Memberikan apa yang terbaik untuk
anak tentu semua ada ilmunya, tidak terkecuali ilmu tentang menyusui atau
memberikan ASI. Kemarin aku sempat membaca data bahwa di daerah industry prosentase
bayi yang mendapatkan ASI secara ekslusif angkanya sangat rendah. Hal ini
dikarenakan sebagian besar Ibu di daerah tersebut bekerja sebagai buruh pabrik,
sehingga tidak ada waktu untuk menyusui secara ekslusif.
Suatu kali aku pernah bertemu
dengan saudara dari suami yang juga memiliki anak yang 2 bulan lebih tua dari
anakku. Entahlah, sekarang ketika melihat anak bayi hal pertama yang aku
tanyakan pada Ibunya adalah mengenai ASI, apakah diberi ASI atau sufor? Jawaban
yang aku dapat, ASI tapi dibantu dengan sufor. Dan tahukah apa alasan yang aku
dapat? Si Ibu harus bekerja di siang hari, dan sudah menjadi peraturan di
tempat kerjanya bahwa pegawai tidak boleh pulang walau sedang istirahat. Setelah
kuinterview (cieh…bahasanya berat) ternyata saat di kantor si Ibu harus
mengeluarkan ASInya dengan pompa dan membuangnya. Ini terjadi karena kurangnya ilmu dan informasi yang didapat oleh si Ibu. Padahal jika saja dia tahu mungkin hasil pompa itu akan dia simpan di icebag dan diberikan keesokan harinya pada bayinya saat ia harus bekerja, begitu mudahnya. Sekarang ini sudah mulai banyak bermunculan wanita karir yang harus bekerja tapi tetap bisa memberikan ASI ekslusif, kalo ada yang bisa, mengapa Ibu lain tidak bisa? Tentu bisa, dan pasti bisa…:-)
mengeluarkan ASInya dengan pompa dan membuangnya. Ini terjadi karena kurangnya ilmu dan informasi yang didapat oleh si Ibu. Padahal jika saja dia tahu mungkin hasil pompa itu akan dia simpan di icebag dan diberikan keesokan harinya pada bayinya saat ia harus bekerja, begitu mudahnya. Sekarang ini sudah mulai banyak bermunculan wanita karir yang harus bekerja tapi tetap bisa memberikan ASI ekslusif, kalo ada yang bisa, mengapa Ibu lain tidak bisa? Tentu bisa, dan pasti bisa…:-)
Ada lagi cerita tentang Ibu-ibu di
desa yang usia anaknya terpaut 1 bulan lebih tua daripada anakku. Dia memang
menikah di usia yang masih belia, 17 tahun. Setelah tamat SMP dia tidak melanjutkan
ke jenjang selanjutnya, dan akhirnya menikah di usia muda. Sebagai Ibu yang
berusia belum cukup matang, dia belum terlalu telaten untuk merawat bayinya
sendiri, sehingga di malam hari ketika bayinya terbangun dia tidak mau menyusui
bayinya, sehingga nenek si bayilah yang berperan membuatkan susu formula untuk
si bayi. Namun karena terlalu sering diberi susu formula, si bayi saat ini jadi
tidak mau lagi menyusu ke Ibunya, dan jadilah dia bayi sufor, full sufor. Lagi-lagi
semua butuh ilmu, namun ilmu juga belum cukup jika tidak ada dukungan dari
orang di sekitar, terutama dari suami. Saat ini si bayi (maaf) bobotnya jauh di
bawah bayiku yang full ASI. Bayiku sudah 7,7 kg saat timbang di posyandu bulan
kemarin, dan si bayi ini baru 5,5 kg. Memang tidak ada yang lebih baik dari
ASI.
Ada lagi cerita yang pernah kubaca
di komunitas AyahASI, cerita tentang Ibu yang membeli obat penghenti ASI (aku
sendiri tidak tahu namanya) hanya untuk menjaga body. Ternyata naluri keibuan
Ibu-ibu sekarang sudah banyak yang hilang, toh jikapun body harus berubah juga
demi masa depan anak. Padahal yang membuat dada melorot (maaf) itu bukan karena
menyusuinya, tapi karena kehamilannya. Kalau nggak mau mlorot ya sudah, nggak
usah hamil aja! Lagi pula menurutku disinilah cinta suami kita (Eh? Kita? Tidak…suami
saya sendiri! Wkwk) akan diuji, apakah jika body kita berubah dia tetap cinta? Hehe…
Dulu, saat baru beberapa hari
menjadi Ibu, aku mulai rajin memompa PDku (maaf), karena produksi ASIku yang
masih kurang. Menurut yang kubaca, dengan memompa minimal 2 jam sekali bisa
menaikkan produksi ASI. Hal ini karena memompa memberi sinyal pada tubuh kita
bahwa kita butuh banyak ASI, sehingga tubuhpun akan memproduksi lebih banyak. Namun,
ternyata saat di bidan hal ini justru tidak diperbolehkan, alasan dari bidan
pompa bisa menyebabkan PD melorot (ah lagi-lagi masalah body). Saran yang
diberikan adalah memerah dengan tangan atau sekarang istilah yang sering
kudengar adalah mermaid (sering dibahas di komunitas tipsmenyusui on twitter). Tapi
tahukah apa kata suamiku? Nggak usah, pakai
pompa aja, ribet, ntar adek capek. Hm…ternyata dia suami idaman yang pengertian…wkwk…
Dan sekali lagi, yang ingin
kutegaskan di tulisan ini adalah masalah pentingnya ilmu. Menyusui memang
naluri, tapi ilmu sangat perlu agar kita tidak salah dalam memberikan yang
terbaik untuk baby. Dan lagi buat
para Ibu dan calon Ibu, udah deh nggak
usah bingung body, cinta suami
akan terbukti justru saat tubuh kita sudah tidak secantik dulu…hehe (maaf
tulisan kali ini agak vulgar). Semoga bermanfaat… :D
31 Oktober 2012
7.14
Setelah beberapa hari nggak nulis karena terkendala beberapa
hal, banyak yang ingin kubagi, insyaAllah besok lanjut lagi…:-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar