Tanggal 15 Januari 2012, saat itu telah disepakati teman-teman FLP Malang akan jalan-jalan ke Batu Secret Zoo –hadiah dari Pak Dian-. Saat itu aku masih hamil muda, masih sekitar 4 bulanan, belum terlalu nampak jundi yang mulai berkembang di rahimku. Karena kehamilan pertama di usia kehamilan yang masih rawan, si calon Eyang terlalu khawatir, jadilah Ibuku dan kedua adikku ikut menjadi penyusup.
Pagi-pagi semua sudah sepakat untuk
bertemu di terminal landungsari, semua tampak bersemangat dengan wajah yang
cerah-cerah. Dan tentunya karena FLP juga Forum Lingkar Photo, beberapa teman
telah siap dengan kamera mereka masing-masing. Aku dan suami memilih menempuh
perjalanan menggunakan motor, sedang teman-teman menggunakan angkot yang telah
disewa. Perjalanan yang cukup singkat pun terlewati begitu saja, dan sampailah
kami di tempat yang telah dibayang-bayangkan sejak pagi, Batu Secret Zoo.
Batu Secret Zoo atau kadang orang
menyebutnya Jatim Park 2 nampak begitu megah dari pelataran, artistik gedungnya
pun lebih beragam dibandingkan Jatim Park 1. Jikalau Jatim Park 1 aku sudah
beberapa kali kesana, ke Jatim Park 2 aku baru pertama kali ini. Ratusan orang
pagi itu sudah memadati beberapa sisi pelataran yang sangat luas, nampaknya
hari Ahad memang waktu yang pas untuk sedikit mengendurkan otot syaraf dari
rutinitas di hari kerja. Dan ternyata saat giliran akan masuk pintu, kita harus
mengantri cukup panjang dan berdesakan. Aku sendiri cukup mengkhawatirkan
kandunganku, tapi kurasa itu sedikit berlebihan, karena Jundi sebenarnya sangat
senang diajak jalan-jalan.
Pertama memasuki area yang paling
aku ingat kami langsung disambut pemandangan tikus raksasa yang baru pertama
kali ini aku melihatnya. Ekosistemnya dibuat berbentuk kolam, mengingatkanku
pada tikus got :D. Terus berjalan, ada banyak sekali ragam hewan yang
sebelumnya belum pernah aku lihat, mulai dari berbagai jenis burung, sampai
berbagai jenis kera. Mengenai kera, hal ini mengingatkanku pada perbedaan
antara monyet dengan kera, jika kera memiliki ekor, monyet tidak (atau
kebalik?). Yang menarik, di tempat ini setiap kadang ada keterangan tentang
keberadaan hewan tersebut, masih terjaga atau sudah akan punah.
Terus berjalan, kita akan menemukan
dunia reptile yang berisi berbagai jenis ular serta reptile lainnya. Ada juga
tempat khusus untuk hewan nocturnal seperti burung hantu. Aku masih ingat
suamiku berfoto dengan burung hantu, yang aku sendiri tidak berani :D. Di ruangan
gelap itu ada peringatan, dilarang memakai blitz saat foto, jadi semua terlihat
remang-remang.
Berikutnya ada area bermain, semua
ikut naik wahana-wahana yang cukup ekstrim. Aku tentunya tidak boleh ikut naik,
membuatku sungguh sangat iri, padahal Ibuku saja yang sudah mau jadi Eyang
turut ikut naik :-(. Namun yang berbeda, di BSZ wahananya hanya sedikit, tidak
sebanyak di JP1. Mungkin jika di JP1 mengutamakan wahananya, disini lebih
mengutamakan hewan-hewannya. Begitu juga dengan kolam renang, di JP1 ada plosotan yang cukup tinggi dan membuatku
saat SMA dulu ketagihan mencoba berkali-kali, sedangkan di BSZ tidak ada.
Berikutnya yang kuingat adalah
semacam terowongan yang di kanan kirinya telah ada ekosisitem buatan untuk
hewan-hewan buas seperti harimau dan kawan-kawan, dan masih banyak lagi hingga
sampai di pintu keluar.
Mencapai pintu keluar ini bukan
jarak yang cukup dekat, kakiku saja terasa pegal. Hanya saja semua hanya bisa
mengikuti rutenya, tidak bisa menskip
tempat yang tidak ingin dilewatin jadi semua lelahnya sama. Namun pihak BSZ
cukup pintar dalam menyiasati hal ini, di dalam ada penyewaan semacam sepeda
yang biaya sewanya 100rb per jam, sangat pas untuk orang yang berkantong tebal
yang tidak ingin lelah berjalan.
Dari pintu keluar kami semua
sejenak istirahat dengan sholat dan makan nasi bungkusan yang telah aku
pesankan di dekat rumah Ibuku. Hari itu hujan, jadi cukup susah bagi kami
menemukan tempat yang pas untuk lesehan. Selesai ishoma, kami harus masuk lagi
ke museum satwa, karena tiket yang dibeli sudah sepaket, sayang jika tidak
digunakan. Di museum satwa, berbagai jenis hewan mati yang diawetkan
berjajar-jajar di dalam kaca, sangat cocok untuk berfoto-foto, terutama untuk
yang suka foto. Namun karena aku cukup kelelahan aku tak terlalu berminat
berfoto terlalu banyak, cukup beberapa untuk kenangan. Dan kenangan ini semoga
terekam juga dalam benak Jundi, bahwa saat masih janin dia telah melihat banyak
jenis hewan di dunia. Suatu saat jika usia Jundi mulai besar aku ingin mengajak
dia kembali kesana, mengenang kenangan indah dulu saat bersama FLP Malang
ditraktir Pak Dian. Terima kasih ya Pak Dian, semoga berkah :-).
20
Oktober 2012
11.12
Dengan
batuk-batuk yang rasa-rasanya semakin sering menyerang tenggorokan
0 komentar:
Posting Komentar