Kamis, 03 Mei 2018

Umroh Backpacker (SUB-KUL Berdua Saja)



Sekitar h min 2 hari, salah satu founder Musahefiz pak Musjeng menshare prosedur check in saat di bandara. Dari cara penyampaiannya, saya dan suami sudah merasa was-was dengan checking imigrasi. Mulai dari harus menyembunyikan boarding pass KL-Jeddah sampai cara menjawab petugas imigrasi. Jujur membacanya saya cukup tegang dan berpikir yang tidak-tidak. Mana dari SBY cuma berdua dengan suami lagi ๐Ÿ˜‚.

Namun ternyata alhamdulillah imigrasi dilewati dengan lancar. Awalnya sempat keder karena ternyata harus maju satu per satu gak bareng suami. Tapi ternyata dapat petugas yang gak belibet. Usai periksa boarding pass SBY-KUL dan passport milik saya, petugas langsung bertanya tentang kartu kuning (ini mungkin gara-gara lihat visa yang sudah nempel di passport saya ๐Ÿ˜‚). Dan selanjutnya saya cuma ditanya beberapa detail, seperti nama travel dan kenapa kok cuma berdua ๐Ÿ˜, alhamdulillah tidak seburuk yang saya bayangkan.

Di atas pesawat, deketan duduk sama sekelompok orang yg saya gak paham mereka pakai bahasa apa, tapi saya nebaknya sih Thailand, cuman pramugrarinya cas cis cus aja ngomong sama mereka. Aih pantesan yak jadi pramugrari penerbangan internasional mesti bisa banyak bahasa. Ih saya emang ndeso kok, nyatanya ini penerbangan internasional saya untuk pertama kali, passport juga baru kali ini kepake (yaelah, bikinnya juga baru awal tahun ini ๐Ÿ˜†). Tuh kan mulai ngelantur.

Sampai di KL, panduan di grup menyuruh kami langsung menuju ke konter pertukaran antar bangsa sambil menunjukkan boarding pass KUL-JED. Sampai di konter, oleh petugas yang berbahasa melayu saya dan suami diminta langsung ke lantai 3. Dan disitulah awal kami tersesat dan gak ketemu-ketemu sama rombongan ๐Ÿ˜ฉ.

Di lantai 3 kami menuju pemeriksaan x-ray dan lucunya kami diajak ngobrol bahasa melayu, suami dan saya agak gak ngeh apa yang mbak petugas maksud (kurang sering ini liat upin ipin ๐Ÿ˜). Setelah pemeriksaan, petugas memberi tahu bahwa gate penerbangan kami adalah gate Q4. Carilah Q4, oonnya saya dan suami sama-sama belum aktifkan wifi, jadi gak tau perkembangan di grup tempat kumpul dimana. Celingak celinguk malah ketemu rombongan dari makasar, belum kenalan sih, tapi dengan pede suami nanyain bapaknya pake bahasa jawa ๐Ÿ˜‚. Ya jelaslah gak nyambung, eh ternyata dari makasar.

Setelah melalui proses riwa riwi gak jelas ketemulah akhirnya dengan rombongan di lantai 2 (tuh kan, ini gara-gara petugas salah kasih arahan), langsung deh dapat nametag nya musahefiz buat dipakai selama ada di perjalanan. Dan alhamdulillah perjalanan pun lancar, dan sekilas gak ada bedanya dengan umroh reguler ๐Ÿ˜‚.

#umrohbackpacker
#musahefiz

Kamis, 12 April 2018

Math Around Us (14) (Membeli Susu)



Ketiga anak saya suka susu, alhamdulillah ketiganya bisa saya penuhi haknya untuk full ASI 2 tahun. Hingga sampai pada penyapihan, ketiga anak saya mengkonsumsi susu uht sebagai pelengkap gizi mereka. Walau secara teori susu itu tidak wajib, yang penting adalah gizi seimbang, namun tetap saja they love milk so much. Ya minimal sehari 2-3 kotak per anak, tinggal dikalikan 3 lalu dikali harga susu per kotak. Kalau dihitung-hitung lumayan juga pengeluaran untuk susu anak dalam sebulan ๐Ÿ˜…. #emakperhitungan

Untuk berhemat, biasanya saya belikan susu satu karton isi 40 kotak untuk jatah seminggu, walau seringnya belum genap seminggu sudah habis stoknya ๐Ÿ˜‚. Kalau sudah habis belilah ke warung tetangga. Nah, kemarin kebetulan pas stok habis, saya ajak 3 anak ke warung tetangga depan rumah. Biasanya saya belikan mereka susu uht 125mL atau yang ukuran 190mL, selisih 1000 lah harganya, saya biasa memberi kesempatan mereka memilih sendiri susu yang mana. Dari 3 anak sering juga pilihannya tidak sama, dan kemarin si sulung memilih susu yang jarang sekali kami beli, susu steril dengan gambar beruang di kemasannya ๐Ÿ˜….

Mulailah saya negoisasi, "Lho mas Jundi kalau yang itu harganya beda, itu mahal."

"Gak mau, Jundi pokoknya mau yang ini!"

"Bener? Ini ya, harganya itu tiga kalinya harga yang ini, jadi kalau Jundi beli ini satu bisa buat beli yang ini tiga. Yang biasanya aja ya? Mau yang ini apa yang ini?" bujuk saya sambil menunjuk susu kemasan yang dimaksud.

"Jundi mau yang ini!"

"Ya udah, brati kalau beli ini Jundi cuma beli 1 adik beli 2 ya? Gapapa?"

"Iya gapapa!" jawabnya sambil muka ditekuk.

Di rumah pun saya jelaskan lagi tentang harga susu tersebut, harapan saya Jundi yang belum paham betul tentang jumlah uang jadi paham konsep sederhananya, bahwa 1 kaleng susu tersebut bisa mendapat 3 kotak susu yang biasa dibeli. Tinggal ngitung ulang aja kalau tiap minum susu minum susu kaleng, bisa sejuta setengah sendiri buat susu. Dasar emak irit ya, padahal kalau saya pikir lagi gak ada apa-apanya dengan harga sufor yang dalam seminggu saja bisa habis jutaan. Maka nikmat Tuhan manakah yang kau dustakan? Karena rejeki bukan hanya tentang uang.

#HariKe14
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs

Selasa, 10 April 2018

Math Around Us (12) (Everyday is Math Day)



Setiap hari adalah matematika. Akhir-akhir ini Jundi memang sangat antusias dengan angka-angka. Yang bikin ngeri yang ditanyakan bukan lagi angka receh, tapi 12 digit angka. Wow buat saya, emaknya keder duluan, pegang aja belum pernah apalagi memiliki ๐Ÿ˜….



Jadi Jundi suka bereksperimen dengan kalkulator jualan milik ayah (bukan kalkulator sains ya, tapi kalkulatornya pedagang, yang gak ada sin cos tan nya, cuma tambah, kurang, bagi, kali ๐Ÿ˜). Kebetulan kalkulatornya maksimal 12 digit angka, jadilah dia suka memencet semua angka sekenanya hingga penuh semua digit lalu bertanya, "Ayah ini berapa?" "Bunda ini berapa?" "Banyakan mana sama sepuluh ribu?"

Jedieng, emake langsung melotot, "Itu bacanya 900 milyar, buanyak, jauh lebih banyak dari sepuluh ribu," Dan esoknya pun dia bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama. Yes, emak kudu sabar, woles buk.


#HariKe12
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs

Senin, 09 April 2018

Math Around Us (11) (Panjang mana?)

Salah satu aplikasi matematika yang sering kita jumpai adalah tentang perbandingan baik dari segi panjang, luas, ataupun volume. Kemampuan ini sangat penting karena akan sangat berguna untuk kehidupan sehari-hari. Maka anak-anak pun mulai saya asah tentang perbandingan ini agar terbiasa.

Awalnya ada 2 botol dengan tinggi yang berbeda, lalu saya tanyakan ke Fara dan Fasya, "Hayo lebih tinggi yang mana botolnya?" Spontan mereka menunjuk botol yang lebih tinggi, yeay betul! Ternyata mereka sudah bisa.



Semalam lagi-lagi saat bermain bombik, Fara membuat menara dari bombik kompor dan bombik roket, coba saya tes lagi, panjang mana? Dan lagi-lagi dia bisa menjawab dengan tepat.

Setelah itu coba saya tanya jumlah bombiknya, karena belum bisa mengurutkan angka dengan baik jadilah hitungan Fara tak beraturan ๐Ÿ˜‚. Sayang kemarin tidak bisa merekam, logatnya menurut saya sangat lucu.

#HariKe11
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs

Minggu, 08 April 2018

Math Around Us (10) (Mengurutkan bilangan)


Hari ini perjalanan dari Pasuruan ke Malang cukup penat, ada beberapa titik kemacetan karena ada galian dan juga karena melewati daerah pasar yang selalu bikin macet. Perjalanan yang biasanya hanya 2 jaman menjadi 3 jam perjalanan. Anak-anak pun agak rewel di dalam mobil karena gerah, ada saja kehebohan, mulai dari rebutan makanan, tempat duduk atau yang lain. Kondisi normal saja anak-anak saya gak pernah bisa anteng duduk saat perjalanan, apalagi kondisi macet dan panas seperti ini.

Sampai daerah Lawang, Jundi akhirnya menemukan kesibukan mendinginkan coklat yang telah leleh akibat panas di dalam mobil. Dia menaruh coklat di depan lubang ac sambil berhitung. Lama-kelamaan hitungannya mulai ganjal, "Tujuh ratus, delapan ratus, sembilan ratus, sepuluh ratus."

Sontak saya dan ayah tertawa, "Seribu Jundi, bukan sepuluh ratus,"

Mas Jundi memang lagi suka berhitung. Semoga kelak tidak hanya suka tapi cinta ya.

#HariKe10
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs

Sabtu, 07 April 2018

Math Around Us (9) (Rantai Geometri)



Masih masuk dalam macam-macam permainan bombik a.k.a lego jadul. Meski punya anak-anak saya sudah bercecer dimana-mana gak karuan, tapi alhamdulillah masih bisa dirangkai dan digunakan untuk mengenalkan anak-anak saya terhadap bentuk-bentuk geometri dan mengklasifikasikan bentuk yang sama.



Awal beli mainan ini sekitar 2 tahun lalu saat si kembar masih baru umur beberapa bulan, dulu masih banyak banget. Jundi mainan ini bisa dengan berbagai cara, mulai dari merangkai rantai dengan bentuk yang sama hingga merangkai dengan warna yang sama. Dari bentuk kotak, bulat, segitiga, hati, dan bintang Jundi kala itu berusia 3,5 tahun tampak antusias sekali memainkannya.

Kini, saat si adik sudah mulai bisa memainkan permainan yang sama, jumlah rantai sudah tinggal sedikit sekali banyak yang hilang tercecer ๐Ÿ˜…. Namun alhamdulillah masih tetap bisa digunakan untuk mengenalkan bentuk geometri ke si kembar, meski di usianya dia belum terampil memasang dan melepas sendiri rantainya.

#HariKe9
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs