Jumat, 19 Januari 2018

Melatih Kecerdasan (15) (Menonton Kisah Nabi dan Belajar Warna)



Bicara tentang layar datar, saya sepakat anak-anak sebaiknya tidak terlalu sering berinteraksi dengannya. Walau saya juga meyakini ada sisi positif dari layar datar ini, apalagi untuk anak dengan gaya belajar audio-visual.

Anak-anak saya juga bukan anak yang steril dari gagdet, ada jam tertentu mereka boleh melihat video atau bermain dengan gadget, yang tentunya dengan kandang waktu yang kami sepakati.

Salah satu cara saya memanfaatkan gagdet agar tidak sia-sia bagi anak adalah dengan cara menonton bersama video kisah nabi. Semalam kami memutar kisah Nabi Musa a.s dan Nabi Harun a.s. Dan tentu saja di kegiatan ini Jundi yang paling antusias banyak bertanya tentang kisah Nabi Musa a.s. Namun karena di level ini saya sudah memilih Fara sebagai partner, maka saya akan membahas Fara.

Fara juga terlihat antusias meski beberapa kali dia tidak fokus, namun saya yakin kisah ini setidaknya bisa masuk ke alam bawah sadarnya yang semoga akan ia ingat hingga ia dewasa kelak.

Beberapa hari terakhir Fara juga sedang suka belajar warna dari buku. Tentunya semua buku anak yang saya belikan full colour dengan banyak gambar ilustrasi di dalamnya, nah Fara (dan juga Fasya) sedang asyik menunjuk tiap gambar dan mencoba menyebutkan warnanya. Penyebutan warna ini, Fara saya ajarkan hanya satu bahasa dulu, yaitu bahasa ibu. Dan saya yakin ketika bahasa ibu sudah lancar maka akan mudah mengajarkan bahasa asing kepadanya.



Alhamdulillah dua aktivitas ini bisa mengasah kecerdasan spiritual, intelektual, dan adversitynya. Karena ini adalah hari terakhir saya di level ini, semoga saya bisa konsisten dan lebih terjadwal dalam membuat aktivitas yang melatih kecerdasan anak. Bismillah.

#tantangan_hari_ke15
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Kamis, 18 Januari 2018

Melatih Kecerdasan (14) (Membuat Donat)



Kegiatan kami kemarin adalah membuat donat bersama. Meski ibunya udah lama banget gak bikin. Jadi resepnya nanya ke salah satu walmur temen Jundi sekolah dulu.

Kegiatan ini terinspirasi dari playdough yang tempo hari didapat dari kegiatan di sekolah Jundi. Gara-gara playdough itu saya jadi ingat dulu sebelum ada si kembar saya pernah bikin donat bareng Jundi, dan kegiatan itu sudah seperti main playdough. Bedanya kalau donat bukan lagi roleplay, tapi memang beneran membuat 'sesuatu'.



Kali ini saya mencoba modifikasi dengan mengganti susu dengan yang rasa coklat. Sebelum memulai saya ucapkan bismillah keras, agar anak-anak terbiasa. Pencampuran adonan saya kerjakan sendiri sambil sesekali dibantu Jundi. Fasya beberapa kali tak sabar ingin ikut meremas. Akhirnya setelah kalis dan mengembang, saya ajak mereka membentuk bersama. Dan Fara ternyata masih kesulitan (karena adonannya kurang kalis, entah apa yang salah ๐Ÿ™ˆ, mau saya tambah terigu lagi khawatir bantat). Saya bantu mereka membentuk bulatan dan bentuk yang entah.

Setelah selesai semua saya ajak mereka tidur sembari menunggu mengembang lagi. Mau saya goreng sendiri ternyata Fara bangun dan agak rewel, jadilah saya goreng sambil menggendong. Sebagian saya goreng setengah matang agar bisa saya froozen. Alhamdulillah anak-anak suka meski dimakan tanpa toping dan bentuknya gak karuan ๐Ÿ˜….

Yang terpenting dari kegiatan ini adalah anak jadi tahu tahapan membuat kue, selain itu juga melatih motorik halusnya yang penting untuk melatih kecerdasan intelektualnya.

#tantangan_hari_ke14
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Rabu, 17 Januari 2018

Melatih Kecerdasan (13) (Bermain puzzle)


Permainan simple yang ini ternyata juga bagus untuk merangsang kecerdasan anak terutama kecerdasan intelektualnya. Untuk anak usia 2 tahun seperti Fara, saya membelikan puzzle berknop agar mudah melepas dan memasang. Serta, puzzle yang dipakai baru di tahap menyamakan bentuk, belum di tingkat menyusun gambar.



Mengerti bentuk, menyamakan, ternyata penting bagi anak untuk kemampuannya menulis kelak, karena dari permainan ini anak tau garis miring, tegak, dan sebagainya. Bukankah menulis huruf juga menuliskan sebuah bentuk?

