Inikah tarawih terakhirku? Semalam sempat terbesit dalam hati, bilakah tarawih ini adalah tarawih terakhirku? Air mataku pun menitik, lalu menderas. Sudah beribadah apa saja di bulan Ramadhan ini? Apa tetap sama dengan sebelum-sebelumnya? Kusia-siakan Ramadhan hingga dia pergi tanpa menoleh lagi.
Palsu! Aku selalu berjanji palsu dari tahun ke tahun. Janjiku ingin lebih optimal beribadah tahun ini. Nyata-nyatanya, sama saja. Aku lagi-lagi menyia-nyiakan.
Tarawih kemarin akankah menjadi tarawih terakhirku di tahun ini, atau menjadi tarawih terakhir dalam hidupku? Ah, sampaikah aku ke tahun berikutnya? Seolah-olah diri segera beranjak dari dunia ini. Lagi-lagi air mata itu mengaliri pipi. Telah kusia-siakan Ramadhan kali ini.
Ramadhan, sudikah kiranya dirimu berjumpa lagi denganku? Aku sudah merindumu, meski baru beberapa jam lalu kita berpisah.
Ramadhan, akankah tahun ini kamu akan membekas di tiap nafasku? Akankah kebiasaan-kebiasaan yang kulakukan bersamamu akan tetap kubawa saat tak lagi bersamamu?
Ramadhan, kaulah bulan penuh cinta. Darimu aku belajar, bahwa setiap menit begitu berarti untuk mengeja tiap kalamullah. Tapi sudahkah aku mengoptimalkan cinta ini bersamamu?
Ramadhan, apakah aku mendapat malam istimewamu itu? Sebuah malammu yang terlalu istimewa, tapi lagi-lagi aku barangkali telah mengabaikannya.
Ramadhan, ah janganlah pergi. Aku masih ingin kita bersama lagi. Peluklah erat kalbuku agar selalu tertaut padamu.
Ah Ramadhan. Mudahkanlah hamba ya Rabb agar bisa bertemu dengan Ramadhan-Mu, lagi, lagi, dan lagi. Diri ini sudah ingin mencuci dosa lagi, karena nyatanya dosaku masih menggunung.
#30HariMemetikHikmah #TantanganMenulisIPMalang #RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-23
Selasa, 04 Juni 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar