Bicara tentang layar datar, saya sepakat anak-anak sebaiknya tidak terlalu sering berinteraksi dengannya. Walau saya juga meyakini ada sisi positif dari layar datar ini, apalagi untuk anak dengan gaya belajar audio-visual.
Anak-anak saya juga bukan anak yang steril dari gagdet, ada jam tertentu mereka boleh melihat video atau bermain dengan gadget, yang tentunya dengan kandang waktu yang kami sepakati.
Salah satu cara saya memanfaatkan gagdet agar tidak sia-sia bagi anak adalah dengan cara menonton bersama video kisah nabi. Semalam kami memutar kisah Nabi Musa a.s dan Nabi Harun a.s. Dan tentu saja di kegiatan ini Jundi yang paling antusias banyak bertanya tentang kisah Nabi Musa a.s. Namun karena di level ini saya sudah memilih Fara sebagai partner, maka saya akan membahas Fara.
Fara juga terlihat antusias meski beberapa kali dia tidak fokus, namun saya yakin kisah ini setidaknya bisa masuk ke alam bawah sadarnya yang semoga akan ia ingat hingga ia dewasa kelak.
Beberapa hari terakhir Fara juga sedang suka belajar warna dari buku. Tentunya semua buku anak yang saya belikan full colour dengan banyak gambar ilustrasi di dalamnya, nah Fara (dan juga Fasya) sedang asyik menunjuk tiap gambar dan mencoba menyebutkan warnanya. Penyebutan warna ini, Fara saya ajarkan hanya satu bahasa dulu, yaitu bahasa ibu. Dan saya yakin ketika bahasa ibu sudah lancar maka akan mudah mengajarkan bahasa asing kepadanya.
Alhamdulillah dua aktivitas ini bisa mengasah kecerdasan spiritual, intelektual, dan adversitynya. Karena ini adalah hari terakhir saya di level ini, semoga saya bisa konsisten dan lebih terjadwal dalam membuat aktivitas yang melatih kecerdasan anak. Bismillah.
#tantangan_hari_ke15
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa