Seperti bayi yang baru lahir pada
umumnya, bayi Jundi juga memakai popok kain tradisional. Bagi sebagian besar
orang tentu popok jenis ini sangat ribet. Pertama, tiap kali si kecil pipis
harus mengganti. Yang kedua cucian banyak, karena bayi yang baru lahir
intensitas buang air kecilnya sangat sering. Tak hanya buang air kecilnya,
buang air besarnya pun bisa jadi sangat sering (khusus untuk bayi ASIX karena
sifat ASI sebagai pencahar). Keribetan yang kedua ini tentu membuat capek si
Ayah, terutama jika harus mencuci banyak popok dengan pup yang lengket di
atasnya. Dari awal kelahiran Jundi hingga sekarang (Jundi usia 9m23d) urusan
cuci mencuci popok menjadi urusan ayah.
Untuk digunakan di malam hari
tentu penggunaan popok kain tradisional ini menjadi sangat ribet. Hampir tiap 2
jam sekali bayi akan pipis dan tentu saja terbangun dan menangis. Kalau sudah
begini maka solusinya adalah popok yang bisa menampung hingga berkali-kali
basahan. Dan solusi yang aku pakai waktu itu adalah pospak (alias popok sekali
pakai). Pospak ini memang praktis banget, selain bisa tahan hingga pagi, pospak
juga bisa langsung dibuang tanpa harus mencuci terlebih dahulu.
Sebenarnya waktu aku masih hamil
aku sudah membeli 2 buah clodi (cloth
diaper modern) berukuran new born yang kupersiapkan untuk dipakai Jundi
saat masih kecil. Namun ternyata untuk bayi baru lahir clodi terlalu bulky jika dipakaikan. Walau memang kata
produsennya bisa dipakaikan untuk bayi mulai berat 3-13kg, tapi untuk baby
Jundi yang lahir dengan berat 3,1kg clodi membuat kakinya mekakang. Dengan alasan itu maka clodi menjadi terlupakan dan tiap
malam aku memakaikan Jundi dengan pospak. Dua buah clodi Jundi pun tersingkir
begitu saja, terlupakan.
Penggunaan pospak tiap malam dan
tiap kuajak keluar berlangsung cukup lama, hingga usia Jundi sekitar 7 bulan (lupa).
Namun segera kuhentikan setelah membaca kultwit dr. H. Taufiqur Rahman, SpA
(linknya sebagai berikut à
http://taura-taura.com/amankah-penggunaan-diaper/
). Tentunya setiap Ibu hanya ingin yang terbaik untuk anaknya. Sejak saat itu
aku langsung memesan 1 buah clodi merk lokal yang berbeda dari yang pertama
kali kubeli. Asumsiku jika Jundi hanya mengenakannya pada malam hari maka akan
cukup jika hanya memiliki 1 cover dan 2 insert. Namun ternyata lama-lama aku
makin jatuh cinta sama clodi, selain daya serapnya hampir menyamai pospak,
sehat, ramah lingkungan, dan yang paling penting hemat :D. Lama-lama allday aku memakaikan Jundi clodi,
karena makin lama makin ribet jika memakai popok kain tradisional. Kini Jundi
sudah memiliki sekitar 6 buah cover dan banyak insert (lupa berapa jumlahnya,
yang jelas lebih banyak dari jumlah covernya).
Sayang, di musim penghujan yang
kurang bersahabat untuk menjemur, Jundi terkadang harus terpaksa pakai pospak
karena clodinya nggak kering :(.
Tapi tak apalah, yang penting nggak tiap hari dan tiap waktu, hehe.
Malang, 13 April 2013
Bundajundi.blogspot.com :)
salam kenal. mampir kemari hasil browsing pengalaman ibu2 memakai clodi. hehe aku punya 11 insert litty by Pempem, mbak. Blm termasuk insert hemp dan microfiber (bawaan pas beli covernya yg mostly merk Ecobum). So far, hasil dari prewash insert, favoritku ya litty krn paling cepat kering.
BalasHapushttps://whileinsydney.wordpress.com/
salam kenal juga mbak. wah kalo insert litty saya malah belum pernah coba performanya,karena 3 tahun lalu belum produksi,adanya yang insert bamboo. kalo sekarang saya jatuh cinta sama insert staydrynya babibum,cepet kering dan daya serapnya bagus.
Hapus