Dua hari yang lalu di rumahku mati listrik di malam hari,
cukup lama, hingga membuat Jundi yang akan pergi tidur terbangun lagi. Gelap. Karena
si ayah pergi ‘hajatan’ di tempat tetangga, maka jadilah aku dan Jundi berdua
di kamar, ditemani 1 buah lilin yang menyala. Pintu kamar memang kubiarkan
terbuka, agar cahaya lilin dari dalam kamar bisa menerangi luar kamar. Seperti biasanya
Jundi bermain kesana kemari sendiri di dalam kamar, buka lemari, mengobrak
abrik isinya, atau mainan alas lantai. Tapi mungkin karena bosan si jagoanku
celingak-celinguk cari mainan baru. Dia pun pergi keluar kamar yang gelap
gulita. Aku biarkan saja, hanya memanggilnya beberapa kali, “Sayang, ngapain
disana?”. Tapi yang dipanggil nggak juga kembali, cukup lama, dan aku juga
cukup capek untuk menjemputnya, jadi kubiarkan saja :D.
Dalam situasi seperti itu aku berusaha mengendalikan lidahku
untuk tidak menakut-nakuti anakku. Tentunya aku tidak mau si Jundi (9m10d) jagoanku
menjadi penakut, apalagi takut gelap dan hantu (yang identik dengan gelap). Beberapa
menit kulihat dari dalam kamar dia hanya diam di luar kamar, sambil
menggosok-gosok permukaan alas lantai yang bertekstur kasar (kebiasaan Jundi
sejak lama). Aku pun tetap membiarkan, hanya memanggil menyuruhnya segera masuk
kembali ke kamar. Dan lama-lama Jundi pun kembali ke kamar dengan tersenyum dan
langsung memelukku. Ah, Jundi pintar, Jundi tidak takut gelap.
Di mata sebagian besar anak gelap itu menakutkan. Teringat lagu
‘Jangan takut akan gelap’ yang dinyanyikan SO7 dan Tasya, nampaknya lagu itu
diciptakan agar banyak anak kecil menjadi tidak takut gelap. Menurut pengamatanku
anak kecil fitrahnya itu tidak takut gelap, hanya saja lingkungannya membentuk
dia menjadi takut gelap. Teringat dengan saudaraku yang suka menakut-nakuti
anaknya sendiri lantaran Ibunya sedang malas untuk mengikuti perginya anak. Jika
anak pergi ke ruangan lain, maka dengan mudahnya si Ibu akan berkata, “Hi…takut…disitu
ada hantunya”. Lalu dengan mudah si anak akan kembali ke pangkuan Ibunya. Takut.
Dan itu tidak akan menjadi terlalu capek untuk Ibunya.
Maka jika anak kita takut terhadap sesuatu, coba cek, adakah
perkataan kita,perilaku kita yang membuat dia menjadi seperti itu? Ah, ini
hanya teoriku, dan aku bukan seorang psikolog :).
Rabu, 10 April 2013
Setelah
hampir setengah tahun tidak berhasil merampungkan satu tulisan, akhirnya mala
mini bisa juga tulisan ini rampung, hehe…
0 komentar:
Posting Komentar