subhanahu wa Ta'aala_.

Resume Taujih Ke-1 MQAN

=============================

*Energi Al Fatihah*

Al Quran adalah energi yang begitu dahsyat, sebagaimana Allah berfirman dalam sejumlah ayat :

*لَوْ أَنْزَلْنَا هَٰذَا الْقُرْآنَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا ...*

_"Sekiranya Kami turunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah ...."_*Surat Al-Hasyr, Ayat 21*

Di ayat lainnya Allah berfirman :

*وَلَوْ أَنَّ قُرْآنًا سُيِّرَتْ بِهِ الْجِبَالُ أَوْ قُطِّعَتْ بِهِ الْأَرْضُ أَوْ كُلِّمَ بِهِ الْمَوْتَىٰ*

_Dan sekiranya ada suatu bacaan (Kitab Suci) yang dengan itu gunung-gunung dapat digoncangkan, atau bumi jadi terbelah, atau orang yang sudah mati dapat berbicara, (itulah Al-Qur'an) ..."_ *-Surat Ar-Ra'd, Ayat 31*

Dan Al Fatihah adalah bagian dari Al Quran yang energinya sedemikian dahsyat.

Bahkan Al Fatihah adalah bagian yang spesial dari Al Quran. Sebagaimana spesialnya posisi Jibril dari para Malaikat Allah, sebagaimana spesialnya hari jumat dari hari-hari lainnya. Sebagaimana spesialnya Muhammad ﷺ dari seluruh Nabi dan para Rasul-Nya.

Allah berfirman dalam surat Al Hijr :

*وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ*

_"Dan sungguh, Kami telah memberikan kepadamu *tujuh (ayat) yang (dibaca) berulang-ulang* dan Al-Qur'an yang agung."_ *(Surat Al-Hijr, Ayat 87)*

Di ayat tersebut kita melihat bagaimana Allah menyetarakan Surat Al Fatihah dengan Al Quran itu sendiri.

Allah menyebut Al Fatihah secara khusus seolah-olah Al Fatihah sejajar dengan Al Quran itu sendiri.

Dan baginda Nabi ﷺ pun bersabda :

*لا صلاة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب*

_"tidak ada sholat bagi yang tidak membaca Faatihatul Kitaab (Al Fatihah)"_

Begitulah kedudukan, keutamaan, dan nilai spesial dari surat Al Fatihah yang amat agung ini.

Sudah seharusnya seorang mukmin bisa mengambil energi yang dahsyat dari Al Fatihah ini.

Indikasi seorang mukmin yang telah berhasil mengakses energi yang dahsyat dari Al Fatihah ini adalah saat ia mampu melaksanakan berbagai ketaatan kepada Allah ﷻ , ia pun terlibat aktif dalam proyek _Khidmah_ dan _Ishlaahul Ummah_.

Oleh karenanya, setiap kita harus mengevaluasi, sudahkah Al Fatihah ini membuat air matanya berlinang karena membayangkan *Maqam* (kedudukan) Allah ﷻ

Sudahkah air matanya berlinang saat menghayati ayat :

*اهدنا الصراط المستقيم*

Ia menangis karena begitu mahalnya hidayah Allah.

Ia menyadari betapa lemah dan rapuh dirinya untuk tetap istiqomah di Jalan Allah yang lurus.

Sementara syaithan begitu gigihnya untuk menyesatkan setiap hamba Allah dari _"Ash-Shiraatul Mustaqiim"_

Keagungan Al Fatihah ini, juga digambarkan dalam sebuah Hadits Qudsi bahwa saat seseorang membaca Al Fatihah, maka sesungguhnya Allah menjawab setiap ayat yang dibaca oleh seorang hamba dalam shalatnya.

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : سمعت رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول : قال الله تعالى : *( قسمت الصلاة بيني وبين عبدي نصفين ولعبدي ما سأل ، فإذا قال العبد : الحمد لله رب العالمين ، قال الله تعالى : حمدني عبدي ، وإذا قال : الرحمن الرحيم ، قال الله تعالى : أثنى علي عبدي ، وإذا قال : مالك يوم الدين ، قال : مجدني عبدي ، وقال مرة : فوض إلي عبدي ، فإذا قال : إياك نعبد وإياك نستعين ، قال : هذا بيني وبين عبدي ولعبدي ما سأل ، فإذا قال : اهدنا الصراط المستقيم ، صراط الذين أنعمت عليهم ، غير المغضوب عليهم ولا الضالين ، قال : هذا لعبدي ولعبدي ما سأل)*

رواه مسلم وأصحاب السنن الأربعة .

Abu Hurairah berkata:

_"aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman : Aku membagi *shalat (maksudnya: Al Fatihah)* menjadi dua bagian, yaitu antara diri-Ku dan hamba-Ku dua bagian dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta._

_Jika hambaku mengucapkan *’alhamdulillahi robbil ‘alamin* (segala puji hanya milik Allah)’, Allah Ta’ala berfirman : Hamba-Ku telah memuji-Ku._

_Ketika hamba tersebut mengucapkan *‘ar rahmanir rahiim* (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)’, Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah menyanjung-Ku._

_Ketika hamba tersebut mengucapkan *‘maaliki yaumiddiin* (Yang Menguasai hari pembalasan)’, Allah berfirman: Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku._

_Jika ia mengucapkan *iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in* (hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)’, Allah berfirman: Ini antara-Ku dan hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta._

_Jika ia mengucapkan *ihdiinash shiroothol mustaqiim, shirootolladzina an’amta ‘alaihim, ghoiril magdhuubi ‘alaihim wa laaddhoollin’*(tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai dan bukan jalan orang yang sesat), Allah berfirman: Ini untuk hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta.”_

*(HR. Muslim dan Ash-haabus Sunan)*

Karena betapa penting dan urgentnya Al Fatihah ini, Allah menjadikan ia adalah surat yang paling banyak diulang dalam kehidupan.

Dalam sehari kita mengulangnya sebanyak 17 kali.

Dalam sebulan sebanyak 510 kali

Dalam setahun paling tidak kita sudah membaca Al Fatihah sebanyak 6120 kali .

Nah, semangat "Al Matsaani" (yang senantiasa diulang-ulang) juga seharusnya berlaku bagi *seluruh Al Quran* bukan hanya pada Surat Al Fatihah ini.

Bila ada surat yang kita rasa belum lancar, hiburlah diri kita dengan ungkapan : _"yah mungkin kurang banyak diulangnya, belum sebanyak Al Fatihah"_

Jangan sampai kita malah memvonis diri dengan kalimat-kalimat negatif yang akan menyurutkan langkah kita dalam mengulang semua surat di dalam Al Quranul Kariim.

Memang perjuangan untuk menjaga Hidayah Allah ini amatlah mahal, amat melelahkan jiwa dan raga, tetapi yakinlah bahwa semua keletihan lahir & batin dalam perjuangan itu akan sirna saat nanti kita sukses menjejakkan kaki di surga-Nya .

*لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُمْ مِنْهَا بِمُخْرَجِينَ*

_"Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka tidak akan dikeluarkan darinya."_ *(Surat Al-Hijr, Ayat 48)*

Semoga Allah jadikan kita semua menjadi Penghuni Surga-Nya dengan bekal energi dari Al Fatihah dan Al Quran nan mulia.

Senin, 02 Oktober 2017

Melatih Kemandirian

Lagi-lagi tentang mandiri, masih nyambung dengan curcolan saya sebelumnya http://bundajundi.blogspot.co.id/2017/10/melatih-kemandirian-atau-mempermudah.html?m=1 . Setiap hari selalu ada saja yang 'wah' tentang kemandirian anak. Mulai dari makanan berantakan, lemari pakaian berantakan, hingga masalah buku atau mainan yang berserakan.

Beberapa hari yang lalu saya lagi-lagi diuji, beberapa kali anak pertama saya memang sudah bisa mandi sendiri tanpa pengawasan, saya sudah percaya dia bisa bersih dalam urusan mandi, walau terkadang masih saja minta dimandikan di waktu-waktu tertentu.

Waktu itu dia mandi sore sebelum berangkat ngaji, tidak seperti biasanya yang mandi cepet, kala itu untuk ukuran dia mandinya cukup lama. Tapi saya tidak menaruh curiga, ya barangkali dia mainan air dulu, saya fokus menemani adik bermain, hingga dia selesai mandi dan berbaju saya pun belum curiga apapun.

Lalu dia berangkat diantar ayahnya dan saya masuklah ke kamar mandi, menata tempat sabun yang masih di bawah karena mas Jundi belum sampai jika menaruh sendiri di rak. Dan baru saat itu saya mulai merasa zonk, botol sabun benar-benar ringan seperti tanpa isi, padahal baru 2 hari yang lalu saya isi ulang full 300mL. Lalu saya rasakan lantai kamar mandi menjadi sangat licin 😑. Speechless, rasanya nano-nano dalam hati, ingin marah, tapi yang dimarahi sudah tidak di tempat. Akhirnya memilih tertawa, ah betapa cerdiknya anakku. Berusaha menjaga kewarasan 😅, walau jujur itu tidak mudah.

