Selasa, 23 Agustus 2016

MENYUSUI BAYI KEMBAR

*MENYUSUI BAYI KEMBAR*(1)

Hari ini sudah begitu banyak beredar tips-tips menyusui bayi kembar. Tapi saya sebagai ibu dengan bayi kembar ingin sedikit sharing tentang pengalaman saya menyusui bayi kembar.

Meskipun ini adalah kali kedua saya menyusui, tapi seperti baru saja belajar menyusui, karena manajemen cara menyusui, waktu, dan yang lain berbeda dengan bayi tunggal.

Dari awal IMD saja sudah cukup ribet, kiri kanan pegang 2 bayi yang masih mungil sekali. Waktu itu saya sampai minta tolong keduanya dipegangi, karena memang pas si kakak IMD sendirian lalu menemukan sendiri puting kanan baru terasa kontraksi kedua, tanda si adek mau lahir (jarak lahir mereka 50 menit). Dalam kondisi gemetar kala itu saya takut memegang 2 bayi bersamaan untuk IMD. Alhasil setelah plasenta dan jahitan beres IMD disudahi meski si adek belum sampai menemukan puting.

Alhamdulillah ASI saya langsung keluar meski sangat sedikit sekali. Dan saat bayi bangun-bangun minta menyusu saya sudah lebih tenang daripada saat menyusui pertama kali anak pertama. Alhamdulillah seringnya bangun gantian di awal, jadi tidak harus posisi tandem.

Stres mulai muncul saat saya sudah pulang ke rumah dan menghadapi 2 bayi yang menangia bersamaan minta menyusu.

*bersambung*
Yang nulis laper

*MENYUSUI BAYI KEMBAR*  (2)

Di awal-awal punya bayi kembar kalau nangis bareng minta menyusu saya akan menyusui salah satu dan satu lagi digendong ayah/eyang. Memang tidak diberi ASIP karena belum bisa nyetok #alesan.

Namun malam hari pertama di rumah kala itu bagi saya drama yang terus terngiang sampai sekarang. Jadi saya hanya bertiga di kamar, saya dan 2 bayi umur 2 hari. Si ayah nemeni mas Jundi tidur di kamar lain. Tengah malam pecah tangis keduanya bersamaan, saya cek popok kering, jadi mereka butuh susu. Saya susuilah 1 bayi yang nangisnya lebih keras sambil manggil-manggil pelan ayah yang ada di kamar depan. Namun rasanya sampai suara saya habis buat teriak si ayah gak denger. Saya samperi baru bangun. Yah,dia kecapekan riwa riwi kesana kemari.

Lalu digendonglah 1 bayi, begitu yang saya susui sudah lepas baru saya susui yang ada di gendongan ayah. Yah intinya kalau anak kembar begadangnya berdua, gak sendirian nyusui, hihi.

Hari-hari berikutnya berjalan begitu saja, tanpa ASIP saya menyusui langsung keduanya. Namun yang saya rasakan berbeda dengan saat menyusui anak pertama, kali ini di hari-hari awal PD saya tidak bengkak penuh ASI, biasa saja tapi tetap keluar. Saya harus tetap keras kepala 'memaksa' mereka menyusu meski air susu belum deras.

Pada suatu waktu saya pernah mengalami bayi menyusu tapi tetap menangis tidak puas, saya tahu waktu itu PD memang terasa benar-benar kosong dan bayi tidak puas karena barangkali hanya keluar rembesan hindmilk yang tidak menuntaskan dahaganya. Saya kuatkan hati sambil terus sugesti diri sendiri, lancar lancar lancar. Dan alhamdulillah saya bisa melewatinya dengan kepercayaan diri.

Sebenarnya saya sudah yakin bahwa produksi ASI akan mengikuti kebutuhan bayi, tapi yang bikin saya baper justru kunjungan ibu-ibu 'sok teu' yang bilang 'harus dibantu sufor, kasian bayinya gak cukup'. Rasanya cuma bisa ngempet dan balas senyum, hah! Dan, saya pun ngalami baby blues, nangis-nangis gak jelas tanpa sebab. Kadang juga tambah muales banget kalau ada penjenguk apalagi yang kurang tau diri, brrrr, waktu itu sensi tingkat tinggi. Jadi seperti PMS lah, haha.

*bersambung lagi*
kebangun dini hari

*MENYUSUI BAYI KEMBAR* (3)

Uye, menyusui bayi baik itu tunggal atau kembar memang harus dengan keras kepala dan mental baja. Apalah saya tanpa dukungan orang sekitar terutama suami dan ibu saya sendiri yang setiap hari bertemu. Alhamdulillah keduanya sangat support saya untuk give only ASI.

Tentang posisi menyusui tandem, di bulan pertama posisinya yg kiri adalah cradle hold (posisi standar menyusui baby nb) sedang yang kanan posisi football hold (kepala bayi ditopang dengan tangan kanan ibu sedang badan bayi ada di samping kanan badan ibu). Jadi kasarnya kaki ketemu kepala. Awal-awal saya harus dibantu 'menata' posisi ini agar bayi-bayi nyaman menyusu. Bahkan yg posisi football hold harus dibantu gendong, tapi lama-lama bisa menyesuaikan sendiri pakai ganjel bantal untuk menopang tubuh bayi yang masih mini dan belum bisa menyangga kepalanya sendiri.

Saat tandem gini, jangan ditanya bagaimana saya, keringat bercucuran namun untuk mengusap saja tidak bisa. Kadang merasa sendiri 😢.

Beberapa waktu kadang juga lama tidak lagi tandem, 'ditelateni' gantian. Gantian ini bayi lebih nyaman menyusu, apalagi saya 😅. Namun ternyata menyusui bayi kembar lebih baik dilakukan dengan posisi tandem, karena sinyal ke otak akan merespon agar ASI disediakan untuk 2 bayi 😩. It's hard to be me.

Namun lama-lama dijalani akan bertemu juga dengan kenyamanannya sendiri. Kalau sekarang mau tandem gampang aja, anak udah bisa duduk,jadi biasanya posisi football hold dua-duanya, kepala ketemu kepala. Kalau pengen tiduran saya tinggal berbaring lalu keduanya nemplok senyamannya. Walau kalau tiduran ya tetep paling nyaman posisi lying down, tapi cuma 1 bayi yang terpegang. Untuk si kembar baru lahir udah saya ajak posisi lying down, beda dengan masnya yang usia 1 bulan baru berani. Dan ternyata ada temen yang bayi 3 bulan baru berani, gak istirahat blas brati 😅. Karena posisi tidur ibu bisa rebahan merem 😂.

Lanjut kapan-kapan lagi lah bahas bb bayi. Laper banget habis belajar di MUB a.k.a manajemen uang bisnis. Sukses migrein dengan laporan laba rugi dan arus kas 🙄.

Met dini hari.

Bunda Jundi, 23 agustus 2016 01.31
*ditulis nyicil sampai 3 tahap :D

Rabu, 03 Agustus 2016

MISTERI JODOH

Masih saja teringat oleh saya 5 tahun lalu ketika saya berproses menuju pernikahan. Wejangan yang selalu terngiang, 'selama belum ijab dan sah, apapun bisa terjadi'. Dan jujur saja ini cukup membuat saya kadang gelisah dengan semakin dekatnya hari pernikahan saya, bahkan malam hari sebelum esok pagi ijab qabul saya tidak bisa tidur. Terpikir, 'bagaimana jika ternyata dia bukan jodoh saya kemudian tiba-tiba membatalkan 1jam sebelum acara?'. Drama banget ya, tapi saya pernah menemui sendiri teman saya dan sama sekali bukan drama.

Jadi waktu itu hari Ahad, tiba-tiba ada undangan makan-makan di rumah teman. Saya memang tidak cukup dekat dengan dia, sekedar kenal. Namun saya cukup shock setelah sampai di rumah pengundang. Terop telah berdiri, dan makanan catering telah tersaji. Namun tidak ada pelaminan disana, begitu juga pengantinnya.

Pernikahan ternyata dibatalkan hari Kamis, ketika hanya kurang 3 hari. Dan otomatis karena tenda dan catering sudah dipesan dan tidak bisa dibatalkan jadi tetap berdiri untuk mengundang makan-makan.

Saya yang waktu masih jomblo cuma bisa plonga plongo, 'bagaimana jika aku mengalami hal yang sama?' . Jodoh memang misteri, hanya Allah yang tahu semua, jadi ketika sudah khitbah itu belum jaminan selama akad nikah belum tunai.

Sungguh, kini saya lebih memahami mengapa khitbah itu harus benar-benar dirahasiakan untuk menjaga kehormatan calon pengantin. Sebar undangan pun biasanya baru 2 pekan sebelum acara. Ah tapi jujur saja itu tak mudah.

Tapi percayalah Allah tau yang terbaik untuk hambaNya.

Agie istri dayat
28 juli 2016
Mumpung bayi-bayi lelap nggacor dulu :D

Rabu, 20 Juli 2016

Membiasakan makan sayur si kecil

Alhamdulillah mas Jundi suka sayur, malah kalau gak ada sayur di piring makannya dia bakal tanya kenapa kok gak ada (bundae durung masak T-T).

Sayur yang bagi sebagian besar anak kecil jadi momok, justru jadi kesukaan mas Jundi. Gak jarang sayurnya 'digado' tanpa nasi.

Membiasakan makan sayur sejak dini memang gampang-gampang susah, karena saya sendiri waktu kecil termasuk yang anti sayur. Tapi setelah saya amati ternyata pola makan itu menurun dari orang tua. Orang tua saya termasuk orang yang tidak mewajibkan sayur ada di piring makan, yang penting ada lauk, hanya tentang bagaimana nasi bisa masuk perut.

Pola makan seperti ini 'nurun' secara tidak langsung ke Agie kecil, jadi jangan pernah ngeluh anak anda gak mau makan sayur kalo anda sendiri jarang makan sayur.

Semakin saya besar saya paham sendiri bahwa tubuh saya butuh sayur banyak, bukan jarang-jarang, maka Agie yang baru belajar itu hingga sekarang jadi terasa hambar kalo di piring makan gak ada sayur, sayur adalah wajib ada biar lidah tidak 'getir'.

Alhamdulillah kebiasaan ini nurun ke mas Jundi. Sejak MP ASI alhamdulillah mas Jundi full homemade tanpa instan instan. Awal MP ASI saya memilih sayur yang hambar untuk saya kenalkan pertama kali. Dan jangan ditanya, makannya Jundi selalu lahap, hingga sekarang -_- (kadang kayak anak rakus, sehari bisa minta makan 4-5kali, alhamdulillah gak obes dan cenderung normal di tengah-tengah daerah hijau KMS). Pun, sampai sekarang agak susah makan dengan bumbu yang 'strong' karena biasa hambar (biar kayak orang Jepun kali ya, wkwk).

Si adek pun alhamdulillah juga suka sayur walau baru 3 bulan ini MP ASI. Sempet coba bubur non instan bebiluck yang pake sayur kering ternyata mereka tidak terlalu doyan, jadi daripada buang bebilucknya tiap masak saya tambahkan sayur segar ke bubur tim mereka.

Bismillah semoga keluarga kami bisa tetap membiasakan makan sayur untuk kesehatan tubuh sebagai bentuk rasa syukur pada Allah yang telah memberi kehidupan.

Bunda jundi
20 juli 2016

Selasa, 12 Juli 2016

Edisi kerakusan mas Jundi

Cerita 3 hari terakhir mas Jundi main ke rumah temannya
1. Hari selasa main ke rumah mas Hammam dari jam 11an sampek stg2,pas dijemput ibu Hammam cerita, "enak banget mbak nyuapin Jundi, ini tadi habis 2 piring maem sama sop"
Ini anak laper apa rakus yak...
2. Hari rabu main ke rumah mas Janu dari jam stg11an sampai 4 sore. Ibunya Janu cerita, "Jundi suka makan sayur ya, sembarang diemplok, ini makan sama sop ceker"
Widiw, ni anak koyok di rumah gak dikasih makan yak....
3. Hari kamis main ke rumah mbak Lala dari jam 10an sampai stg1. Awalnya gak ada rencana buat main, cuma anter ibunya Sami ke rumah mbak Lala, dan awalnya gak mau ditinggal, tapi begitu tau mobil2an adiknya mbak Lala jadi mau ditinggal. Gak lama ada mbak Kiki dan mbak Jihan ikut main juga. Pulang2 dianter, dan dapat laporan lagi. "Beneran yo mbak Jundi doyan maem sayur, iki maem sop, jan menyenangkan ndulang Jundi"
Haha, dan di hari ini 'kerakusan' Jundi berlanjut sampek malam. Magrib maem sepiring sama Lele+sayur asem, habis. Habis taraweh ngeyel minta maem lagi sama sosis plus sayur, habis. Eyang uti pulang kerja minta ke eyang uti, eh di eyang uti minta maem lagi sama telur.
Saya dan si ayah heran, ni anak grow spurth ato gimana sih...

Dududu, si ayah gak pulang-pulang dari futsal ~_~

24 juni 2016 00.26

Sabtu, 25 Juni 2016

Ramadhan Halal

Hahah, judulnya sama kayak sinetron produksi DAQU yang bikin baper jomblo, hehe. Tapi memang terinspirasi dari sana sih, terutama episode 2 :D . Namun, inilah Ramadhan Halal versi saya :) .

Saya menikah tahun 2011, bulan Rajab 1432 H. Masih teringat masa-masa negoisasi ke orang tua oleh calon suami waktu itu, "Target saya menikah sebelum Ramadhan tahun ini". Hahah, ni orang mungkin menghindari pertanyaan 'kapan nikah' pas lebaran kali yak, XD. Waktu itu bulan Maret, dan alhamdulillah kalimat itu cukup ajaib hingga membuat orang tua saya yang awalnya kekeuh saya hanya boleh menikah setelah lulus menjadi menikah di semester 6 :D . Dan jadilah bulan Juni tahun itu saya menikah, 2 bulan sebelum Ramadhan.

Ramadhan pertama aku halal menjadi isterinya. Ramadhan kali pertama itu kami lewati beberapa hari masih campur dengan orang tua saya, kemudian pindahan ke rumah kerto milik orang tua, menempati berdua :) .

Saya memang tidak langsung hamil setelah menikah, jadi Ramadhan pertama kami benar-benar berdua, belum ada janin di rahim saya. Sahur berdua, buka berdua, dan semua berdua. Kala itu saya juga masih kuliah, ditambah suami yang masih kerja kantoran, jadi rutinitas berjalan begitu saja sesuai jadwal kuliah dan kerja.

Kata suami kala itu, yang berbeda tahun pertama itu dia tak lagi buka di kantor atau 'mbungkus' masakan kantor. Karena tiap tahunnya di kantornya selalu menyediakan makanan ifthor. Kalo dulu sebelum nikah sih selalu buka di kantor dan 'mbungkus' sekalian untuk sahur, maka tahun itu dia sama sekali tidak pernah bungkus, walau masakan saya seadanya dia makan semua dengan lahap. Padahal sih kata dia yang udah pada rumah tangga banyak yang bungkus buat di rumah. Kali masakan saya rasa cinta kali ya, haha.

Ramadhan pertama masih jelas terkenang indah di benak saya, tarawih berdua ke masjid al ghifari suhat yang selalu mengundang ustadz-ustadz ternama di Malang. Lalu di 10 hari terakhir kami i'tikaf berdua ke masjid an nur jagalan, tapi pas sahur malah diajak pulang,'sahur di rumah saja' katanya, hahah, biar bisa berdua kali ya,kalo di masjid kan terpisah XD . K annur jagalan cuma sekali sih, seringnya di al ghifari tapi datang pas mulai sholat malam, karena suami masih kerja, biar g over ngantuk pas kerja. Kalo di ghifari beberapa kali masih sahur di sana. MasyaAllah, benar-benar rindu masa-masa itu.

Tahun-tahun berikutnya saya harus berdamai dengan keadaan, iya, tiada lagi i'tikaf berdua, hanya aku di rumah menunggu sahur ketika dia pulang usai sholat malam. Tidak pernah dia sahur di masjid walau disediakan, dia tetap memilih makan masakan rumah, alhamdulillah. Pun saat buka sering ditawari nasi kotak tapi tak pernah diterima :) 'istri saya sudah masak' ujarnya saat menolak.

Ramadhan halal kedua kulewati dengan menimang Jundi, setengah bulan aku nifas, namun alhamdulillah setengah bulan berikutnya bisa puasa meski menyusui eksklusif. Namun tak ada kata tarawih di masjid, hanya sekali yang kuingat waktu itu ibu mertua ke Malang menjenguk Jundi. Yah, mungkin bakal banyak yang bilang, 'banyak kok yang bawa anak', tapi saya memilih untuk berdamai agar tidak mengganggu jama'ah lain.

Tahun ketiga masih sama, ditambah Jundi yang sudah 1 tahun dan super aktif. Hanya beberapa kali saya ikut tarawih ketika eyangnya haid sehingga bisa saya titipi. Saya tetap berdamai dengan keadaan, saya yakin merawat anak juga ibadah jika dilakukan lillah.

Tahun keempat Jundi 2 tahun, alhamdulillah sudah lepas ASI. Tahun itu lagi-lagi kami pindahan saat puasa, dari rumah kontrakan dermo ke rumah kontrakan jetis (kontraktor sejati XD). Ah yang jelas pahit berdua itu hasilnya jadi manis, sama kayak negatif kali negatif hasilnya positif :D . Tahun itu saya mencoba mengajak Jundi tarawih di masjid UMM yang luas, tak lupa membawa 1 mobil mainan favorit. Hari pertama alhamdulillah sukses, dia lari-lari dengan anak-anak lain dan mainan, yah walau jadi sedikit tidak khusyuk. Hari kedua 'rada' oke lah. Hari ketiga 'no', bada isya' dia lari-lari sambil teriak mengganggu jamaah lain (cry) dan yang bikin tambah annoy ada ibu-ibu nyeramahin saya, intinya diterima ajalah harus sholat di rumah aja, saya dulu pas anak saya masih kecil juga sholat di rumah terus dan bla bla bla. Oke, i've just silent, sambil nelentang. Jundi langsung saya angkut keluar berikut semua bawaan. Saya nunggu di tangga luar masjid hingga si ayah selesai dan membiarkan dia berekspresi.

Tahun kelima, Jundi belum bisa terkondisi, dan saya kondisi hamil kembar sekitar 5 bulan. Saya memang harus berdamai dengan keadaan. Pernah sekali aja ingin itikaf berangkat malam dan Jundi dititipkan eyang, namun ternyata tak terlaksana, si ayah tetap berangkat sendiri :( .

Tahun ini tahun keenam, dan yah, saya semakin harus berdamai dengan keadaan. Si kembar baru usia 8 bulan, namun alhamdulillah tahun ini mas Jundi sudah bisa 'cukup' kondusif diajak tarawih ayah, pun untuk jamaah sholat lain. Barangkali Allah memberikan pahala padaku lewat hisapan ASI, walau jujur saja aku iri, iri pada mereka yang bisa khatam berkali kali, iri pada mereka yang bisa ke masjid berlama-lama. Bagiku semua hanya ilusi, bahkan berjuang membaca alquran saja membuat lembar-lembar itu sobek oleh tangan mungil mereka, dan mendadak ganti mushaf T-T . Ramadhan tahun ini hampir sama dengan bulan-bulan biasanya, khatam 1 bulan sekali. Ingin bisa setidaknya khatam 2 kali, tapi sampai hari ini saja baru 20 juz yang terbaca :) . Aku harus berdamai dengan diriku sendiri.

Dan saat sahur tadi, tiba-tiba suami bilang,"Pengen sekali kali sahur di masjid sekalian, tadi sahurnya pakai kupon" oke cinta, berburulah pahalamu, dan aku dengan ladangku.

Ditulis malam 21-22 Ramadhan 1437 H
Alhamdulillah hingga hari ke 21 masih bisa puasa full sambil menyusui si kembar :)

Senin, 30 Mei 2016

Tips berpuasa ala Agie untuk bumil dan busui

Bismillah. Sekitar 1 pekan lagi sudah masuk ke bulan puasa, bulan Ramadhan, bulan perburuan pahala, ampunan, dan buanyak lagi. Entahlah, selalu ada getar itu, bagaimanakah puasaku tahun ini? Apalagi untuk ibu hamil atau menyusui, galau deh biasanya, hehehe.

Kali ini saya bagi tips ala ala saya ya buat bumil dan busui yang pengen tetap full puasa. Tips nya emang gak ilmiah, tapi setidaknya belajar dari pengalaman saya yang sudah sudah.

1. Puasa tahun 2012 waktu itu masih ngASI eksklusif, bayi masih umur 1,5 bulan (Jundi lahir tanggal 30 Rajab), alhamdulillah bisa full setengah bulan, karena setengah bulan awal masih nifas.
2. Puasa tahun 2013 masih ngASI tapi sudah gak full karena udah mpASI, alhamdulillah bisa full puasa
3. Puasa tahun 2015 hamil kembar usia sekitar 5 bulan, alhamdulillah full puasa (rekor gak bolong blas gegara haid atau yang lain).
4. Puasa tahun 2016 ini masih menyusui si kembar juga yang alhamdulillah sudah mpASI (usia 7 bulan), bismillah semoga bisa full puasanya :)

Sebenarnya gak ada tips khusus sih, tapi saya rangkum beberapa yang penting aja ya
1. Jaga asupan agar selalu bergizi dan sesuai kebutuhan, terutama waktu sahur, perbanyak buah dan sayur, karena keduanya bisa lebih awet menahan lapar.
2. Jaga asupan cairan agar air putih tetap bisa masuk minimal 8 gelas. Kalau saya suka saya bagi 2, sahur 4 gelas, malam 4 gelas. Tips untuk sahur agar tidak 'kelempoken banyu' minumnya dicicil, bangun tidur 1 gelas, menyiapkan sahur, minum lagi 1 gelas, sholat malam, sebelum makan setengah gelas, dan hingga menjelang shubuh 1,5 gelas.
3. Waktu sahur saya biasa minum susu setidaknya 1 gelas. Baca-baca kalo susu kurma lebih bagus lagi, terutama bikin tubuh tetep fit.
4. Makan tetap 3kali sehari, hanya saja waktunya yang dialihkan. Usahakan bada tarawih makan lagi, walau saya sendiri gak bisa konsisten untuk yang satu ini, hehehe.
5. Untuk busui bisa disiasati dengan memerah ASI di malam hari untuk diberikan di siang hari. Tapi jujur saja saya tidak praktek ini, karena lebih suka direct. Memang sih ASI bakal lebih kering dari biasanya tapi tetep cukup kok InsyaAllah.
6. Kurangi aktivitas tidak bermanfaat, perbanyak ibadah, tilawah, InsyaAllah makin kuat puasanya. Saya pun tetap melakukan aktivitas memasak dll sendiri.

Mungkin itu aja sih, gak ada yang khusus sih, yang utama ada di niat, kalo niatnya kuat InsyaAllah apapun bisa dilewati :) . Bismillah

Selamat berpuasa, marhaban ya Ramadhan, besok sudah tarawih, hayuk kita optimalkan ^_^.
Sudah buat target apa saja untuk bulan puasa?

Ditulis sekitar 5hari lalu dan baru rampung hari ini,hehe.
4 juni 2016