Minggu, 23 September 2018

Review Presentasi Kelompok 3 by Agie Botianovi

Hari ketiga presentasi dibawakan oleh kelompok 3 yang beranggotakan :
1 Reny Wahyu P
2 Dian Retno S
3 Roshinta Dewi
4 Dewi Anisatun
5 Fitri Achsan
6 Hasri Haryani D
7 Sri Handayani

1. REVIEW MATERI DARI KELOMPOK 3

MEMPERSIAPKAN FITRAH SEKSUALITAS ANAK PADA USIA
PRE AQIL BALIGH

💞Fitrah Seksualitas dan Cinta
Setiap anak dilahirkan dengan jenis kelamin lelaki dan perempuan. Bagi manusia, jenis kelamin ini akan berkembang menjadi peran seksualitasnya. Bagi anak perempuan akan menjadi peran keperempuanan dan kebundaan, bagi anak lelaki menjadi peran kelelakian dan keayahan. Fitrah seksualitas yang sempurna akan melahirkan laki-laki dan perempuan yang tumbuh sesuai fitrahnya dan memiliki akhlak yang baik terhadap pasangan dan keluarganya.

💞Tantangan dalam menumbuhkan fitrah seksulitas
Tantangan yang mucul pada era millenial ini adalah adanya kesenjangan yang panjang, ketika anak-anak kita secara fisik sudah mencapai usia "aqil baligh" pada usia 14-15 tahun, namun secara finansial dan sosial baru "mandiri" pada usia 25 tahun bahkan lebih. Maka muncullah istilah remaja, yang menggambarkan anak-anak yang telah matang secara biologis tapi belum matang secara psikologis, emosional, rasional, sosial dan finansial. Kesenjangan ini jugalah yang kemudian menyebabkan penyakit kejiwaan dan penyakit sosial yang melanda kehidupan para remaja, seperti pola hidup konsumtif, pergaulan bebas, narkoba, kelainan seksual, dan sebagainya.

💞Bagaimana Solusinya?
Pentingnya penguatan fitrah seksual di tahap Pre Aqil Baligh pada usia 0-14 tahun.

Apa itu Aqil Baligh?
Aqil adalah kedewasaan psikologis, emosional, rasional, sosial dan finansial.
Indikatornya:
- Mampu memecahkan masalah
- Mampu mengambil keputusan dan resiko
- Bertanggung jawab dan mandiri
- Mampu mencari nafkah (laki-laki)
- Mampu memikul beban kehidupan

Baligh adalah Kedewasaan Biologis.
Cirinya:
1. Anak laki-laki mengalami mimpi basah
2. Anak perempuan mengalami menstruasi
3. Biasanya terjadi pada rentang usia 11-14 tahun

Tahap Pendidikan fitrah seksualitas pada usia 0-14 tahun
1. 0-2 tahun
Anak didekatkan dengan ibunya melalui ASI. Kalaupun tidak bisa menyusui, anak difasilitasi untuk bisa “bermain” di sekitar dada ibunya, bisa dengan sering dipeluk, didekap, digendong, dll.
2. 3-6 tahun
Penguatan konsep gender. Anak harus dekat dengan kedua orangtuanya. Sering main dan ngobrol bareng, mulai dikenalkan perbedaan pakaian laki-laki dan perempuan, mulai dikenalkan konsep malu.
3. 7-10 tahun (Pre Aqil Baligh 1)
Dekatkan anak perempuan dengan ibu dan dekatkan anak laki-laki dengan ayah, agar anak memahami peran gender dan sosialnya. Anak mulai dibiasakan menutup auratnya.
4. 11-14 tahun (Pre Aqil Baligh 2)
Dekatkan anak perempuan dengan Ayahnya dan anak laki-laki dengan ibunya, agar anak dapat belajar memahami dan berempati secara langsung terhadap sosok pria maupun wanita terdekatnya.

Tanggung Jawab Pendidikan Seks
Dibagi menjadi beberapa fase, yaitu:
a. Usia antara 7 – 10 tahun, dinamakan kanak-kanak usia akhir (tamyiz), diajarkan etika meminta izin untuk masuk ke kamar orang tua dan orang lain serta etika melihat lawan jenis.
b. Usia antara 10 – 14 tahun (usia remaja), anak dijauhkan dari hal yang mengarah kepada seks
c. Usia antara 14 – 16 tahun (baligh), anak diajarkan tentang etika berhubungan badan ketika ia sudah siap untuk menikah
d. Usia setelah baligh dinamakan usia pemudi/pemuda, diajarkan tentang cara-cara menjaga kehormatan dan menahan diri ketika ia belum mampu untuk menikah

Pada fase pre aqil baligh 2, anak juga mulai diajarkan tentang
1. Anak laki-laki tentang mimpi basah, fungsi sperma dan cara mandi wajib. Anak perempuan tentang menstruasi, cara membersihkannya, cara mandi wajib, fungsi rahim dan indung telur.
2. Mengajarkan untuk menundukkan pandangan
3. Diajarkan tentang aurat
4. Dikenalkan konsep mahram.

5. Mengenalkan konsep Tauhid.
6. Anak diajarkan beberapa adab yang berhubungan dengan lawan jenis.

Penutup
Allah SWT telah menginstalkan fitrah ke dalam diri setiap anak yang lahir. Maka tugas orang tua hanyalah mengaktivasikannya sesuai dengan keunikan dan peran spesifik setiap anak dengan penuh cinta (Inside Out bukan Outside In).

Fitrah itu tidak bisa digegas, dan tidak berlaku LEBIH CEPAT LEBIH BAIK. Karena fitrah memerlukan tahapan dan waktu yang tepat dalam menumbuhkannya.

Bukan sekolah, tapi rumahlah tempat terbaik mendidik fitrah anak agar mampu mencapai aqil dan baligh bersamaan.

Tdk pernah ada anak salah gaul, yg ada salah asuh.

Fitrah yang tumbuh indah ibarat ikan hidup di laut, bertahun2 berenang di laut tak menjadi asin. Fitrah yg tak tumbuh ibarat ikan mati, cukup beberapa hari direndam di air asin untuk menjadi ikan asin.

(Harry Santosa - _Fitrah Based Education_)

Sumber Pustaka:
- Santosa, Harry. 2017. Fitrah Based Education. Yayasan Cahaya Mutiara Timur
- 'Ulwan, Abdullah Nashih. 2017. Tarbiyatul Aulad Fil Islam (Pendidikan Anak Dalam Islam). Sukoharjo: Insan Kamil Solo

2. MEDIA EDUKASI DARI KELOMPOK 3
Media edukasi yang dibuat kelompok 3 adalah berupa lagu yang isinya perbedaan laki-laki dan perempuan. Berikut link media tersebut : https://www.youtube.com/watch?v=noWSRrtAh9U

3.PERTANYAAN DAN JAWABAN PRESENTASI KELOMPOK 2
 1⃣ Bunda Wita
Assalamualaikum,
Tim kelompok 3 super kereeenn

Mau ikutan tanya,

Di usia 10-14thn anak dijauhkan dari perihal seks.
Bagaimana jika anak sudah pernah terpapar pornografi dan mengalami kecanduan?


1. Mengukur tingkat keparahan kecanduan anak
2. Menjauhkan media pemapar pornografi
3. Edukasi tentang bahaya dan dampak pornografi
2. Menciptakan lingkungan yg baik
3. Lakukan kegiatan positif yang disukai anak seperti hobi, atau kegiatan luar ruang misalnya olahraga, camping, dll
4.Mendapatkan dukungan positif dari orang tua dan lingkungan tanpa adanya pihak-pihak yang menghakimi.
5. Membantu anak mendekatkan diri pada Allah SWT, bisa dengan memperbanyak kegiatan agama tetapi tetap didampingi dan dalam pengawasan orang tua.
Sebagai tambahan, ada komunitas-komunitas yang tujuannya untuk keluar dari kecanduan ini. Salah satunya:

https://www.facebook.com/groups/kecanduan/

 2⃣ Ruswita- Tulungagung

Bund.. Mengenai usia aqil baliq.. Usia segitu biasanya anak mulai tertarik dengan lawan jenis.. Mulai penasaran dengan lawan jenis.. Dan tak jarang terbawa teman2nya dengan tren "vacaran"... Gimana cara kita mengarahkan supaya mereka gak ikut2an seperti itu? Namanya suka itu kan kadang sulit ditahan.. Kalo dilarang kuatirnya malah backstreet.. Mohon sarannya.. Diberi tahu kayak gimana?
 ✅
Poin yang perlu ditekankan di sini adalah "komunikasi" dan "chemistry". Saya sendiri belum mengalami. Tetapi ada seorang teman yang saking dekat dan terbukanya dia dgn anaknya, anaknya cerita tentang gebetan atau lawan jenis yg disukai.

Respon ibunya tidak serta merta melarang. Tetapi menjelaskan batasan. Bukan mahram artinya tidak boleh bersentuhan, tidak boleh berduaan, tidak ada pacaran dalam Islam. Ngobrol biasa sebagai teman tidak masalah. Tetapi tetap tidak berpacaran atau sejenisnya. Ibunya menjaga agar anaknya "percaya". Sehingga tetap bercerita tentang kisah2nya di sekolah. Menegur yg kiranya keluar jalur, tetapi tetap mengawal. Jangan sampai anak malah menjauh karena merasa ibunya tidak asik dan suka melarang2 saja tanpa membimbing.

#bundasayang
#fitrahseksualitas
#gamelevel11
#review3

Sabtu, 22 September 2018

Review Presentasi Kelompok 2 by Agie Botianovi

Hari kedua presentasi dibawakan oleh kelompok 2 yang beranggotakan :
1 Enda Arova
2 Sukriyati
3 Noviyanti Finisa N
4 Vivi Dewi
5 Sari Rarasati
6 Maghfurrotul Hanik R
7 Shinta Ratna A

1. REVIEW MATERI DARI KELOMPOK 2

MENGENAL DAN MENUMBUHKAN FITRAH SEKSUALITAS MELALUI LATIHAN PEKERJAAN RUMAH

 1.       FITRAH SEKSUALITAS:
Fitrah Seksualitas yang dijelaskan oleh Ustadz Harry Santosa meliputi dimensi biologis, dimensi psikologis, dimensi sosial dan kultural , seseorang menyadari jati dirinya sesuai kodrat yang ALLAH tetapkan, berperilaku dan bersikap sesuai fitrah kelelakian atau kewanitaan.

2.       Seberapa Penting FITRAH SEKSUALITAS dibangkitkan?
-          Agar anak dapat tumbuh benar sesuai kodratnya, menjadi Laki-laki sejati atau Perempuan sejati.
-          Menumbuhkan jati diri sejak dini.
-          Dengan mengerti pembagian seks/ jenis kelamin, diharapkan bisa mengenal pembagian peran dalam keluarga dan masyarakat

3.       Apa tantangan yang berkaitan dengan Gender?
Ayah:
-          Penanggung jawab pendidikan
-          Man of vision and mission
-          Sang ego dan individualitas
-          Pembangun sistem berpikir
-          Supplier maskulinitas
-          Penegak profesionalisme
-          Konsultan pendidikan
-          The person of ‘tega’

Ibu :
-          Pelaksana harian pendidikan
-          Person of love and sincerity
-          Sang harmoni dan sinergi
-          Pemilik moralitas dan nurani
-          Supplier feminimitas
-          Pembangun hati dan rasa
-          Berbasis pengorbanan
-          Sang ‘pembasuh luka’

Untuk menumbuhkan fitrah seksualitas dan fitrah peran yang tidak sama tersebut, diperlukan kedekatan yang berbeda pada setiap tahap usia.

Usia anak 0-2 tahun:

Laki-laki dan Perempuan: didekatkan dengan Ibu, adanya proses menyusu dan membangun kelekatan emosi. Transfer awal nilai keimanan, ketauhidan.

Usia anak 3-6 tahun:

Laki-laki dan Perempuan: didekatkan dengan Ayah-Ibu, agar memiliki keseimbangan emosi dan rasional. Kedekatan paralel ini membuat anak secara imaji mampu membedakan sosok lelaki dan perempuan.
Pengenalan pekerjaan/kegiatan rumah : semua pekerjaan dan kegiatan, bisa melalui buku teks, ikut melibatkan anak sehari-hari. Mengawal dan memastikan identitas seksualitas sejak usia 3 tahun.

Usia anak 7-10 tahun:

Adalah masa dimana anak-anak memasuki tahap mempelajari ‘bagaimana dunia bekerja'

-          Laki-laki : didekatkan dengan Ayahnya.

Ego sentris mereda à sosio sentris.

Tanggungjawab moral: peran sosial sudah berjalan ----sholat berjamaah, bermain dg ayah, peran keayahan lainnya dalam masyarakat.

Menjelang masa pengenalan pra-baligh. Berhubungan dengan dimensi biologis, menjelaskan tentang tata cara mandi wajib, konsekuensi memiliki sperma.

-          Perempuan: didekatkan dengan Ibunya, agar peran keperempuanan dan peran keibuannya bangkit.

Menjelang masa pengenalan pra-baligh. Perlu pendekatan dimensi biologis tentang alat reproduksi wanita. Cara bersuci dari haid dan konsekuensi memiliki rahim.

Pada usia ini bisa dilatih tugas spesifik pada anak.

Contoh kegiatan yang diharapkan mendekatkan anak pada fitrah seksualitasnya:

-          pada anak laki-laki :
·         mengajak adik bermain
·         berlatih menjadi korlap sholat berjamaah di rumah
·         ikut mengecek kondisi rumah sebelum tidur
·         lebih banyak bermain bersama Ayah

-          pada anak perempuan :
·         ikut merawat Adik: menyuapi, memandikan, mengantar ke kamar mandi
·         merawat hewan peliharaan
·         memlihara tanaman
·         masak untuk keluarga
·         belajar menjahit dan pekerjaan detail lainnya

Secara umum, 3 keahlian yang harus dikuasai oleh anak-anak:

1.       Keahlian individual
2.       Keahlian berkeluarga
3.       Keahlian komunal/ komunitas

Jika telah selesai dengan keahlian individual, bisa dilanjutkan dengan keahlian berkeluarga. Jika telah tuntas dengan keahlian berkeluarga, bisa dilanjutkan dengan keahlian komunal/komunitas.

.

Pada kesimpulannya, melatih beberapa pekerjaan rumah kepada anak diharapkan bisa mendekatkan mereka pada jati diri seksualitas yang sesuai dengan kodrat mereka.

Fitrah seksualitas yang tumbuh paripurna kelak diharapkan akan menghantarkan mereka pada peran Ayah sejati dan Ibu sejati.

Sumber bacaan :

Harry Santosa, 2015, Fitrah Based Education

PKBI DI Yogyakarta, Pengertian Seks dan Seksualitas

2. MEDIA EDUKASI DARI KELOMPOK 2
Media edukasi yang dibuat kelompok 2 adalah berupa lagu yang isinya perbedaan laki-laki dan perempuan. Berikut link media tersebut :
https://www.instagram.com/p/Bn_VETUAhtb/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=1rrv5y28loiyl

3.PERTANYAAN DAN JAWABAN PRESENTASI KELOMPOK 2
1⃣ Nurul Fitriyah

Tentang peran2 Ayah baik pembuat visi misi, penanggung jawab pendidikan, the person of tega dll itu apakah harus selalu berlaku demikian? Mengingat, sering menjumpai sebuah keluarga justru yang lebih 'tegas' adalah sang ibu, punya visi misi sedangkan untuk sang ayah lebih alus2, luwes, dan humoris.

Ada juga peran tersebut telah disadari oleh masing-masing pihak, ayah penanggung jawab pendidikan dan punya visi misi yang besar, dan ibu sebagai pelaksana.

Lalu ada istilah pembagian tugas dan peran mendidik anak, ayah ikut andil baik urusan mendidik atau urusan domestik. Sejauh mana ini bisa dikolaborasikan  mbak?

Jawab:
 Tidak harus. Ini kembali lagi kepada referensi dan pengalaman yang diterima seseorang sejak ia lahir hingga dewasa. Pola asuh dan lingkungan yang berbeda-beda akan menghasilkan karakter orang dewasa yang berbeda pula.
Demikian pula bakat yang melekat dalam diri seseorang.  Apakah ia seseorang yang memang melow, periang dan sebagainya.
.
Ayah lebih banyak mendapat label "the person of tega", tapi tidak mutlak.  Karena pada intinya kolaborasi orang tua dalam menumbuhkan teladan. Anak segan dan menghormati orang tua dengan sendirinya tanpa merasa ditakuti.

Ayah Ibu tetap pada porsi masing-masing sesuai fitrahnya. Namun dalam kehidupan sehari-hari adakalanya kita terdapat kekurangan-kekurangan dalam diri dan pasangan terkait pendidikan anak dan keluarga. Jadi  sederhananya kita saling melengkapi dan tetap  terus belajar memperbaiki kekurangan diri.
.
Dengan adanya ilmu yang kita terima, inilah saatnya untuk menegaskan peran fitrah anak-anak kita.
Agar tumbuh menjadi laki-laki  dan perempuan yang sesuai fitrahnya.

 2⃣ assalammu'alaikum
Ruswita-Tulungagung

1. bagaimana cara menjelaskan menstruasi, dan kenapa harus bersuci seperti itu? apakah menunggu mereka mimpi basah/mengalami mens dulu?

2. bagaimana bila anak lelaki usia 7-10 tahun suka membantu menemani adik2nya ke toilet, suka menanam dan suka juga merawat hewan? apakah tidak apa2?

3. ayah sebagai person of tega dan ibu pembasuh luka. Apakah ini sama artinya ayah yang negur dan negesin, lalu ibu yang menenangkan kalo anaknya tidak suka ditegur ayah?

maaf kepo nya banyak. terimakasih

Jawab:

Pertanyaan ke 1. Bisa dimulai dengan menjelaskan apa penyebab menstruasi, biasanya menstruasi umur berapa, paling telat umur berapa, dan seterusnya.
Tidak harus menunggu menstruasi dulu untuk menjelaskannya, bisa dimulai usia 8 tahun. Karena idealnya anak perempuan akan memulai siklus menstruasinya antara usia 9 - 15 tahun. Kenapa harus bersuci seperti itu ? Membersihkan alat kelamin wanita caranya dari bagian depan ke belakang, untuk mencegah berpindahnya bakteri atau bibit penyakit yang ada di anus ke bagian kemaluan yang nantinya bisa menimbulkan infeksi.

Pertanyaan ke 2:
1. Untuk usia anak menjelang 9-10 tahun, jika komunikasi antara orangtua dan anak berjalan baik, tidak ada salahnya membahas secara terbuka apa yang akan terjadi ketika seorang anak perempuan mengalami menstruasi. Jika perlu, disertai penjelasan gambar. Menstruasi sebagai akibat peluruhan dinding rahim , dsb.
Jika anak tidak bertanya mengapa ada rahim dan apa fungsi rahim, sebaiknya tidak perlu dijelaskan terlebih dahulu.
Lebih baik preventif , menjelaskan saat belum terjadi.

Jika dirasa, anak sudah menyadari fitrah kelelakiannya sejak usia 3 tahun. Dan sudah bisa menegaskan dirinya adalah laki-laki, tidak mengapa.
Namun, di lain waktu Ayah harus hadir dan berinteraksi yang cukup dengan sang anak. Kenalkan juga olahraga yang menunjukkan maskulinitas. Kenalkan pada komunitas kegiatan anak laki-laki yang seru, seperti sepak bola dll. Agar menguatkan fitrah kelelakiannya.

Pertanyaan ke3. Sebagai penegak maskulinitas, pemilik ego, Ayah sebaiknya punya otoritas yang lebih tinggi dalam menegakkan aturan.
.
Pernahkan merasa terluka? Diejek teman, tidak ada yang mau perduli dengan diri kita yang anak-anak atau remaja?
Yup, disinilah peran Ibu, untuk menyamankan anak-anaknya.
Dalam hal teguran Ayah kepada anak, seharusnya Ayah-Ibu harus mempunyai kesepakatan terlebih dahulu. Tidak elok, ketika Ayah memberi teguran Ibu langsung membela sang anak.
Ibu ada, untuk memberi ketenangan.

 3⃣ Agie-Malang
Sebenarnya apa perbedaan mendasar pembagian tugas kerumahtanggaan pada anak laki-laki dan perempuan? Sedang dalam prakteknya seringkali dalam sebuah rumah ayah dan ibu saling membantu untuk semua pekerjaan rumah tangga.

Jawab
Sebagai latihan dalam menguatkan fungsi dan peran gender.
.
Dalam sebuah artikel, disebutkan bahwa kodrat yang melekat pada wanita adalah 'merawat dan melayani'.
Sedangkan laki-laki 'berburu'.
.
Kodrat ini bersesuaian dengan pembagian Fitrah Peran pada Laki-laki dan Perempuan.
.
Seorang anak laki-laki perlu dilatih 'insting' laki-lakinya. Demikian juga anak perempuan harus dihidupkan peran merawat dan melayaninya.
Dan ini bisa dilakukan dengan latihan dalam proses hidup yang sebenarnya.
.
Sehingga ketika ia dewasa, semua fitrah peran ini bisa tuntas. Saat ia menikah, selain menuntaskan tanggungjawab dirinya, ia juga bisa merasakan empati kepada pasangannya.

 4⃣Hasri, Ponorogo

Tentang pembagian tugas rumah tangga sesuai gender, Bagaimana dengan keluarga yg menerapkan anak laki2 ataupun perempuan harus sama2 belajar semua peran, jadi anak laki2 pun diajarkan bisa memasak, anak perempuan juga dilatih untuk bisa melakukan pekerjaan laki2 seperti membetulkan keran bocor dll. Apakah itu termasuk yg tidak selaras dg fitrah seksual anak?

Jawab

Pada akhirnya anak perempuan dan laki2 tetap saling mengenal berbagai pekerjaan rumah tangga.  Tapi untuk anak usia 3-7 tahun,  fase ini adalah pengenalan dan penguatan gender sesuai fitrah,  sehingga saat dia tumbuh dewasa dia bisa mengerjakan tugas laki-laki maupun perempuan tanpa harus berganti gender.
.

Sejauh tidak melanggar norma agama dan hal mutlak lainnya, hal tsb bisa dilakukan.
Sebaiknya memang sbg ortu kita mendidik anak sesuai fitrah dan sekaligus menyiapkan anak untuk mampu mjd pribadi yg mandiri, tangguh,bermental kuat dan lifeready.
Jd saat tugas wanita tidak ada yg mengerjakan , para laki2 bisa mengerjakan pun sebaliknya jika tugas laki2 sedang tidak ada yg mengerjakan, para wanita juga mampu mengerjakan

 5⃣ Jazilatur
Assalamu'alaikum
Saya ijin bertanya. Pada pembahasan hasil diskusi disebutkan bahwa secara umum ada 3 keahlian yang harus dikuasai anak2; individu, berkeluarga dan komunal.
Mohon dijelaskan kegiatan yang dapat dilakukan apa saja sesuai keahlian tersebut dan pada usia berapa dapat dilatihkan?
Terima kasih

Jawab
Dalam materi yang kami tampilkan, ada 3 keahlian dasar yang harus dikuasai seorang anak:
1. Keahlian individual; jangkauannya luas sekali. Sederhananya kemampuan seorang anak untuk bertahan hidup. Seorang anak bisa mencuci baju, membereskan tempat tidur, menyapu kamar yang ia tempati, kemampuan masak minimal untuk dirinya sendiri, kepiawaian dalam belajar tanpa harus disuruh, dll.

2. Kemampuan berkeluarga, setelah anak mampu menyelesaikan masalah-masalah dirinya sendiri , baru anak "naik kelas" dilibatkan dalam kegiatan keluarga: mengukur lauk yang dimakan, disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga, menyiapkan meja makan bersama, menyapu areal yang lebih luas, dsb.

3. Keahlian komunal: keahlian seorang anak untuk terlibat dalam hidup bermasyarakat yang lebih luas dari sekedar keluarga kecilnya.
Misalkan ketika ada sampah berserakan, anak tergerakkah untuk memunguti dan menaruhnya di tempat sampah? Atau sudah mulai tumbuh kan kesadaran untuk sholat berjamaah di masjid.

#bundasayang
#fitrahseksualitas
#gamelevel11
#review2

Ayahku Kutu Buku (?)

Sosok ayah bagiku adalah sosok yang teramat samar. Bagaimana aku bisa mengenal dia, sedang bayang wajahnya saja tak pernah hinggap di mataku, bau tubuhnya pun tak pernah kuingat terindera hidungku. Ah, ayah bagiku adalah bayang abu-abu di kegelapan malam.

Aku mengenal sosoknya hanya dari cerita orang, dari foto-foto yang terekam, serta dari barang peninggalannya. Dia menyukai fotografi, musik, dan buku. Betapa banyak hasil fotonya, kaset musik hingga buku di lemari rumahku dulu. Kabar dari eyangku, pangkal hidungnya sampai bengkok terkena kacamata yang selalu dia kenakan saat membaca buku. Ah ayah, betapa rindu ini samar, seperti hujan yang merindukan awan, sesuatu yang menyebabkannya ada.

Aku akan selalu mengingat masa kecilku, membaca buku-buku tulisan S.H Mintardja yang meski terkadang sulit kumengerti coba kupaham-pahamkan. Cerita-cerita bersambung yang kupikir di jaman ini sudah jarang ada yang membaca. Kisah-kisah kolosal yang sering membuat otak kecilku sejenak merenungkan apakah sebenarnya yang dimaksudkan penulis. Ah ayah tapi aku belum membaca semua bukumu ketika tukang loak akhirnya mengangkatnya dari rumahku.

Tapi aku terkesan ayah, bahkan aku masih ingat kisah tentang Jlitheng yang menemukan mata air di antara 3 pohon yang saling melilit, bukankah itu indah? Ayah apakah kau ingin mengajakku berpetualang melalui buku? Melalui kisah berjilid-jilid tentang Arya Manggada dengan kudanya?



Ayah, benarkah kau kutu buku seperti kata eyang?

Agie Botianovi Sugiharto
22 September 2018

Jumat, 21 September 2018

Review Presentasi Kelompok 1 by Agie Botianovi

Kelompok 1 adalah kelompok saya sendiri yang mendapat kesempatan pertama untuk presentasi. Kelompok saya terdiri dari
1 Agie Botianovi
2 Sri Lestari
3 Imaniar P
4 Supriatin
5 Ruswita P S
6 Zeina R
7 Ninda Rizki F

1. REVIEW MATERI DARI KELOMPOK 1

FITRAH SEKSUALITAS

1. Apa itu Fitrah Seksualitas?
Fitrah seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa, dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai seorang lelaki sejati, atau sebagai perempuan sejati.
Secara umum fase seksualitas pada anak dibagi menjadi:
1. Fase oral (0-2 tahun): nikmat saat menghisap puting susu ibu.
2. Fase anal (2-4 tahun): merasa nikmat saat mengeluarkan feses dari anus.
3. Fase phallic (4-7 tahun): anak mulai memegang alat kelamin.
4. Fase genital (8-12 tahun): mulai tertarik pada lawan jenis.

Tahap pendidikan seksualitas pada anak sebagai berikut:
1. Tahap usia 1-5 tahun: kenalkan anggota tubuh secara detail.
2. Tahap usia 5-10 tahun: jawab pertanyaan anak secara benar.
3. Tahap usia 10-12 tahun: kenalkan tentang haid, mimpi basah, dan perubahan fisik.

2. Apa pentingnya membangkitkan fitrah seksualitas?
Kurangnya pengetahuan seksual pada anak akan memicu keingintahuan berlebih pada anak, terutama jika anak tersebut telah menginjak remaja. Anak-anak, khususnya remaja,rentan terhadap informasi yang salah mengenai seks. Keberadaan sosok ayah dan sosok ibu serta peranan keduanya berkaitan erat dengan kesesuaian fitrah kelelakian dan fitrah kewanitaan.
a. Usia 0-2 tahun
Sesuai kebutuhan anak untuk menyusu, pada usia ini anak didekatkan pada ibunya.

b. Usia 3-6 tahun
Anak laki-laki dan perempuan didekatkan dengan ayah dan ibunya secara seimbang.
Anak laki-laki dapat mengatakan “Aku adalah anak laki-laki seperti ayah, “ dan anak perempuan dapat mengatakan “Aku adalah anak perempuan seperti ibu. “

c. Usia 7-10 tahun
Anak laki-laki didekatkan dengan ayah, diajak sholat berjama’ah, diajak bermain dengan ayah, diberi nasihat tentang kepemimpinan dan cinta, dijelaskan tata cara mandi wajib dan konsekuensi memiliki sperma.
Anak perempuan didekatkan dengan ibu, diajari tentang peran keperempuanan dan peran keibuan, dijelaskan tentang konsekuensi adanya rahim dan telur yang siap dibuahi.

d. Usia 10-14 tahun
Dilakukan pemisahan kamar antara anak laki-laki dan perempuan.
Diberikan warning keras jika anak tidak mengenal Tuhan secara mendalam, misalkan jika meninggalkan sholat.
Anak laki-laki didekatkan dengan ibu agar dapat memahami secara empati sosok wanita terdekatnya. Ibu menjadi sosok ideal pertama dan tempat curhat bagi anak laki-laki.
Anak perempuan didekatkan dengan ayah. Ayah menjadi sosok ideal pertama dan tempat curhat anak perempuan.

3. Masalah yang dihadapi berkaitan dengan gender
Kebanyakan orang tua masih menganggap pendidikan seks sebagai hal yang tabu untuk dibicarakan, akibatnya anak mencari tahu dari tempat lain.
Mudahnya akses di internet tentang seksualitas/pornografi.
Kekerasan seksual terhadap anak.
Anak mengenal tentang pacaran.
LGBT dan eksposnya di media sosial.

4. Solusi terhadap masalah yang dihadapi berkaitan dengan gender
Kesadaran orang tua untuk belajar tentang fitrah seksualitas.
Menerapkan fitrah seksualitas sesuai usia anak.
Menjalin hubungan yg baik dan terbuka antara orang tua dan anak.
Tidak menganggap tabu membahas perihal seksualitas, bagian mana yang perlu dijaga dari pandangan atau sentuhan orang.
Membentuk kepribadian berani menjaga diri sendiri.
Memberi pandangan tentang pacaran pada usia remaja dan kapan boleh mengenal lawan jenis lebih dekat sesuai ajaran agama.
Orang tua memberi contoh yang benar, misalkan dengan tidak telanjang di depan anak.
Anak dibiasakan memakai pakaian sesuai gendernya.

Referensi:
Santosa, Harry. 2017. Fitrah Based Education. Yayasan Cahaya Mutiara Timur.

Indonesia Belajar Parenting, https://m.facebook.com/indonesiaparenting/posts/487089238305266, diakses tanggal 19 September 2018.

Komunitas Institut Ibu Profesional. 2013. Bunda Sayang : 12 Ilmu Dasar Mendidik Anak. Jakarta : Gazza Media.

2. MEDIA EDUKASI DARI KELOMPOK 1
Media edukasi seks dari kelompok 1 berupa video interaktif mengenai perbedaan laki-laki dan perempuan.  Berikut link videonya:

https://youtu.be/X2Zu0VKGreQ


3. PERTANYAAN DAN JAWABAN PRESENTASI KELOMPOK 1

1. PERTANYAAN:
(SARI, MALANG)
1. Usia berapa yang paling aman untuk mengajak anak berdiskusi ttg seksualitas? Secara verbal??

