Rabu, 05 Juli 2017

NHW6

Bismillah NHW6
BELAJAR MENJADI  MANAJER KELUARGA HANDAL

Belajar memanajemen waktu yang saya sendiri masih sangat kacau balau karena jadwal saya sangat tergantung pada jadwal anak-anak saya yang sering tidak pasti.

3 aktivitas saya yang menurut saya paling penting
1. Ibadah : sholat, tilawah, dzikir, menghafal al-qur'an
2. Belajar
3. Menemani anak belajar dan bermain

3 aktivitas saya yang paling tidak penting
1. Scroll timeline sosmed dan baca sesuatu yang tidak penting (tidak menambah ilmu)
2. Sibuk dengan gagdet
3. Sibuk browsing hal yang tidak penting dan tidak sesuai jurusan ilmu

Saya merasa justru waktu saya yang seharusnya bisa lebih produktif banyak habis hanya untuk bermain gagdet. Dan terkadang merasa tidak bisa berbuat apa-apa ketika sudah sesi menyusui si kembar yang jadwal menyusunya sering tidak menentu.

Adapun sekarang saya ingin membuat jadwal rutin saya diikuti jadwal dinamis di sela jadwal rutin. Jadwal dinamis saya peruntukkan untuk aktivitas yang menurut saya penting, agar saya lebih optimal memanfaatkan waktu luang di antara jadwal rutin.
04.00-06.00 Jadwal saya beribadah dilanjut aktivitas masak disambi menyusui bayi yang pada jam ini sering bangun untuk menyusu
06.00-07.00 Menyiapkan anak berangkat sekolah, memandikan anak hingga menyiapkan sarapan
07.00-09.00 Bersih-bersih rumah sambil menemani si kecil main
09.00-12.00 Mencuci baju jika si kecil telah tidur
12.00-15.00 Menyiapkan makan siang dan mengkondisikan anak pertama tidur lanjut memandikan anak
15.00-18.00 Menyelesaikan target tilawah harian, menyiram tanaman, sambil menemani main si kecil
18.00-21.00 Menyiapkan makan malam dan menemani anak membaca buku atau belajar
21.00-22.00 ketika anak sudah tidur semua jadwal saya menulis dan bergagdet membaca hal yang penting
22.00 istirahat

Jadwal yang saya buat belum bisa 'padat karya' dengan menjadikan jadwal rutin di satu waktu, karena saya masih harus menyusui di tiap waktu yang membuat saya kurang bisa optimal untuk pekerjaan lain. Bismillah semoga bisa saya terapkan dengan baik.

Be profesional rejeki follow 😇.

Bunda jundi
5 Juli 2017
22.57

Kamis, 15 Juni 2017

NHW5

Bismillah kali ini mau mengerjakan NHW5 Kelas Matrikulasi IIP batch 4

BELAJAR BAGAIMANA CARANYA BELAJAR

Di usia menjelang 27tahun ini, saya sudah diamanahi 3 orang anak, dan saya bertekad ingin memperbaiki diri agar bisa menjadi ibu profesional di mata mereka, ibu yang sukses di dalam namun tetap berkontribusi di luar. Untuk menjadi seorang ibu profesional saya harus melewati beberapa tahapan ilmu dan menyesuaikan dengan jurusan yang ingin saya dalami : ilmu bisnis dan ilmu menyusui.

Adapun design pembelajaran ala saya adalah sebagai berikut :
1.Membaca
Membaca buku adalah cara belajar yang menurut saya paling mudah karena bisa dilakukan secara mandiri dan kapanpun dimanapun bisa. Buku yang akan banyak saya baca adalah tentang parenting, agama, bisnis, dan menyusui.
Selain buku fisik, saya juga bisa membaca dari referensi-referensi online dari web yang kredibel.

2.Mengamati
Melihat dan mendengar pengalaman orang lain. Bisa dari tetangga, teman, saudara, atau dari grup-grup diskusi whatsapp terutama dengan sesama ibu.

3.Mengikuti kelas pembelajaran
Mengikuti kelas pembelajaran baik online maupun offline berkaitan dengan keilmuan yang ingin saya dalami.

