Sabtu, 20 Desember 2014

MAAFKAN BUNDA

Untuk buah hatiku, Dzakwan Jundi Firdaus.
Maafkan Bunda belum bisa menjadi Bunda yang baik. Begitu banyak hal sayang dari semua teori-teori tentang mendidik anak yang Bunda pelajari namun Bunda sendiri belum bisa mempraktekkannya padamu. Begitu banyak hal yang luput dari angan-angan Bunda untuk menginginkan yang terbaik untukmu. Barangkali Bunda juga manusia biasa yang tanpa sadar mendidikmu seperti cara-cara orang tua Bunda dulu mendidik Bunda. Walau sering Bunda sadari apa yang Bunda lakukan itu salah nak, tapi Bunda belum bisa mengurungkan emosi sesaat untuk melakukan A atau B.
Sungguh nak, ternyata mendidikmu tidak semudah yang seperti ada di buku Propethic Parenting atau buku lain yang Bunda jadikan rujukan. Sungguh, Bunda sesungguhnya ingin memberikan yang terbaik untukmu. Bunda ingin kamu menjadi anak shalih sejauh jalan yang kelak engkau lalui sendiri. Bunda ingin kelak engkau menjadi penghafal al-Qur’an. Iya sayang 30 juz al-Qur’an. Yah, walau Bunda sendiri belum bisa menjadi contoh yang baik untukmu nak, Bunda baru menghafal 1,5 dari 30. Tapi Bunda harap engkau bisa nak, iya, engkau pasti bisa.

 
Sayangku, maafkan Bunda yang sering berlaku khilaf padamu. Lagi-lagi Bunda katakan, Bunda sama dengan kebanyakan manusia yang lain, belum pintar mengendalikan emosi. Kau tahu kan sayang? Dari shubuh Bunda sudah sibuk di dapur, mencuci, dan banyak sekali aktivitas lain yang Bunda kerjakan sebelum engkau bangun. Bunda manusia biasa yang merasakan capek nak. Seringkali di saat Bunda capek Bunda semakin tidak terkontrol, bahkan untuk menghadapi keluguanmu yang tak sabar.
Sayang, Bunda memang tak sempurna, bahkan sangat jauh dari sempurna. Barangkali di saat Bunda terlalu capek dengan banyak pekerjaan yang masih belum terselesaikan Bunda pernah membentakmu yang tak sabar. Sayang, maafkan Bunda. Bunda tahu, membentakmu bukanlah hal yang logis. Tapi dalam keadaan capek Bunda sering tidak bisa mengontrol emosi. Bunda sering merutuki kelakuan Bunda sendiri ketika secara tak sadar telah membentakmu sayang. Sungguh Bunda menyesal. Bunda ingin bisa mengontrol segala hal saat bersamamu. Sungguh.
Mas Jundi, Bunda tahu di matamu terlalu penuh dengan rasa sayang saat engkau menatap Bunda. Di matamu juga terlalu banyak menyimpan rasa ingin tahu yang tinggi hingga seringkali kau berperilaku tak sabar. Tapi benar kata ayahmu nak, bukan Bunda yang harus kau mengerti, tapi Bunda yang harus mengertikanmu. Maafkan tindakan bodoh Bunda nak ketika Bunda ingin kau mengertikan Bunda. Bunda seringkali memang tak logis, dan kaulah makhluk polos yang benar-benar logis.
Sayang, kita memang sama-sama sedang belajar, dan sayangnya justru Bundalah yang harus banyak belajar darimu. Bunda seringkali teringat tatap matamu ketika Bunda membentakmu. Dan sungguh, sampai saat ini Bunda sepeti tidak bisa memaafkan diri Bunda sendiri. Bunda menyesal sayang, sungguh menyesal. Kau ingat bisikan Bunda kala itu nak? Bunda menyayangimu, benar-benar menyayangimu. Di satu sisi Bunda ingin menjadi Bunda yang tegas. Tapi bukankah tegas itu bukan dengan membentak? Bunda tidak mau lagi membentakmu nak, sungguh. Dan Bunda sadar nak, tatapanmu seketika saat Bunda membentakmu adalah tatapan ketika sepersekian detik jutaan neuron di otakmu mati. Dan Bunda tak ingin lagi ada yang mati nak, sungguh.
Sayangku, Dzakwan Jundi Firdaus. Bunda ingin kau menjadi seseorang seperti namamu, Tentara Surga yang Cerdas. Walau barangkali ini adalah sebuah kekonyolan nak, ketika Bunda menginginkan sesuatu tapi Bunda tidak mengusahakannya dengan maksimal. Ya, Bunda terlalu konyol mengharapkanmu menjadi sesuatu yang baik sedangkan Bunda sendiri belum menjadi Bunda yang baik untukmu.
Sayang, maafkan ketika Bunda belum bisa menjadi panutan yang baik. Terlalu banyak contoh tidak baik yang tidak seharusnya kau tiru nak. Maafkan Bunda. Bunda harap kita bisa menjadi teamwork yang baik. Kita dan juga ayah, sayang. Kita bersama-sama ya sayang berjuang meraih jannahNya. Bunda selalu meyakini tidak akan ada kata terlambat untuk hamba yang mau memperbaiki diri. Bunda memang harus terus memperbaiki diri nak, barangkali inilah bekas dari ibadah Bunda yang belum optimal. Bunda janji akan menjadi Bunda yang memperbaiki diri untukmu nak, dan semua lagi-lagi agar kita selalu disayang Allah. Semoga apapun yang kita kerjakan memperoleh ridho dari Allah, aamiin.

Your Mom,
18 Desember 2014
18.07

Tidak ada komentar:

Posting Komentar