Sebenarnya aku tak pernah pula
membayangkan sebelumnya jika aku sakit dan masih harus menyusui anakku sevara
ekslusif. Keadaanku yang flu berat 2 pekan ini mengingatkanku pada perjuanganku
saat masih mengandung dulu. Waktu itu usia kehamilanku menginjak 8 bulan, hamil
tua. Flu berat menyerangku, tiap malam aku kesusahan tidur karena batuk-batuk
yang tak kunjung usai. Pada usia tersebut gerakan bayi memang semakin terasa,
tendangan-tendangan kecil Jundi, gerakan tangannya yang rasanya seperti
menggelitik perutku bagian bawah. Pada usia itu pula, janin mulai sering
mengalami kontraksi kecil, jika saya bertanya pada bidan dan dokter obgyn, itu
adalah kontraksi bohongan. Pada kehamilan ini setiap bulan saya memang periksa
di dua tempat, awal bulan jadwalnya ke dokter obgyn agar bisa melihat kondisi
janin dengan USG, dan di tengah bulan jadwalnya periksa ke bidan yang selalu
siap memeperdengarkan suara detak jantung Jundi dengan jelas, that’s amazing.
Kontraksi yang mulai sering terasa
itu pula semakin menjadi saat batuk-batuk terus menyerang. Dalam kondisi hamil
tentu aku tidak bisa sembarangan meminum obat, karena apa yang kukonsumsi akan
dikonsumsi si Jundi juga. Begitu pula ketika aku pergi ke dokter, dokter
mengatakan bahwa beliau akan memberikan dosis yang sangat rendah agar
kandunganku tidak terganggu. Namun walau hanya sakit flu yang lumrah, obat yang
harus kutebus berharga 150ribu, cukup mahal bagiku, apalagi untuk ukuran sakit
flu. Tapi bagaimanapun kondisi bayiku lebih penting, karena aku pun khawatir
jika aku terlalu sering batuk, kontraksi bisa terjadi hingga bayiku harus lahir
premature. Semua Ibu pasti ingin yang terbaik untuk buah hatinya, lahir normal
ketika usianya telah matang.
Lain halnya ketika aku kini yang
sedang menyusui secara ekslusif, aku yang sedang terserang flu berat selain
harus meminum obat yang tidak berpengaruh terhadap bayiku aku juga harus
menjaga agar bayiku tidak sampai tertular penyakitku. Kondisi bayi dengan system
imun yang masih rendah membuat dia lebih rentan terserang penyakit dibandingkan
orang dewasa. Aku pun pergi ke dokter beberapa hari yang lalu, namun sayang
hingga obat habis fluku tak kunjung sembuh. Yang mengherankan justru Jundi yang
terus berdua denganku sama sekali tidak tertular penyakitku, subhanallah.
Awalnya beberapa orang seperi Ibuku
dan Mertuaku mulai khawatir jika Jundi tertular flu yang kuderita, wacana untuk
memakai masker saat menyusui pu menjadi solusi. Tapi yang terjadi justru aku
sama sekali tidak memakai masker :D. Yang kulakukan hanya menyusui tanpa
melakukan kecupan-kecupan sayang ke pipi anakku yang menggemaskan, hehe. Dan Alhamdulillah Jundi sehat-sehat saja
hingga sekarang.
Hal yang amazing ini mengingatkanku bahwa system imun anak yang diberi ASI
ekslusif memang jauh lebih baik daripada anak sufor. ASI memang yang terbaik
dan tak akan terganti oleh susu formula paling mahal sekalipun. Seperti halnya
pada saudaraku yang diberi full sufor, ketika dia telah besar dia sangat rentan
terhadap penyakit, minum es krim sedikit saja langsung pilek. Lalu saudaraku
yang lain dengan kasus yang sama berdekatan dengan orang flu sebentar saja dia
langsung tertular. Tapi tetap kembali, ini semua tidak bisa digeneralisasi, ini
hanya contoh yang berdekatan denganku.
Jundi dengan asupan ASI yang
ekslusif, tanpa tambahan asupan lain sedikitpun memang memiliki daya tahan
tubuh yang cukup baik. Padahal aku pun tidak mengimunisasi dia seperti anjuran
pemerintah, menurutku apa yang telah diberi Allah itulah yang terbaik. ASI
adalah imunisasi yang telah dirancang Allah SWT secara begitu sempurna, lalu
bila ada yang sempurna untuk apa susu formula?
21
Oktober 2012
9.04
Sebagian
tulisan ini kuketik sambil menyusui Jundi, terbiasa saat mengerjakan skripsi
dulu
0 komentar:
Posting Komentar