4.Diskusi
Bertanya pada yang lebih menguasai keilmuan yang ingin saya pelajari serta mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang sering muncul. Selain itu diskusi juga bisa dengan sesama teman, tetangga, saudara karena ilmu bisa didapat darimana saja tinggal bagaimana diri kita sendiri bisa memilah mana yang akan kita ambil atau kita tinggalkan.

5.Aplikasi
Mengerjakan ilmu yang sudah kita dapat membuat ilmu itu sendiri lebih menancap di pikiran dan ketika sudah menjadi habbit maka akan masuk ke bawah alam sadar.

6.Mengajarkan
Setelah paham dan bisa mengaplikasi maka saya harus bisa mengajarkan ilmu yang saya kuasai ke orang lain agar bisa menjadi ilmu yang bermanfaat dan semoga bisa menjadi pemberat amal kebaikan di akhirat. Membagi ilmu pun tak harus di kelas seperti layaknya dosen mengajar, tapi bisa melalui tulisan, diskusi, ataupun tauladan.

Bismillah semoga apa yang saya tulis bisa saya aplikasikan dalam menuntut ilmu di universitas kehidupan ini 😊.

Salam ibu profesional,
Bunda Jundi
Agie Botianovi
20 Ramadhan 1438
15 Juni 2017

Jumat, 09 Juni 2017

NHW4

Bismillah kali ini mengerjakan NHW4.

Mendidik dengan kekuatan fitrah.

Menengok kembali tugas yang sudah lalu, dari NHW1, insyaallah saat ini saya tetap ingin mendalami ilmu bisnis dan ilmu menyusui.

Untuk NHW2, beberapa point saya sadari belum bisa sepenuhnya konsekuen seperti rajin hafalan ayat baru dengan mengulang tiap setelah sholat wajib.

NHW3, meski kemarin ada beberapa hal yang saya pikir terlewat tidak saya tuliskan di NHW3, namun setelah merenungkan lagi saya semakin menyadari misi spesifik saya di muka bumi ini. Dengan menulis dan memberi tauladan di lingkungan sekitar saya ingin bisa berdakwah mengajak orang untuk berubah lebih baik.

Selain itu sesuai dengan keilmuan yang ingin saya pelajari, dengan ilmu menyusui saya ingin membantu lebih banyak ibu dengan ilmu yang lebih matang agar tidak kesulitan menyusui. Namun saat ini saya masih harus mengikuti pelatihan untuk menjadi konselor menyusui agar ilmu yang saya kuasai lebih bermanfaat untuk banyak ibu. Karena menyusui adalah ibadah.

Sedang saya mempelajari ilmu bisnis agar bisnis yang sudah saya dan suami jalankan bisa memiliki sistem yang lebih baik serta membawa manfaat bagi orang lain.

Misi hidup : mengajak orang lain pada kebaikan dan menularkan ilmu yang dipunyai pada orang lain
Bidang : bisnis dan menyusui
Peran : owner bisnis dan konselor menyusui

Untuk mencapainya, tahapan ilmu yang sudah dan akan saya pelajari
1.Belajar melayani pelanggan : km 0-km 1(2012-2015)
2.Belajar marketing : km 1-km 2 (2016)
3.Belajar sistem bisnis : km 2-km 3 (2017)
4.Belajar mengatur keuangan bisnis : km 3-km 4 (2018)

Untuk ilmu menyusui, tahapan ilmu yang sudah dan akan saya pelajari
1.Mempelajari ilmu dasar menyusui : km 0-km 1 (2012)
2.Belajar membantu ibu yang kesulitan menyusui : km 1-km 2 (2013-2017)
3.Mengikuti pelatihan konselor menyusui (2018)

Dari milestone yang coba saya buat di atas, saat ini saya memang lebih banyak belajar dari membaca buku dan dari media online. Dan hal tersebut sudah saya buat checklist di NHW2 dengan 'memaksa' diri minimal sehari meluangkan waktu membaca buku/upgrade ilmu.

Bismillah semoga apa yang menjadi cita-cita saya bisa terwujud, agar saya bisa menjadi manusia yang lebih bermanfaat untuk orang lain.Dengan saya memilih konsentrasi di 2 ilmu di atas, saya pun akan terus belajar dan mengupgrade diri dengan ilmu-ilmu mendidik anak, agar anak-anak yang sudah dititipkan kepada saya bisa tumbuh sesuai fitrahnya. Dan agar orang tak lagi memandang sebelah mata ibu rumah tangga. 'Hei, ini aku ibu profesional! '

Semoga diijabah Allah do'a di bulan suci ini, aamiin.

Agie botianovi
Bunda jundi
9 juni 2017
Malam 15 Ramadhan 1438

Minggu, 04 Juni 2017

CELANA PANJANG


.
Ada apa dengan celana panjang? Bagi saya celana panjang adalah pakaian wajib setiap orang, entah itu bayi, anak, hingga orang dewasa baik laki maupun perempuan.
.
Memakai celana panjang dan membiasakannya adalah bagian dari menjaga aurat dengan baik. Wanita memang sebaiknya memakai rok, tapi bagi saya wajib di dalamnya mengenakan celana panjang, mengapa? Karena apabila rok tersingkap aurat masih terlindungi.
.
Pun bagi laki-laki, celana panjang itu juga wajib, namun jangan sampai isbal melebihi mata kaki, karena hukumnya bisa menjadi makruh bahkan haram, kalau ada yang minta penjelasannya mengapa, maaf saya bukan ahlinya.
.
Kalau laki-laki yang sering saya jumpai adalah tidak menutup penuh auratnya hingga lutut, wanita sudah berjilbab eh laki-lakinya lupa masih memakai celana pendek selutut bahkan di atas lutut hingga mudah tersingkap saat beraktivitas, dan terlihatlah auratnya 🙈.
.
Kalau bayi dan anak-anak memang mereka belum wajib menutup aurat, namun bagi saya membiasakan mereka sejak kecil itu adalah perlu. Anak saya sendiri yang usia 5 tahun laki-laki belum bisa full celana panjang kapanpun, kadang masih memakai celana selutut. Namun alhamdulillah beberapa waktu belakangan dia sendiri yang merasa risih ketika memakai celana pendek dan meminta yang panjang minimal di bawah lutut.
.
Untuk baby dan anak perempuan, ini malah wajib banget dah, inget buk pedofil sekarang ada dimana-mana, bayi 9 bulan saja sudah ada yang menjadi korban, mereka sudah tidak punya lagi akal sehat. Pun saya sendiri pernah mengunjungi korban usia sekitar 4 tahun sekitar 3 tahun yang lalu sebelum saya hamil dan punya anak perempuan kembar. Apalagi tingkah anak itu selalu atraktif, lebih mudah roknya tersingkap dan terlihat celana dalamnya, suka malu sendiri melihatnya meski itu anak-anak, gimana para pedofil gak mupeng tuh?
.
Dari sana saya belajar dan mewajibkan diri saya sendiri untuk selalu memakaikan anak saya kemanapun celana panjang, agar dia terbiasa mengenakannya, bahkan ketika bayi kembar saya sudah mengenakan gamis, saya akan selalu memakaikan celana di dalam. Lebay? Ya, barangkali ada yang kasian dan berpendapat saya lebay, kasian bayi siang2 dipakein celana panjang. Namun bagi saya ini adalah bagian dari pembiasaan diri karena saya pernah menemukan kejadian ada anak usia 2 tahun tidak mau memakai baju.
.
Aneh ya ada bayi gak mau pakai baju? Nyatanya ada, dan setelah saya amati kesehariannya di rumah cuma diberi pakaian celana dalam dan baju pendek atau kaos dalam saja, setiap hari, karena kasian udara panas. Kasian memang kalo panas ya, tapi bisa diberi opsi pakaian tipis tapi tetap menutup kan? 😊
.
Anak saya sendiri yang perempuan sekarang umur 19 bulan, untuk berjilbab saya sudah membiasakan memakaikannya setiap kali keluar rumah, meski nanti di tengah jalan dia minta dibuka maka akan saya buka, nanti ketika dia sudah mau pakai lagi maka akan saya pakaikan. Pembiasaan ini membuat anak saya kalau meminta jalan-jalan dia pakai kode minta dipakaikan jilbab 😅 karena memang belum bisa ngomong jelas.
.
Namun untuk celana panjang pemakaiannya all time, walau sekarang sudah banyak celananya yg cingkrang jadi 3/4, tapi tetap saya pakaikan, yang penting masih di bawah lutut 😊. Kelak mereka akan malu dan risih ketika tak memakainya.
.
Seperti halnya saya, kemana-mana selalu bercelana panjang, biar bebas bergerak meskipun saya selalu menggunakan gamis atau rok 😊.
.
Bunda Jundi
9 ramadhan 1438
4 juni 2017
.
Akhirnya menulis ini setelah kemarin sharing dengan teman yang produsen celana legging anak karena beliau sepemikiran dengan saya dalam hal pembiasaan memakai celana panjang. Beliau ingin memfasilitasi banyak anak agar selalu memakai celana apapun costumnya, masyaallah 😍.