Untuk puzzle yang ini alhamdulillah Fara sudah mahir tanpa saya bantu, pun dengan penyebutan warnanya, alhamdulillah dia sudah mulai bisa menunjukkan mana warna yang tepat.

#tantangan_hari_ke13
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Selasa, 16 Januari 2018

Melatih Kecerdasan (12) (Menyayangi hewan)


Salah satu jenis kecerdasan intelektual adalah kecerdasan naturalis yang salah satu cirinya adalah menyayangi hewan. Di rumah sendiri kami sekarang memiliki 2 ekor ikan mini (yang kami gak tahu namanya) pemberian saudara. Awalnya ada 3, tapi mati 1 tinggal 2. Beberapa kali saat memelihara ikan, ikannya pada mati, walau lama hidupnya tiap ikan beda-beda.

Dua hari yang lalu ayah mengajak kami sekeluarga makan di luar karena ada mbah dari Pasuruan. Tempat yang dipilih adalah tempat yang ada aquarium juga kolam ikannya, jadi sambil makan di lesehan anak-anak bisa melihat ikan yang seliweran. Kalau saya dan suami memang lebih suka ke tempat makan lesehan jika mengajak anak-anak ikut serta. Namun terkadang lesehan saja tak cukup membuat nyaman mereka, perlu sesuatu yang mampu mengalihkan perhatian agar mereka betah.



Saat sampai di tempat makan, Fara tertidur, jadilah Jundi dan Fasya yang girang melihat ikan di akuarium tepat di sebelah meja. "Wha, ada ikan besar... " sahut saya agar mereka ikut antusias. Ada ikan yang cukup besar kira-kira panjangnya 30cm lewat di akuarium sebelah meja kami. Fasya dan Jundi senang melihatnya, walau mereka awalnya ragu menempelkan tangan ke akuarium.

Tak berapa lama pesanan makan datang dan kami mulai makan. Fara baru terbangun ketika kami sudah setengah jalan makan. Dia pun antusias melihat ikan yang lewat di akuarium sebelah meja kami.



Sebelum pulang, mereka melihat ikan di kolam besar yang ada tepat di depan meja kami, alhamdulillah. Selain mengasah kecerdasan naturalis, kegiatan ini juga bisa mengasah kecerdasan spiritual mereka dengan mengagumi ciptaan Allah.


#tantangan_hari_ke12
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Senin, 15 Januari 2018

Melatih Kecerdasan (11) (Buku emosi)


Dari dulu sebenarnya maju mundur terus mau beli buku ini, mahalnya bikin nelen ludah (bagi saya lho ya, karena mahal murah itu relatif ๐Ÿ˜€). Namun alhamdulillah Allah mampukan saya beli buku yang reject, hehe. Rejectnya hampir gak keliatan bagian mana, tapi harga hanya setengahnya, lumayan kan sisanya bisa buat beli buku emaknya ๐Ÿ˜ (emak irit).



Buku emosi yang dikemas dengan judul 'Hmmm' ini sangat membantu anak-anak saya untuk mengerti jenis-jenis emosi. Apa pentingnya? Penting, karena salah satu indikasi kecerdasan emosi adalah seorang anak tahu emosi apa saja yang sedang terjadi pada dirinya. Kalau Fara, antusias banget ketika saya ajari berbagai macam ekspresi, ibunya juga mesti total kalau mencontohkan ๐Ÿ˜ฌ.

Yang saya tahu, anak tantrum nangis gak jelas salah satu penyebabnya dia gak tahu emosi apa yang sedang terjadi pada dirinya dan dia kesulitan mengungkapkan, jadilah nangis gak jelas. Maka penting pelajaran emosi ini.

Selain tentang emosi, buku ini juga dilengkapi dengan sentuh rasa, melatih anak mengenal macam-macam tekstur. Ini juga penting untuk melatih motorik halus anak yang nantinya akan sangat berperan untuk perkembangan ketrampilan tangannya seperti menulis dan lain sebagainya.

#tantangan_hari_ke11
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Minggu, 14 Januari 2018

Anakku, Anak Akhir Jaman



Anakku anak akhir jaman
Begitu berat beban kalian
hingga bunda tak kuasa
Membayang jaman
yang akan kalian hadapi

Anakku anak akhir jaman
Sudah siapkah bunda
mempersiapkan kalian?
Terbayang betapa berat
huru hara akhir jaman

Anakku anak akhir jaman
Terjal nak
Bunda yakin kalian bisa

Anakku anak akhir jaman
Semoga Allah lindungi
Kalianlah tombak kemenangan islam!

Bunda Jundi
13 Januari 2018
02.37

#RumbelMenulis
#InstitutIbuProfesional
#PuisiTentangAnak
#WeeklyChallenge