JAWABAN:
1. Sesuai tahapan usia, diskusi tentang seksualitas bisa dimulai saat anak umur 3 tahun, misalkan mengenalkan perbedaan laki-laki dan perempuan, dengan bahasa yang sesuai dengan usia mereka tentunya.
Seiring pertambahan usia, bahan diskusi juga berubah.
Usia 10-12th mulai mengenalkan haid, mimpi basah, dan perubahan fisik. Pada fase ini penjelasan sudah mulai mendetail.

2. Secara umum, pengamatan Mba-Mba sekalian selama ini apakah pendidikan ttg seksualitas di sekolah sdh memadai? mungkin di PAUD atau TK?
3. Sebaiknya, pendidikan seksualitas di TK ini bagaimana?

JAWABAN(2 dan 3):
2 dan 3.
 Menurut kami pendidikan seksualitas di PAUD  belum mencakup keseluruhan konsep fitrah seksualitas karena sebagian besar guru-guru PAUD hanya perempuan.
Sebaiknya bagi anak usia PAUD sudah saatnya dikenalkan guru laki laki sebagai sosok ayah dan guru perempuan sebagai sosok ibu.

2. PERTANYAAN
(IIL, JOMBANG)
NO. 4
 Mbak, terkait tantangan gender, apabila anak terlahir dalam keluarga yang masih menganut patrilineal  atau sebaliknya, bagaimana mengubah cara mendidik anak agar tidak ada yang dianakemaskan? Karena dikhawatirkan akan berpengaruh pada pertumbuhan fitrah seksualitasnya
     JAWABAN:
  No.4
 Konsep patrilineal ini memang sulit untuk dihapuskan, karena jika dikaitkan dengan agama, secara fitrah laki-laki adalah pemimpin.
Tetapi yang perlu diubah adalah cara kita sebagai orang tua dalam menghargai emansipasi terhadap perempuan. Oleh karena itu anak laki-laki  pada usia 10-14 tahun didekatkan dengan ibu supaya memahami wanita sehingga tidak akan timbul rasa superior sebagai laki-laki.
Dan pola asuh orang tua harus diubah dengan tidak menganakemaskan. Harus sama rata. Adil. Adil artinya sesuai porsi gender masing-masing.

3. PERTANYAAN
(TIKA, TULUNGAGUNG)
NO.5
Disekitar lingkungan saya masih byk anak-anak kecil yg telanjang di luar rumah atau mandi diluar kadang ada yang pipis jg diluar. Sudah saya ingatkan misalnya pas pipis di luar ada ibunya..eh kok g di kamar mandi. Secara pribadi, jg saya sarankan. Tapi sepertinya belum ngreken. Mhn diberi solusi / tips yg lain
JAWABAN:
Yang perlu diberitahu adalah orang tuanya. Bagaimana konsep membangkitkan fitrah seksualitas anak. Pun bagaimana dampaknya jika tidak dijaga dengan benar. Maka dari itu mbak Tika bisa mengajak perlahan secara persuasif untuk mengubah konsep-konsep yg dianggap jamak seperti kasus-kasus tersebut.
Karena akibatnya bisa fatal.
Bisa dicontohkan kasus-kasus pencabulan anak usia dini, LGBT, dll. Na'udzubillah min dzalik..
Harapannya orang tua akan tercerahkan.
Juga bisa mengingatkan anak-anak dengan kata-kata seperti "Nanti bisa sakit lo karena gak higienis, banyak kuman lo."
Tetapi poin pentingnya adalah, bahwa kuncinya ada pada pendekatan ke orang tua agar orang tua sadar untuk belajar tentang fitrah seksualitas yang benar.
NO.6
Anak saya umur 8 tahun masih sering menyentuh kemaluannya.misalnya saat mau tidur. Atau saya dapati pagi-pagi saat bangun pagi. Apa yg sebaiknya saya lakukan. Sudah saya minta berhenti tapi kadang kalau lupa ngelakuin lagi. Msh tahap wajar tidak?
JAWABAN:
Hal ini salah satu kewajaran karena merupakan naluri lelaki. Tetapi sebaiknya dihentikan. Amati, kapan dan pada saat bagaimana anak melakukannya. Kira-kira pada waktu anak akan memegang, segera cari pengalihan dan beritahu bahwa hal iti tidak baik.
4. PERTANYAAN
(ARIES, NGANJUK)
NO. 7
Menurut pendapat/saran tmn2 bagaiman jika salah satu figure orangtua (ayah) tidak optimal dalam menjalankan peran karena LDM, sedang figure pengganti laki2 spt kakek sudah ndak ada, dan anak sehari2 berada dalam lingkungan perempuan semua. 🙈 _kebetulan ini kasus yg sedang sy alami_ 🙇‍♀kira2 solusi terbaik apa yg dapat dilakukan ?
JAWABAN :
Saran kami bagi anak yang harus menjalani hubungan jarak jauh dengan ayah bisa didekatkan dengan saudara terdekat sebagai sosok ayah, seperti kakek, paman, atau om.
Komunikasi dengan ayah harus terjalin secara terus menerus (bisa menggunakan video call atau media lain).
Dan selalu ceritakan tentang sosok ayah, bagaimana dia bertanggung jawab sampai harus kerja jauh demi keluarga.
Sampaikan penjelasan tersebut dengan bahasa logis anak2 yang menumbuhkan rasa cinta.