Sabtu, 03 Juni 2017

NHW 3

Bismillah, kali ini saya mau mengerjakan NHW3. Tugas kali ini ada 4 point : suami,anak, diri sendiri, dan lingkungan.

Point pertama tentang suami, membuat surat cinta untuknya, mengenang bagaimana indahnya saat pertama jatuh cinta dulu, menuliskan banyak-banyak kelebihan suami, dan alasan-alasan kuat 'mengapa' ia memang orang yang tepat menjadi pendamping hidup sekaligus ayah dari anak-anak. Yah, dan saya sudah menulisnya disini.

Tanggapannya? Dia berkata balik, 'perlu surat balasan kah?'. Dalam hati jelas saya bilang 'mau', tapi yang terketik 'terserah 😆' jaga jaim 😅.

Sebelumnya saya memang sudah bilang kepada suami saya bahwa saya diberi tugas membuat surat cinta untuknya, dan dia cuma mesem sambil bilang 'ya bikin aja'. Yah, terkadang hal-hal kecil pemantik agar hubungan tetap romantis seperti ini memang sangat perlu, apalagi jika pernikahan sudah berjalan agak lama, perlu hal-hal kecil untuk merefresh 'rasa cinta' pada pasangan hidup.

Suami saya memang bukan tipe yang romantis dengan suka memberi kejutan bunga atau yang lain, tapi dia adalah lelaki yang perhatian 💞. Kelihatannya saja cuek tapi tiba-tiba hadir dengan kejutan yang bikin hati meleleh, dan yang bikin selalu meleleh adalah tulisan-tulisan dia di blog dia. Yah, dia jarang sekali menulis, tapi sekalinya nulis langsung mengena, luv luv my hubby.

Poin keduanya adalah tentang anak. Potensi diri masing-masing anak memang berbeda-beda, bahkan anak yang kembar identik pun seperti anak saya. Namun saya akan mulai menuliskan potensi diri dari anak pertama yang laki-laki, Jundi.

Jundi, anak pertama kami yang berusia 5 tahun. Dari lahir perkembangan fisik maupun motoriknya bagus, meskipun sempat telat berbicara (2 tahun baru jelas dan tidak termasuk speech delay), namun sejak bisa bicara dia tergolong anak yang 'cerewet', suka menanyakan apapun yang dipantik rasa keingintahuan dia yang tinggi. Geraknya lincah dan cenderung kinestetik. Dan alhamdulillah di usianya sekarang sudah bisa menghafal juz 30, bismillah semoga dimudahkan menuntaskan 30juz.

Tentang si kembar yang kembarnya identik (1 plasenta), meski dikatakan identik karena berasal dari 1 sel telur, namun keduanya memiliki karakter yang berbeda. Fara si kakak yang lahir pertama adalah sosok perempuan yang 'kalem' dan cenderung lebih suka mengalah. Dari lahir berat Fara lebih besar, pun hingga sekarang fisiknya cenderung lebih besar Fara, walau terakhir ditimbang berat keduanya sama 😅. Namun dari segi perkembangan motorik kasar, Fara seringkali tertinggal adiknya selisih beberapa hari, seperti pertama tengkurap, pertama merangkak dan jalan. Namun, di usia yang sekarang menginjak 19bulan Fara mulai bisa menirukan beberapa kata yang dia dengar, sedang adiknya belum 😊.

Tentang Fasya, si cantik yang gesit dengan tubuh mininya. Iya, alhamdulillah si kembar tubuhnya cenderung mini, tidak seperti masnya yang cenderung montok, Allah menciptakan sedemikian agar saya tetap kuat menggendong dua bayi sekaligus 😇. Apalagi saya non ART dengan tubuh mini 😅. Fasya, sejauh ini lebih cepat menirukan gerak semisal gerakan sholat, dan dia tingkahnya lebih banyak daripada kakaknya. Akhir-akhir ini meski belum bisa menirukan kata sebanyak Fara, Fasya suka tiba-tiba meracau kata dengan nada seperti lagu. Yeah, barangkali dia cenderung otak kanan.

