.
Sejujurnya saya bukanlah ibu yang sangat ketat aturan untuk apa-apa yang dimakan anak. Anak-anak saya bukan anak yang 100% bebas msg, gluten, atau makanan lain yang kurang baik bagi tubuh. Cemilan anak saya bukan cemilan 100% homemade dan buah-buahan saja, tapi juga cemilan-cemilan kemasan jadi yang banyak dijual di pasaran.
.
Meski begitu saya punya aturan sendiri terhadap apa yang boleh dan tidak boleh, karena cemilan yang umum dimakan anak di usia anak saya banyak yang sebenarnya tidak boleh dikonsumsi untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia kurang dari 5tahun. Himbauan di kemasan juga sudah ada, hanya saja ukurannya kecil, jika tidak jeli maka tidak akan terbaca. Beda dengan peringatan rokok, meski peringatan bahayanya sudah segede gajah para ahli hisab tetep membeli dan membakarnya 😁.
.
Dari kecil cemilan anak-anak saya yang beli sekitaran di puff, biskuit, wafer, coklat, es krim. Tak heran jika mas Jundi tidak suka permen, karena dari kecil tidak kenal permen. Beberapa kali diberi permen di sekolah atau di tempat lain hanya dijilat beberapa kali lalu sudah dikasih ke saya atau dibuang.
.
Pun dengan snack 'ciki-ciki' favorit jutaan anak, kalaupun diberi dia bakal nyomot 1-2 saja habis itu bilang, 'gak enak, sudah'. Alhamdulillah lidahnya sudah menolak sendiri dengan makanan yang kurang baik bagi tubuhnya. Inipun semakin diperkuat dengan materi yang diberikan di sekolah tentang makanan sehat dan makanan tidak sehat, dia jadi lebih menolak lagi.
.
Kejadian lucu terjadi beberapa hari lalu, ada salah seorang sahabat lama berkunjung ke rumah, dia membawakan jundi 3 bungkus ukuran paling besar snack t**o. Tanggapan jundi, 'gak mau, itu gak sehat!'. Sontak teman saya tertawa terpingkal. Maafkan kelakuan anak saya cikgu 😑.
.
Ada kejadian lain. Saya memang tidak suka jika anak saya terlalu banyak mengonsumsi teh, karena kurang baik untuk anak-anak. Untuk bumil dan busui saja harus dibatasi konsumsinya. Namun, anak saya terlanjur suka dengan teh karena di rumah eyangnya suka diberi teh terutama saat masa penyapihan. Untuk mengatasi ini saya bilang ke anak saya bahwa teh itu tidak sehat jika dikonsumsi terlalu banyak, jadilah kejadian memalukan lagi. Saat bertamu ke tempat orang disuguhi teh dengan lantang dia ngomong, 'loh, teh itu kan gak sehat kan?'. Aih, padahal di rumah kadang juga masih minum teh, saya berikan dalam batas wajar kalau pas dia meminta dengan sangat.
.
Terakhir, saya jadi teringat di salah satu diskusi parenting, kala itu ibu ketua fatayat NU Malang yang sharing. Beliau cerita, beliau sangat protect terhadap makanan anak pertamanya, benar-benar tidak pernah terkena msg sama sekali dari kecil. Masalah datang saat usia SMA anaknya mondok, sering sakit karena terkena makanan di pondok yang tidak bisa steril dari msg. Wallahu'alam.
.
Suatu saat pasti datang masa dimana anak harus menghadapi semua sendiri, maka tugas orang tualah mempersiapkan kekebalan sang anak, kebal bukan berarti steril tidak pernah bersinggungan sama sekali, tapi justru diperkenalkan agar mereka 'tahu'.
.
Bunda Jundi
5 Rabiul Tsani 1438H
4 januari 2017
Minggu, 08 Januari 2017
GTM : cobaan terberat mamah muda
.
Terdengar lebay, namun begitulah nyatanya, GTM a.k.a Gerakan Tutup Mulut pada bayi bisa bikin ibu stres, emosi, bahkan nangis (curhatan para ibu). Beragam cara akan dilakukan ibu agar anak mau makan lagi, mulai dari mencoba berbagai varian masakan sampai mencoba berbagai vitamin penambah nafsu makan.
.
Untuk yang kasih mpASI homemade bisa double stres, bayangkan saja, sudah harus buat masakan khusus (yang tentunya menyita waktu lebih) eh ujung-ujungnya harus berakhir di tempat sampah 😭😭😭. Lebay yak, apalagi kalau semua dihandle sendiri, tanpa ART pun tidak serumah dengan orang tua ataupun mertua, klop 😅😅😅.
.
Entah, masalah GTM ini sepertinya menyerang banyak bayi, termasuk bayi kembar saya. Sejak usia sekitar 11bulan sampai sekarang sekitar 14bulan, GTMnya sering kambuh-sembuh kambuh-sembuh. Kalau sudah kambuh, sehari bisa masuk 5 sendok bayi itu sudah prestasi, mulutnya benar-benar dikunci rapat ketika ada sendok berisi makanan disodorkan di depan mulut. Saya pun sempat stres, apalagi masnya gak pernah GTM, eh adiknya kembar kalau GTM langsung janjian berdua barengan 😂😂😂.
.
Ada beberapa faktor juga yang memicu stres tambahan pada ibu yang anaknya GTM, salah satunya adalah bb bayi yang tetap atau bahkan turun saat di posyandu setiap bulan. Untung-untung kalau petugasnya gak bawel pakai ceramah abc bikin ibu makin stres. Tanpa di ceramahi pun seorang ibu pasti kepikiran jika 2kali saja bb bayinya tidak naik ataupun turun, apalagi jika sudah dengar namanya gagal tumbuh, hua 😭😭😭.
.
Ada salah satu tetangga hingga memutuskan tidak pernah pergi ke posyandu tiap bulan untuk menjaga diri tetap waras, tidak stres memikirkan bb bayi. Pasalnya si anak makannya luar biasa susahnya. Atau ada juga yang memang genetis tubuh mungil dari orang tua.
.
Kalau ke dokter anak biasanya disuruh konsul ke ahli gizi. Memang gizinya harus dicukupkan, tapi bagaimana bisa cukup sedang masuk mulut saja tidak bisa?
.
GTM, hal remeh yang harusnya tidak menyita banyak pikiran ibu. Saya sendiri sebenarnya ingin tidak memikirkan ini tapi kadang di saat puncaknya mereka menolak makanan disitulah saya kepikiran.
.
Baca-baca sebenarnya GTM bisa diatasi dengan mengenalkan anak apa itu rasa lapar? Caranya dengan membuat jadwal makan yang teratur pun dengan jadwal cemilan. Waktu makan bayi pun harus dibatasi maksimal 30 menit, habis tidak habis stop. Buat mereka menghargai waktu makan.
.
Tapi, yang susah adalah ketika sudah jadwal makan bayi GTM justru nemplok minta menyusu, ditolak bisa meronta-ronta hingga keinginannya dikabulkan 😢😢😢. Mengasuh bayi benar-benar kompleks, tak heran jika Allah pun menjanjikan pahala. Maka niatkanlah untuk ibadah agar tidak sia-sia. Dan yang anaknya tidak pernah GTM, bersyukurlah, karena pikiran mu bisa untuk memikirkan hal yang lebih penting dari sekedar GTM.
.
GTM. Semoga cepat berlalu. Ibu, semoga semua aktivitas mu bernilai ibadah.
.
Bunda Jundi
2 Januari 2017 M
3 Rabiul Tsani 1438 H
Minggu, 20 November 2016
EDISI MENITIPKAN BAYI
.
Dari jaman punya bayi Jundi saya sering nitip bayi, dulu sih karena harus menyelesaikan skripsi. Kalau pas harus ke kampus dan ibu saya sedang off otomatis Jundi diajak eyangnya, karena gak mungkin konsultasi ke dosen bawa bayi. Atau kalau ibu saya kerja, Jundi dijaga ayah nya di rumah.
.
Barangkali disitu juga enaknya suami kerja di rumah, bersama-sama membangun botiashop.com . Mau ngapa-ngapain waktunya sangat fleksibel. Yah walau segala sesuatu itu pasti ada sisi positif dan negatif nya.
.
Jundi bayi tumbuh dengan seorang ibu yang masih muda, masih mengejar gelar sarjana. Si ayah juga masih dalam proses merintis usaha, tertatih menggulung bola salju semakin besar dan besar.
.
Kini saya sebagai IRT harusnya sih sudah tidak ada lagi edisi nitip-nitip bayi ke orang tua, namun ternyata Allah berkehendak lain, bayi saya kembar, yang artinya kalau mau kemana-mana hanya salah satu yang bisa dibawa, karena masih pakai sepeda kemana-mana (semoga suami segera lancar nyetir mobil).
.
Nitip bayi ke eyangnya atau tantenya itu aslinya gak tega, gak tega karena yang dititipi pasti merasakan 'repot' . Tapi, banyak agenda yang saya harus tetap ikut di dalamnya, sehingga saya mau tak mau harus merepoti mereka dengan menitipkan salah satu bayi.
.
Edisi titip menitip inipun tak mudah, karena saya tetap harus menyesuaikan jadwal kosong si eyang yang bekerja. Jadilah biasanya kalau ada agenda saya mesti sudah booking jadwal dulu ke eyang agar saat itu beliau bisa off. Dan keseringan nitip juga sungkan, akhirnya saya batasi lah maksimal 2waktu dalam sepekan. 1waktu untuk jadwal rutin pengajian, 1lagi untuk acara di sekolah Jundi. Ditambah undangan-undangan nikah yang harus didatangi.
.
Tapi praktek nya tidak sesimple kelihatan nya, kadang ada waktu-waktu bentrok, dan saya mesti mengalah, lagi-lagi ijin tidak dapat hadir :( . Bukan, bukan saya cari-cari alasan ketika saya tidak bisa hadir, tapi begitulah kondisi nya. Tidak mudah kawan berdamai dengan keadaan beranak kembar tanpa bantuan baby sitter pun ART.
.
Kalau saya bisa saya ingin bisa mengikuti semua mua acara pengajian, parenting, atau sekedar kumpul bersilaturahim. Saya dulu 'mantan' aktivis, yang sok sibuk rapat sana rapat sini, syuro sana syuro sini. Tapi, inilah jalan yang dipilihkan Allah untuk saya sekarang. Saya harus berdamai dengan diri sendiri.
.
Maaf, jika banyak undangan yang tak terpenuhi, bukan maksud hati.
.
Bundajundi 30september 2016 23.04
Bundajundi.blogspot.com
MENYAYANGI BINATANG
.
Dalam islam diatur mengenai adab-adab terhadap binatang, manusia tidak boleh menyakiti binatang dan tetap memperlakukan binatang dengan baik. Begitupun Rasulullah saw pun menyontohkan betapa beliau menyayangi binatang, salah satunya kucing. Iya, kucing, hewan yang selama ini saya 'phobia' terhadapnya.
.
Entah, bahkan phobia saya ini sudah pernah diterapi, tapi belum sepenuhnya merubah alam bawah sadar saya yang langsung berdigik lihat kucing.
.
Ada cerita unik tentang kucing. Jadi ceritanya salah satu admin botiashop Jilbab Murah Malang ini suka kucing, dan beberapa hari terakhir dia sering bercerita tentang kucing yang dia rawat. Kucing yang ditemukan masih bayi baru lahir, belum bergigi dan belum pandai berjalan.
.
Seru sekali kalau mendengar dia bercerita, memandikan kucing dengan sampo dan air hangat, memberikan susu kucing lewat dot, sampai memberikan tangannya untuk empeng kucing sampai tertidur.
.
Tiba-tiba kemarin dia meminta ijin pulang dulu dengan air mata sudah meleleh di pipinya, 'Mbak, aku ijin pulang dulu ya'
.
'Lho kenapa? Kok nangis?'
.
'Kucingku mbak, kata mama berak darah'
.
Kulihat jam dinding, pukul 1 lewat. Hari ini sabtu, toko tutup jam 2. Kurang sebentar.
.
'Iya pulang saja, hati-hati ya nyetirnya'
.
'Iya mbak, padahal kemarin malam tidur di pangkuanku. Hiks, aku mbanyol, kucing ditangisi, tapi kudu nangis'
.
Mengingatkanku pada Zarah, tokoh utama di novel supernova partikel yang jadi ibu orangutan bernama Sarah. Saat mereka harus berpisah justru Zarah lah yang berat.
.
Sorenya saya mendapat kabar si kucing mati di usia beberapa pekan saja. Umur tiada yang tahu :) .
.
Saya sendiri dan suami ingin memelihara sesuatu di rumah agar anak-anak juga belajar menyayangi hewan. Entah apa, yang jelas bukan kucing. NO!
.
Bundajundi 16 oktober 2016
Rampung 10.40
Manajemen ASIP
Benarlah bahwa di jaman serba modern ini justru ilmu menyusui yang dulu dikuasai naluriah justru kini harus dikuasai atau setidaknya 'tahu'. Ilmu hari ini sudah berkembang begitu pesatnya, mulai pelekatan, foremilk dan hindmilk, sampai manajemen ASIP.
.
Saya tiba-tiba teringat cerita orang-orang yang saya kenal tidak bisa menyusui full hanya karena tidak tahu ilmunya.
.
1. Ada seorang ibu bekerja, dari segi ekonomi termasuk menengah ke atas. Selama bekerja anak diberi sufor, dan selama ibu bekerja ternyata ketika PD terasa penuh si ibu ke toilet untuk membuang ASInya, dibuang saudara saudara. Andai tahu sedikit saja manajemen ASIP, tentu anak bisa mendapat full ASI. :(
.
2. Ada ibu bekerja juga, selama bekerja anak diberi sufor, tapi menyusui terus jalan. Tiba-tiba saat anak masih usia sekitar 5 bulan, si ibu harus mengikuti pelatihan 3 hari di luar kota. Dan lagi-lagi karena gak tau manajemen ASIP, cara memerah dkk, si ibu harus merasakan sakit yang begitu hebat karena pd tidak disusukan. Dan lagi setelah pelatihan aelesai ASI sudah mampet, dan jadilah anaknya full sufor, padahal andai ia tau masih bisa diusahakan relaktasi apalagi baru 3 hari :( .
.
3. Si ibu bekerja, dan lingkungan rumah masih sangat kampung dan percaya banyak mitos. Akhirnya si anak harus full sufor padahal sebelum bekerja full ASI hanya karena 'katanya' ASInya sudah basi. Mereka mempercayai jika ASI lama tidak diberikan karena ditinggal bekerja maka akan jadi basi :( . Padahal si ibu dari ekonomi kurang mampu, andai saja tidak percaya begitu saja dengan mitos tentu uang untuk sufor bisa dihemat untuk keperluan lain :( .
.
Dan masih banyak lagi cerita lain di saat ibu-ibu yang bayinya sudah terlanjur sufor berusaha mati-matian relaktasi agar bisa menyusui full. Barangkali memang hanya itu rejeki si bayi mendapat ASI :) .
.
Rejeki tidak akan tertukar, begitupun rejeki ASI. Namun tetap semua harus diikhtiarkan.
.
Yang terpenting dari semua, semoga Allah ridho.
.
Hayuk belajar lagi :) .
MITOS TUMBUH GIGI
.
Dulu, saat mas Jundi masih bayi, 2 gigi pertama tumbuh sekitar usia 6 bulan, namun 2 gigi berikutnya baru tumbuh menjelang usia 1 tahun. Saya sih keep calm aja, tanya dsa juga masih dalam batas normal. Namun, di usia sekitar 9 bulan ada yang 'mulai' banding-bandingkan Jundi dengan anak seusia dia yang giginya udah lebih banyak.
.
Kata beliau kira-kira begini,'Plasenta Jundi dulu nguburnya terlalu dalam, makanya giginya lama tumbuhnya'. Glek. Saya langsung nelen ludah, takut keselek nahan ketawa. Beliau orang yang wajib saya hormati, jadilah cuma saya senyumin aja, walau akhirnya suami angkat suara juga XD .
.
Kini, di saat si kembar 1 tahun, mbak Fasya giginya sudah 6, sedang mbak Fara baru 4 dan belum muncul tanda mau tumbuh yang ke5. Saya tetiba ingat mitos 'plasenta', lhah si kembar ini identik, plasentanya jadi 1, masih mau bilang punya Fara nguburnya terlalu dalem? Hwkwkwkwkwk.
.
#mitosgila #mitosgeje #besmartparent