Alhamdulillah mas Jundi suka sayur, malah kalau gak ada sayur di piring makannya dia bakal tanya kenapa kok gak ada (bundae durung masak T-T).
Sayur yang bagi sebagian besar anak kecil jadi momok, justru jadi kesukaan mas Jundi. Gak jarang sayurnya 'digado' tanpa nasi.
Membiasakan makan sayur sejak dini memang gampang-gampang susah, karena saya sendiri waktu kecil termasuk yang anti sayur. Tapi setelah saya amati ternyata pola makan itu menurun dari orang tua. Orang tua saya termasuk orang yang tidak mewajibkan sayur ada di piring makan, yang penting ada lauk, hanya tentang bagaimana nasi bisa masuk perut.
Pola makan seperti ini 'nurun' secara tidak langsung ke Agie kecil, jadi jangan pernah ngeluh anak anda gak mau makan sayur kalo anda sendiri jarang makan sayur.
Semakin saya besar saya paham sendiri bahwa tubuh saya butuh sayur banyak, bukan jarang-jarang, maka Agie yang baru belajar itu hingga sekarang jadi terasa hambar kalo di piring makan gak ada sayur, sayur adalah wajib ada biar lidah tidak 'getir'.
Alhamdulillah kebiasaan ini nurun ke mas Jundi. Sejak MP ASI alhamdulillah mas Jundi full homemade tanpa instan instan. Awal MP ASI saya memilih sayur yang hambar untuk saya kenalkan pertama kali. Dan jangan ditanya, makannya Jundi selalu lahap, hingga sekarang -_- (kadang kayak anak rakus, sehari bisa minta makan 4-5kali, alhamdulillah gak obes dan cenderung normal di tengah-tengah daerah hijau KMS). Pun, sampai sekarang agak susah makan dengan bumbu yang 'strong' karena biasa hambar (biar kayak orang Jepun kali ya, wkwk).
Si adek pun alhamdulillah juga suka sayur walau baru 3 bulan ini MP ASI. Sempet coba bubur non instan bebiluck yang pake sayur kering ternyata mereka tidak terlalu doyan, jadi daripada buang bebilucknya tiap masak saya tambahkan sayur segar ke bubur tim mereka.
Bismillah semoga keluarga kami bisa tetap membiasakan makan sayur untuk kesehatan tubuh sebagai bentuk rasa syukur pada Allah yang telah memberi kehidupan.
Bunda jundi
20 juli 2016