Tentang diri saya sendiri, saya pribadi yang cenderung pendiam dan tidak terlalu pintar berbasa-basi. Barangkali itulah tujuan Allah memberi saya suami yang pintar 'ngomong'. Sejujurnya saya suka iri dengan teman yang lain yang masih mudah untuk moving mengikuti acara dan kajian ilmu kesana kemari. Saya dengan 2 bayi harus sadar diri tidak bisa 'seperti' mereka. Barangkali disinilah Allah memberi saya ladang mencari pahala, bukankah merawat anak juga ibadah? Saya yakin Allah punya rencana yang besar dibalik diamanahkannya sepasang bayi ini pada saya. Walau harus saya akui mengurus bayi kembar seorang diri dobel repotnya. Allah tahu saya mampu, dan inilah misi yang harus saya kerjakan, mengantar ketiga anak saya menghadapi akhir zaman dengan tetap menggenggam iman erat, walau menggenggamnya sama dengan menggenggam bara api.

Empat bulan saya baru menempati lingkungan yang baru, rumah yang sudah kami bangun sejak 2-3 tahun yang lalu memang tidak langsung kami tempati dengan beberapa pertimbangan. Rumah kami berada di lingkungan pondok pesantren, ada 2 ponpes yang ada dekat rumah kami. Sedang warga sekitar mayoritas muslim dengan karakter yang beragam.

Sejak sebelum menemukan lokasi rumah ini, kami merutinkan do'a Nabi Nuh a.s al-mu'minun 29 agar diberikan tempat yang berkah. Dan inilah jawaban dari do'a kami, kami ditempatkan pada perumahan dengan berbagai karakter, Allah menyuruh kami agar bisa berbaur di masyarakat yang majemuk.

Alhamdulillah di bulan Ramadhan suami sebagai warga baru turut ditunjuk sebagai imam sholat tarawih. Bismillah semoga kami bisa menjadi salah satu rumah yang bisa menebar manfaat dan mendakwah lingkungan sekitar, tak hanya dakwah secara lisan namun dengan perbuatan.

Bunda Jundi
Agie Botianovi
Malam 8 Ramadhan 1438 H

Jumat, 02 Juni 2017

Surat cinta untuk suamiku

Dear mr. Day,
Suamiku dan ayah dari anak-anakku yang kucintai karena Allah,

Ijinkanlah istrimu ini menulis sebuah surat cinta untukmu.

Aku mencintaimu tanpa bisa kujelaskan mengapa, karena sejak ikrar kau ucap di hadapan penghulu aku adalah milikmu. Aku, seonggok tulang rusuk bengkok yang tak bisa jika dipaksa lurus.

Maafkanlah, jika kebersamaan selama 6 tahun ini begitu banyak khilafku yang tidak membuatmu ridho. Tegurlah aku, bukankah kita ingin bersama lagi di surga kelak?

Suamiku, terimakasih atas semua kebaikanmu, pelukan hangatmu, ciuman lembutmu, dan segala hal yang telah kau usahakan untuk keluarga kita.

Aku tak pandai merangkai kata, bukankah aku banyak belajar berkata darimu? Ah, kau selalu mengenalkanku pada banyak ilmu baru.

Sayang, semoga keluarga kita selalu dalam ridhoNya, bukankah dulu tujuan awal kita menikah untuk meraih ridhoNya?

Maafkan, maafkan aku

Dan terimakasih, atas semua

Atas kesabaranmu mendidikku, mengajariku banyak makna, mendewasakan pikirku yang 9 tahun di bawahmu.

Kesabaran dan ketelatenanmu membantuku mengurus kebutuhan anak-anak kita. Ah sungguh, tidak banyak laki-laki sepertimu.

Kecekatanmu membantu banyak sekali pekerjaan rumah tangga. Ah betapa banyak yang kau kerjakan sayang?

Truly, you're lovable my love.

Begitu banyak yang tak kusyukuri atas kehadiranmu di hidupku, mari bersama kita menggapai surga.

dari istrimu, ibu dari anak-anakmu
1 juni 2017
*menjelang 6tahun masehi pernikahan kami
9juni2011-9juni2017