#bundasayang
#fitrahseksualitas
#gamelevel11
#review1

Bertemu Saudara Sepersusuan


Setelah bertahun tidak pernah tahu dan berjumpa, alhamdulilah saat perjalanan ke Banjarmasin kemarin Jundi bisa bertemu dengan saudara sepersusuannya. Adalah Tiara, gadis cantik yang dulu pernah meminum air susuku. Saat kami sampai di bandara Syamsudin Noor, Mommy Tiara dan Tante Eta serta Eira adik Tiara yang menjemput kami di bandara.

Air mata saya tiba-tiba meleleh saat Mommy yang sedang menyetir bercerita tentang percakapannya dengan Tiara sebelum Bunda datang.
'Tiara nanti ada Bunda mau datang, dulu Tiara pernah minum air susu bunda, jadi Tiara anak Bunda juga,'
Ah meleleh, ternyata Mommy justru mempersiapkan hal itu, hal yang saya tidak terpikir sebelumnya.

Sebelum sekalian menjemput Tiara pulang sekolah kami diajak makan dulu mencicipi ikan bakar khas Banjar. Macam ikannya lumayan banyak dan namanya cukup asing di telinga saya seperti ikan lais, ikan haruan, dan beberapa ikan yang saya lupa namanya. Ada juga urap-urap khas Banjar dan sayur semacam lodeh yang saya lupa namanya. Lalu sambelnya sambel pencit yang rasanya seperti ada terasinya namun pas di lidah saya.

Setelah makan, kami lanjut ke sekolah Tiara, dan ternyata setelah satu mobil Tiaranya masih malu-malu diminta 'salim' ke Bunda. Dan wah, Tiara sudah besar dan cantik. Tiara sekarang sudah sekolah SD, sedang Jundi kakak susuannya masih TK B. Karena Jundi memang saya cukupkan 7 tahun baru SD.

Sampai di rumah eyang Tiara yang adalah sepupu bunda, tak lama ternyata Jundi dan Tiara sudah menjadi akrab bermain dan belajar. Mereka beberapa kali main tebak-tebakan bersama ayah Jundi.
'Eh kita kan saudara saudari...' sekilas saya dengar Tiara berbicara ke Jundi. Alhamdulillah.

Tak terasa tiga hari kami berada di Banjar dan saatnya kami pulang. Di perjalanan pulang Tiara dan Jundi tertidur saling menyandar, bunda dan ayah mau memfoto sudah tak sempat lagi karena pikiran sudah ke boarding time yang sudah mepet. Sebelum tertidur Tiara sempat berpesan, 'Kalau ke sini lagi mas Jundi harus main ke rumahku ya, ada di jalan .... (saya lupa)'. Ah Tiara, maaf ya kami cuma sebentar saja di Banjar.

Setelah berpamitan dan bergegas untuk check in tak diduga boarding time maju 30 menit dari jadwal yang tertera di tiket, aw aw, benar-benar berkejaran. Kebersamaan yang teramat singkat. Semoga hingga kelak bunda dan mommy tiada, kalian tidak putus silaturahim ya Jundi dan Tiara.

Diselesaikan 20 September 2018
Bunda Jundi

*foto 6 tahun lalu vs foto sebulan yang lalu

Selasa, 28 Agustus 2018

Tentang Cinta

Entahlah tiba-tiba ingin menulis tentang cinta. Seperti puisi-puisi picisan yang sering saya tulis dulu jaman SMA. Atau seperti puisi-puisi Rangga? 😅



Tak peduli Rangga-Cinta, Adit-Tita, atau justru Pras-Arini. Kalau di sini adanya Dayat-Agie 😁.

Tujuh tahun pernikahan, konon telah melewati masa ujian kritis di lima tahun pertama. Dan tentang cinta? Sudahkah kita saling mencinta?

Kalau kata Agnes Mo cinta kadang tak ada logika. Namun bagi saya tetap saja sejatinya cinta adalah untuk meraih kesempurnaan cinta-Nya. Inti sari dari saling mencinta adalah untuk meraih ridhoNya.

Ah maafkan, dari kemarin suasana hati lagi baper 😅. Menginjak usia pernikahan yang sudah 7 tahun yang menurut penamaannya adalah masuk usia tembaga, maka ujian cinta di usia ini menurut apa yang saya rasakan berbeda dengan ujian di tahun-tahun sebelumnya.

Konon ujian terberat sebuah pernikahan terjadi pada usia kayu (5 tahun) dan pada usia tembikar (20-25 tahun). Alhamdulilah ujian pertama sudah terlewati, yang entah apa bentuknya namun bisa membuat kami lebih dewasa dalam mencinta. Saya merasa diri ini yang terbilang masih 28 tahun terkadang harus menepis jiwa muda saya demi menyamakan langkah dengannya yang terpaut hampir satu dasawarsa. Ah tapi bukankah diapun seringkali harus berubah menjadi kanak ketika harus menyamakan sudut pandang denganku?

Dan begitulah cinta, seringkali harus menepis ego dan saling mengisi ego pasangan. Bukankah indahnya cinta adalah meraih sakinah? Ketenteraman jiwa demi ibadah kepadaNya. Maka ketika dengan menikah kita bisa lebih menjaga pandangan, tentu ibadah akan lebih tenteram bukan?

Semoga cinta ini hanyalah demi meraih ridho Sang Pencipta.

Agie istri Cak Day
28 Agustus 2018
Writing therapy ala Agie 😅