Rabu, 24 Desember 2014

RESEP NO KNEAD PIZZA TEFLON


Sejujurnya sebelumnya belum pernah kepikiran mau buat pizza karena tau diri gak punya oven buat manggang. Tapi karena ada temen (yang namanya April) beberapa hari terakhir suka ngomongin resep pizza, saya jadi kepo banget pengen eksekusi pizza yang no oven. Awalnya dapat dari si April link tentang masak pizza dengan rice cooker, dan caranya ternyata gampang banget. Tapi karena selasa pengen eksekusi senin malem browsing resep lagi dan malah nemu resep pizza yang dimasak dengan teflon, woh, semakin seneng deh mau eksekusi. Kalau di rice cooker kan mesti ngungsikan nasi di dalamnya dulu (menurutku cukup ribet), tapi kalo di teflon nasinya gak perlu ngungsi, hehe.

Senin malam kemarin awalnya browsing tentang saus pengganti keju mozarella atau quick melt (karena gak punya dan suami gak suka), eh udah dapet tapi malah gak kepake resep sausnya, dan memilih untuk bikin toping kreasi sendiri seperti bikin toping spagetti. Yang kedua browsing lagi resep pizza yang pake trigu protein sedang karena umumnya memang memakai yang protein tinggi. Di resep yang dikasih

Sabtu, 20 Desember 2014

MAAFKAN BUNDA

Untuk buah hatiku, Dzakwan Jundi Firdaus.
Maafkan Bunda belum bisa menjadi Bunda yang baik. Begitu banyak hal sayang dari semua teori-teori tentang mendidik anak yang Bunda pelajari namun Bunda sendiri belum bisa mempraktekkannya padamu. Begitu banyak hal yang luput dari angan-angan Bunda untuk menginginkan yang terbaik untukmu. Barangkali Bunda juga manusia biasa yang tanpa sadar mendidikmu seperti cara-cara orang tua Bunda dulu mendidik Bunda. Walau sering Bunda sadari apa yang Bunda lakukan itu salah nak, tapi Bunda belum bisa mengurungkan emosi sesaat untuk melakukan A atau B.
Sungguh nak, ternyata mendidikmu tidak semudah yang seperti ada di buku Propethic Parenting atau buku lain yang Bunda jadikan rujukan. Sungguh, Bunda sesungguhnya ingin memberikan yang terbaik untukmu. Bunda ingin kamu menjadi anak shalih sejauh jalan yang kelak engkau lalui sendiri. Bunda ingin kelak engkau menjadi penghafal al-Qur’an. Iya sayang 30 juz al-Qur’an. Yah, walau Bunda sendiri belum bisa menjadi contoh yang baik untukmu nak, Bunda baru menghafal 1,5 dari 30. Tapi Bunda harap engkau bisa nak, iya, engkau pasti bisa.

Senin, 15 Desember 2014

KEMANDIRIAN JUNDI



Jundi, putra pertamaku ini kini sudah berumur 2 tahun 6 bulan, 2,5 tahun. Bersamanya aku banyak belajar hal baru. Tentang arti sebuah perhatian, kepercayaan, dan banyak hal lain dalam hidup ini. Orang dewasa harus banyak belajar dari kehidupan seorang balita, keluguan, kepolosan, kejujuran, dan segalanya. Merekalah sesungguhnya fitrah dari kehidupan yang belum terkontaminasi. 

Hari ini aku memperhatikan satu hal dari diri seorang Jundi, kemandirian. Barangkali semua orang tua akan senang dan bangga jika memiliki anak yang mandiri. Tapi aku juga sadar, ada satu sisi dalam sudut hatiku yang sedikit tersentil ketika melihat kemandiriannya. Aku seakan merasa dia akan segera terlepas dariku dan tak lagi membutuhkanku. Bukankah salah satu kebahagiaan adalah merasa dibutuhkan orang lain? Ah, tapi ini beda kawan, dari ketergantungan sepenuhnya saat masih janin, lalu asi ekslusif, mp asi, dan kini setelah kusapih semakin banyak hal kemandirian yang terbentuk dalam dirinya.

Sore tadi aku tersentil saat dia memintaku pulang ke rumah saat dia berada di rumah Eyangnya. “Undi inggal” begitu katanya, maksudnya Jundi ditinggal saja. Ah, padahal waktu itu dia sedang makan. Walau dia makan sendiri tapi setiap makan sendiri aku selalu menemaninya, mengambili bulir-bulir nasi yang terlewat dari mulutnya. Tapi kali ini tidak, dia tak mau kutemani, dia memilih makan di sebelah O (panggilan Jundi untuk Omnya) yang juga sedang makan. Terkadang ada rasa khawatir dia akan merepotkan ketika aku meninggalkan dia di rumah Eyangnya sendiri. Maka sebelum aku meninggalkannya pulang aku mengambil janji lagi dari mulutnya, “Jundi kalo mau pipis bilang O ya, janji?” “Anji” ucap dia sambil mengacungkan 1 jarinya ke atas.

Ah, anakku semakin hari semakin keluar banyak sisi kemandirian dalam dirinya. Pertama kali saat dulu sekitar usia 1 tahun dia sudah suka meminta makan sendiri, walau aku memang tidak menerapkan BLW untuk Jundi. Keinginannya untuk bisa seperti orang dewasa sangat kuat. Maka ketika tiap kali makan aku sudah menyediakan perlak untuknya, agar makanan yang tercecer tidak terlalu membuat lengket lantai dan susah dibersihkan. Tapi bagaimanapun harus aku akui untuk menumbuhkan sisi kemandirian yang satu ini butuh banyak sekali stok sabar, mulai makanan tercecer dimana mana sampai makanan di piring dibuat mainan layaknya pasir dengan sendoknya.

Barangkali sebelum itu sudah banyak sisi-sisi lain dalam kemandiriannya, seperti akhirnya bisa berjalan sendiri atau yang lainnya.

Seketika aku pun teringat pada masa kecilku dulu. Aku dulu mulai usia TK tinggal dengan Eyangku, Ibuku menikah lagi. Walau masih dalam 1 kota tapi aku tinggal dengan Eyang. Ibu bertemu denganku barangkali minimal 1 pekan 1 kali, saat Ibu ada waktu luang dari pekerjaan untuk bisa mengunjungiku. Suatu kali Ibu ada waktu saat aku masih sekolah, waktu itu aku masih kelas 1 SD (seingatku). Karena ingin bertemu maka Ibu mengunjungi sekolahku, namun sayang aku justru tidak mau menemui Ibu lama-lama. Pikirku kala itu, ‘Ah ngapain Ibu ke sekolah, aku kan sudah besar, aku sudah bisa melakukan semua sendiri’. Untuk seorang aku, barangkali kemandirian harus datang jauh lebih cepat daripada semua teman sebayaku. Aku tinggal dengan seorang Eyang tua, maka aku harus bisa mengerjakan semua sendiri. Masih usia SD aku sudah bisa memasak nasi sendiri (waktu itu belum ada rice cooker) dan memasak lauk sendiri. Bahkan untuk mencuci, setrika dan yang lainnya sering kukerjakan sendiri.

Bagaimanapun lewat keadaan seorang bisa menjadi ‘terpaksa’ mandiri. Namun keterpaksaan lambat laun akan menjadi biasa. Dan lagi-lagi aku percaya, di dunia ini tidak ada yang sia-sia, semua pasti ada hikmahnya.

Untuk Jundi, Bunda menyayangimu dan menginginkan semua yang terbaik untukmu. Peluk dan cium hangat untukmu sayang.

Malang, 15 Desember 2014
9.14

Rabu, 10 Desember 2014

RESEP BOLKUS GULMER EGGLESS

Pagi ini alhamdulillah dibuat senyum sumringah melihat hasil bolkus resep yang baru sekali ini dicoba. Dapet resep dari hasil browsing trus klik di resep dapurmasak.com, karena gak perlu pake telur. Biar lebih hemat bahan, dan gak perlu pake mixer :).
Tadi saya buat 2/5 resep untuk 5 cup ukuran sedang. Berikut resepnya saya tulis ulang berikut modifikasi sesuai yang saya buat :

Bahan :
100gr terigu ( saya pakai segitiga)
100gr gula merah
100mL air (resep asli 80 mL)
Baking powder secukupnya (kurleb 1/2 sdt)
Minyak goreng secukupnya (resep asli 40 mL)

Cara membuat :
- Rebus air dan gula merah hingga cair sempurna, saring.
- Campur terigu dan baking powder dalam wadah lain.
- Tuang larutan gula ke dalam campuran terigu sedikit demi sedikit sambil diaduk agar tidak menggumpal.
- Masukkan minyak dan aduk merata.
- Tuang ke dalam cetakan lalu segera kukus di dalam dandang dengan air mendidih dengan uap banyak. Jangan lupa lapisi tutup dengan serbet bersih. Kukus 15-20 menit hingga matang. Uji dengan tes tusuk. Jangan dibuka selama proses mengukus agar bisa mengembang sempurna.

Selamat mencoba, semoga sukses, dan semoga bermanfaat :)

Bunda Jundi, 10 Desember 2014
09.56

Kamis, 04 Desember 2014

RESEP CHOCOLATE CUPCAKE EGGLESS

Resep kali ini sangat mudah cara pembuatannya, tidak butuh mixer dan tidak menggunakan telur. Sudah lumayan lama dapat resep ini dari mbak Syifa, tapi baru ahad lalu eksekusi. Pagi-pagi habis shubuh langsung utek-utek dapur bikin kudapan yang satu ini. Lumayan buat pengganjal lapar pagi, karena selain mudah pembuatannya juga cepat.
Seperti biasa, kali ini saya cuma membuat ½ resep, jadi 7 cup sedang. Berikut saya tulis kembali resep serta modifikasi dari saya :

Bahan :
- 80 gram tepung trigu
- 80 gram gula pasir
- 25 gram coklat bubuk (saya ganti jadi 20 gram, karena rasa coklat terlalu pekat)
- ½ sdt baking powder
- ½ sdt baking soda
- ½ sdt garam (saya ganti menjadi seujung saja, karena hasilnya jadi terlalu gurih)
- ½ sdt pasta coklat
- 150 ml susu UHT plain
- 50 ml minyak goreng (saya ganti menjadi 25 ml saja, karena terlalu berminyak)

Cara Membuat :
- Campur semua bahan kering dalam 1 wadah
- Tuang susu UHT sedikit demi sedikit sampai habis sambil diaduk agar tidak ada gumpalan
- Tambahkan minyak ke dalam adonan, aduk rata
- Didihkan kukusan. Masukkan adonan ke dalam cetakan, kukus kurang lebih 15-20 menit. Angkat jika uji tusuk sudah tidak lengket.

Kalau diestimasi, biaya pembuatan kue ini cukup murah. Mungkin cukup membengkak di coklat bubuk dan susu UHT saja. Untuk susu UHT bisa diganti dengan susu bubuk atau SKM yang dilarutkan ke dalam air matang. Tapi kembali lagi, susu UHT memiliki nilai gizi yang lebih baik daripada susu bubuk, apalagi jika dibandingkan dengan SKM yang justru mengandung gula tinggi, bahkan lebih tinggi dari kandungan susunya.

Selamat mencoba, semoga berhasil ;)

Bunda Jundi, 3 Desember 2014
21.01
Nyicil nulis dari pagi tapi baru kelar malem :D
Mohon dimaafkan untuk yang sudah penasaran dengan resepnya baru sekarang bisa dishare

Selasa, 02 Desember 2014

RESEP BROWNIES RICE COOKER




BROWNIES RICE COOKER
Ini edisi saya nyicil hutang janji resep ya. Maaf buat yang udah diberi janji baru bisa eksekusi ngetik, hehe.
Jadi awalnya saya baca d timeline fb ada kue yang bisa dibuat dengan rice cooker, sayanya jadi penasaran banget kepengen tahu bagaimana. Jadilah saya googling. Setelah googling ternyata nemu blog yang nulis tentang kendala-kendala ketika menggunakan rice cooker untuk selain memasak nasi. Yang perlu digarisbawahi tidak semua rice cooker bisa digunakan. Karena itu gantian saya googling tentang jenis rice cooker yang saya punya. Dan alhamdulillah ternyata bisa. :D
Setelah tahu bisa, gantian browsing resep yang pas. Dan saya memang sengaja carinya resep brownies rice cooker karena mas Jundi suka yang berbau coklat. Dan setelah banyak pilah pilih jatuh pilihan saya ke resep ini karena cukup simple