Saya lalu curcol di grup hahahihi yang sudah seperti keluarga, dan langsung ditimpali oleh salah seorang ibu dengan 5 anak, 'anakku podo ae, yo ngono iku' kurang lebih begitu. Yah, it's normal beib, keep calm 😓.

Esok harinya saya baru konfirmasi tanpa emosi ke anak saya kenapa sabun sampai benar-benar habis. Katanya, 'jundi lo cuma ambil 3kali, kok bisa habis sih bunda?' halah yo emboh wes nak.

Belajar, belajar, belajar. Terutama kalau saya belajar manajemen emosi, do, do,do,do rendah.

Kalau ibu-ibu pernah mengalami juga?

Bunda Jundi
12 muharram 1439 h
2 oktober 2017
04.45

Berhati-hati dalam memilih kata

Seringkali, berbicara dengan anak kecil itu harus tepat dalam pemilihan kata, jika salah sedikit saja maka bisa membentuk persepsi yang salah di benak mereka.

Saya teringat salah satu materi yang saya dapat dari Sekolah Ibu sekitar 2,5tahun yang lalu, lupa siapa saat itu pematerinya, yang saya ingat beliau bercerita tentang kesalahan pemilihan kata yang diajarkan orang tua kepada anak. Kurang lebih cerita yang saya ingat seperti ini, ada seorang ibu memberitahu anaknya tentang batasan hubungan laki-laki dan perempuan, antara laki-laki dan perempuan itu tidak boleh saling menyentuh dsb. Lalu ternyata dari kalimat si ibu ini membawa 'petaka', si anak nangis uring-uringan melihat ayahnya bersentuhan dengan ibunya. Si ibu lupa menjelaskan pengecualian-pengecualian, kecuali pada mahram. Kalimat yang kurang tepat dan lengkap bisa membentuk persepsi yang salah kaprah di otak anak. Akhirnya si ibu harus berusaha keras menjelaskan lagi kepada anaknya yang membutuhkan proses yang tak mudah.

Ada lagi cerita tentang penggunaan kata pengganti yang kurang umum di masyarakat. Ada seorang ibu yang membiasakan menyebut kata 'pipis' dengan 'nyanyi'. Lalu ketika suatu hari si anak diajak neneknya (yang belum ditahu tentang arti 'nyanyi' tadi), terjadilah kerancuan. Si anak teriak-teriak, 'aku mau nyanyi' si nenek jawab 'ya udah nyanyi aja' si anak ngrengek lagi 'aku mau nyanyi' dan si nenek jawab lagi 'ya udah nyanyi aja disitu',  maka terjadilah peristiwa 'ngompol' di sembarang tempat. Yuk ah, ajari kata yang tepat untuk anak, paling risih kalau ada yang ngajari anak menyebut alat kelamin laki-laki dengan sebutan 'burung', coba bayangkan apa yang ada di persepsi otak anak.

Dan kemarin lagi-lagi saya dapat 'ujian' pertanyaan yang 'wow' dari mas Jundi, entah tiba-tiba dapat darimana, 'bunda, kalau cium mulut sama mulut itu gak boleh?' bundanya langsung muter otak sejenak bingung jawab apa 'hm, iya gak boleh' dan masih mikir lagi jawaban yang tepat. 'meskipun sudah besar tetap gak boleh bunda?' huik bunda masih mikir, lalu muncullah jawaban ini 'iya nak, meskipun sudah besar tetap gak boleh, kecuali kalau sudah menikah baru boleh'. 'bunda sudah menikah?' 'sudah, kan bunda menikah sama ayah nak' 'bunda menikah sama ayah?' 'iya, kan ayah suaminya bunda'. 😭 agak deg-deg an jawabnya, bismillah semoga jawaban bunda dapat diterima dengan tepat oleh otakmu yang sedang berkembang anak.

Kita sama-sama belajar ya, bunda belajar jadi orang tuamu, dan kamu belajar menjadi pribadi shalih. Dan jadikanlah Allah sebagai sebab segala tindakanmu ya nak, lillah lillah lillah. Uhibuka fillah ya bini.

00.36
25 september 2017
5 muharram 1439 h
Bunda Jundi

Melatih kemandirian atau mempermudah pekerjaan?


Pagi tadi lagi-lagi saya zonk ketika akan memasukkan baju bersih ke lemari Jundi, ternyata tatanannya sudah tidak lagi rapi, super berantakan. Uyeah, saya bisa membayangkan bagaimana cara dia mengambil celananya di tumpukan bawah hingga berakhir seperti tadi.

Seringkali saya memang membiarkan atau lebih tepatnya memaksa dia agar mandiri terhadap kebutuhan dirinya sendiri, dan menuju itu semua butuh proses kesabaran dan double pekerjaan. Seperti tadi pagi saya membiarkan dia mandi sendiri lalu mengambil baju sendiri hingga memakainya.

Sama halnya seperti yang terjadi pada adiknya yang lebih sering suka makan sendiri tanpa mau disuapi. Kalian pasti taulah bagaimana nasi tercecer dimana-mana ketika anak baru belajar makan, apalagi anak-anak saya di usia kurang dari 1 tahun semua sudah ingin memegang sendiri kendali sendok makannya. Yah, itu sangat tidak mudah, setidaknya bagi saya. Selalu ada rasa ingin merebut sendok itu lalu menyuapinya hap hap hap dan usai dalam 5menit. Tapi saya sadar itu hanyalah hayalan. Makan disuapin pun ada masa-masa GTMnya, terutama untuk anak saya yang kembar pernah GTM parah hingga sesuap saja tidak bisa masuk.

Sering, sering sekali saya tak sabar ketika mereka sendiri ingin mandiri, seperti si adik yang di usianya hendak 2 tahun beberapa kali kekeh ingin memakai bajunya sendiri tanpa dibantu. Kalian tau kan itu akan membuang banyak waktu saya untuk sekedar menunggunya menyelesaikan pekerjaan, fiuh. Apalagi di akhir ada yang salah memasukkan, jadi double pekerjaan deh, haha.

Iya, setiap kemandirian anak tentu butuh proses yang gak mudah, proses yang sering bikin ibu tak sabar, bahkan memperberat pekerjaan ibunya, ya kecuali ada pembantunya sih ya 😁.

Makan disuapi memang lebih cepat dan membuat nasi tak banyak berjatuhan, tapi apakah itu melatih mandiri anak? Bahkan banyak hingga usia SD anak masih disuapi, karena apa?

Begitu banyak PR saya dalam hal mendidik anak, harus banyak stok sabar dan banyak berlatih nada do rendah. Do do do do do 😂. Istighfar istighfar istighfar 😭.

Celoteh sore, sejenak me time selepas hari ini membungkus 4 kado sekaligus, yang 1 tidak terfoto karena sudah diberikan 😁.

Bunda Jundi
24 september 2017
4 muharram 1439 h

Kamis, 20 Juli 2017

NHW8

Bismillah

Nice HomeWork #8

MISI HIDUP DAN PRODUKTIVITAS

Salah satu ranah yang akan saya ambil dari kuadran suka dan bisa di NHW7 kemarin adalah menulis.

Saya ingin menjadi seseorang yang melalui tulisannya bisa memberikan manfaat untuk orang lain, bisa menularkan ilmu yang saya kuasai dan mengajak orang lain pada kebaikan.
Saya ingin belajar lebih baik mengikat makna dalam bentuk tulisan dengan cara mengasahnya minimal sepekan sekali membuat tulisan bermanfaat.
Suatu saat saya ingin menerbitkan buku kumpulan tulisan saya sendiri. Sebelumnya saya sudah pernah ikut menulis di antologi 'Ada kisah di setiap jejak', itupun hanya 1 tulisan pendek. Semoga suatu saat bisa terwujud.

Lifetime purpose saya surga, menjadikan semua sarana sebagai ibadah meraih ridhoNya. Mendidik anak menjadi sholih sholihah agar menjadi investasi akhirat saya.
Strategic plan saya adalah memiliki usaha yang autopilot dan bisa lebih bermanfaat untuk orang lain.
New year resolution saya adalah bisa menuntut ilmu untuk menjadi konselor laktasi, dengan ilmu ini saya ingin menulis hal-hal yang lebih bermanfaat untuk orang lain.

Bismillah semoga apa yang saya tuliskan bisa terwujud dan saya bisa menjadi pribadi yang lebih bermanfaat.

Bunda Jundi
Agie Botianovi
20 Juli 2017