bundajundi.blogspot.com – Tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa seorang aku akan mendapatkan ACC dari suami membawa bayi keluar kota sendirian. Setelah hampir sebelas tahun menikah, rasanya inilah pertama kalinya suami rida aku keluar kota sendiri tanpa dia.
Aku berangkat untuk mengikuti Musywil FLP Jatim sebagai seorang pengurus yang bersiap demisioner dari amanah. Alhamdulilah aku berangkat dengan Mbak Zie yang suami juga sudah kenal baik bahkan sebelum kami menikah. Mungkin itu juga alasan yang membuat suami bisa mengizinkanku berangkat.
Awalnya aku berencana berangkat bersama rombongan dari Malang yang menyewa mobil. Namun, karena Mbak Zie tidak bisa ikut rombongan tersebut karena masih mengajar, aku menemaninya berangkat via kendaraan umum.
Kalau dibilang nekad, ya, nekad banget. Sampai di tempat acara pun banyak teman pengurus menyatakan salut pada kenekadanku. Aku sendiri merasakan sesuatu pengalaman baru yang cukup memicu adrenalin.
Rasanya sudah lama sekali aku tidak merasakan naik bus keluar kota. Alhamdulilah bayi pun kondusif tidak perlu drama rewel, hanya sekali menangis justru saat sudah sampai di kota tujuan dan naik mobil penjemput.
Dijemput calon Jatim 1
Ya, kusebut begitu karena yang menjemput rombongan kami saat itu adalah calon kuat kandidat ketua FLP Jatim, Ustadz Muchlisin.
Saat dalam perjalanan beliau berkata kepadaku bahwa sebenarnya istrinya pun ingin ikut menjemput tapi tidak jadi. Istri beliau sudah lama menjadi salah satu distributor BOTIA, merk hijab milikku.
Benar saja, setelah agenda acara berlangsung, beliau benar-benar terpilih menjadi ketua FLP Jatim periode 2022-2024. Wah, beruntung sekali merasakan dijemput oleh orang nomor satu di FLP Jatim.
Bayi introvertku bahagia
Alhamdulilah, sebagai anak bontot, bayiku ini bisa kubilang bayi introvert. Jika dengan orang baru dia akan bersikap agak ketakutan dan terus memelukku lebih erat. Namun, karena keintrovertannya itu dia mudah dikondisikan agar tidak terlalu rewel di perjalanan. Dia pun begitu anteng duduk di pangkuanku.
Awalnya dia tidak mau diajak orang lain, tapi alhamdulillah lama-lama dia pun mau diajak Mbak Zie yang juga sekamar denganku (aslinya enggak, tapi minta ganti, hehe). Dalam perjalanan pulang pun dia mau dipangku Mbak Zie, malah aku dicuekin, haha.
Bayiku terlihat bahagia saat di kamar hotel, diajak jalan-jalan ke alun-alun dekat acara, dan juga saat pergi ke pantai. Ya, ini pertama kalinya dia diajak ke pantai.
Bayiku bermain pasir pantai |
Sebagai anak pandemi yang lahir tepat sebulan sebelum Indonesia dinyatakan pandemi, dia memang bisa dibilang jarang diajak jalan-jalan. Paling sering hanya ke rumah Eyang atau Mbah, haha.
Apalagi semenjak beberapa bulan lalu mobil kami harus dijual. Semakin jarang dia merasakan jalan-jalan. Bismillah, ya, Nak, semoga sebentar lagi ada rezeki beli mobil lagi.
Liburan bagiku, mengurus rumah tangga bagi suami
Sebenarnya aku sudah hampir tidak jadi berangkat ke Gresik karena jadwal ujian tes masuk SD untuk anak kembarku. Namun, alhamdulillah jadwalnya diundur hari Senin. Waktu diundur aku sudah bahagia sekali, eh, tiba-tiba ada undangan lain dari sekolah mereka untuk temu wali. Aku yang sudah bahagia hampir patah hati lagi.
Secangkir cokelat hangat bikinan ayah dan tiga anak |
Alhamdulilah suami mau menggantikan dan anak-anak pun bisa diberi pengertian. Salut dengan suami yang bisa momong tiga anak sekaligus sendirian tanpa ada aku di rumah. Berbagai laporan aku terima, mulai membuat minuman cokelat bersama, hingga menonton film bersama.
Aku tetaplah seorang ibu
Sebagai seorang perempuan, aku tetaplah seorang ibu dan istri. Bagaimanapun kiprahku dalam mengaktualisasi diri, tugas utamaku tetap menjadi seorang ibu dari empat anakku. Tugas utama inilah yang kelak akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak, sudahkah aku menjalankan fungsiku dengan baik?
Meski aku diberi kesempatan menjadi ‘diriku’, aku tetaplah seorang ibu yang memiliki tanggung jawab empat orang anak. Jadi, kalau jalan-jalan juga harus membelikan oleh-oleh untuk mereka.
Bersama teman-teman pengurus FLP Jatim demisioner |
Saat jalan-jalan di Pantai Dalegan, akhirnya aku pun membelikan keempat anakku baju dengan tulisan Pantai Dalegan sebagai kenang-kenangan. Meski tiga anakku belum pernah ke sana, setidaknya sudah punya bajunya dulu. Hehehe.
Bu, apapun kiprahmu dalam mengaktualisasi diri, tugas utamamu adalah seorang ibu. Dalam setiap keputusan mengambil amanah baru aku pun selalu meminta pertimbangan suami. Lalu suami pun akan mengembalikan kepadaku apakah aku merasa bisa membagi waktu atau tidak. Ah, suamiku, terima kasih banyak atas semua cintamu.
Very late post, kejadiannya sudah sebulan lalu, nulisnya baru sekarang.
Malang, 14 Februari, dini hari.