Kembar. Sebuah kata yang selalu istimewa, bahkan sering jadi pusat perhatian. Barangkali memang selalu terlihat unik ketika dua orang jalan berdua dan keduanya mirip, apalagi kalau kembar identik.
Dulu. Dulu sekali ketika aku masih SD (barangkali) sering melihat takjub orang kembar. Jika tak sengaja bertemu orang kembar, aku seringkali mengamati takjub mereka berdua seolah kembar benar-benar sesuatu yang luar biasa. Ah, jika diingat-ingat barangkali aku saat itu begitu memalukan.
Sejak kecil aku tak pernah terpikir punya anak kembar, sampai saat ini pun. Hingga di suatu siang beberapa pekan lalu jantungku dibuat berdebar melihat layar USG. Janin yang aku kandung kembar.
Tepatnya sekitar 5 pekan lalu saat kandunganku berusia 15 pekan (sekarang sudah 20 pekan). Saat itu aku ANC di bidan rina (semoga nanti bisa melahirkan ditolong beliau, aamiin). Seperti 2 bulan sebelumnya begitu berbaring di ranjang periksa perutku di USG. USG kali ini bidan rina langsung sedikit 'heboh' menjelaskan gambar USG di monitor. Suamiku yang mengurusi si sulung di luar tempat periksa juga langsung dipanggil. Janinnya kembar.
Dua bulan sebelumnya memang belum ketahuan kalau janinku kembar karena aku 'lupa' nggak nahan pipis, padahal beberapa waktu sebelumnya baru saja baca kalau USG hamil muda harus dalam keadaan kantong kemih penuh.
15 juni 2015 (tidak rampung)
Add caption |
Kini tak terasa usia kandunganku sudah memasuki minggu ke 36, semakin dekat dengan waktu persalinan. Ada hal-hal yang kurasakan berbeda dengan kehamilanku yang pertama dulu. Entah. Barangkali dulu di kehamilan pertama aku terlalu sibuk dengan skripsiku sehingga hari-hari terakhir kehamilan aku jalani biasa saja tanpa ada rasa beban.
Kecapekan. Saat ini aku merasa sangat sering kecapekan dan terasa berat. Entah karena aku memboyong 2 janin di rahimku, atau aku tidak terlalu sibuk sehingga setiap detik begitu terasa? Setiap hari aku selalu menanti agar mereka segera terlahir ke dunia, mengalami persalinan dari alam rahim ke alam dunia. Tak bosan rasanya tiap hari membaca tentang perkembangan janin pada usia yang aku jalani sekarang. Sayang belum ada buku khusus yang membahas secara menyeluruh tentang kehamilan kembar.
Kehamilan kembar tentu berbeda dengan tunggal, yang jika kau baca di artikel-artikel kehamilan ini lebih beresiko. Tapi dengan sugesti yang positif dan keyakinan penuh pada Allah segala resiko itu berubah menjadi sebuah ladang jihad yang tidak semua wanita berkesempatan. "Bunda beruntung punya ladang pahala yang banyak" begitu suamiku selalu berujar.
Si kembar sudah seharusnya bersyukur memiliki seorang ayah yang siaga dan penyabar. Di usia ini aku banyak melewatkan beberapa pekerjaan rumah, walau aku masih bisa tapi tidak seoptimal biasanya, maka suamilah penggantinya. Kadang aku iri, sejak kehamilan yang memaksaku untuk tidak sering menggendong Jundi membuat Jundi lebih suka dengan ayahnya, bangun tidur yang dicari ayahnya, karena ayah bisa langsung memeluk dan menggendongnya sedang aku tidak. Tapi aku yakin semua ada masanya, dulu saat masih menyusu hanya aku yang dicarinya jika bangun tidur, dan barangkali ini juga sebuah proses penyesuaian diri. Aku tahu Jundi pun menyayangi calon adiknya, sering dia mencium perutku dan membelai-belai adiknya. Oke,ini hanya masalah proses persalinan dr seorang anak tunggal menjadi seorang kakak. Waktu juga yang akan mendidiknya untuk menjadi kakak yang bisa menjadi tauladan adik-adiknya.
Di usia ini posisi janinku yang pertama sudah memasuki panggul,siap untuk segera keluar bersalin menuju alam dunia. Dan janin kedua untuk pemeriksaan terakhir dalam posisi melintang, posisi ini masih bisa berubah ubah. Dan aku yakin aku pasti bisa melahirkan mereka dengan cara normal, aku yakin Allah akan mengabulkan do'aku agar bisa melahirkan keduanya dengan jalan normal. Bismillahi tawakaltu 'alallah.
Malang, 2 Oktober 2015 sambil menunggu mas Jundi pulang dari sekolahnya :)
Dari seorang Ibu yang ingin selalu belajar memperbaiki diri.
Dari seorang Ibu yang ingin selalu belajar memperbaiki diri.