Bagiku menjadi istri dari lelaki seperti dia adalah anugerah yang dipersiapkan Allah untukku. Allah menjawab do'aku dengan begitu indah.
perkenalan kami memang tak lama, hanya sekitar 2 bulan saja. namun itu membuatku yakin menerima pinangannya. masih teringat, aku mulai kenal dia sejak bulan Ramadhan tahun 2010. kala itu ada acara FLP, bedah karya sekaligus buka bersama. tapi perkenalan kala itu hanya sekedar kenal. bisa jadi pertemuan berikutnya kita masih akan saling menanyakan, "nama kamu siapa?"
mungkin sebelum perkenalan kala itu kami juga sudah pernah bertemu dalam acara FLP yang lain. lagi-lagi hanya sekedar kenal. aku sendiri tak lagi ingat dengan jelas kapan tiba-tiba kami berdua mulai akrab. bisa jadi dalam pertemuan-pertemuan yang banyak, atau dalam diskusi-diskusi singkat di jejaring sosial. itu mungkin berlangsung sekitar bulan januari 2011.
semua ada begitu saja, tanpa kusangka tanggal 28 februari 2011 ada akhwat yang malam-malam menelponku. telpon itu awalnya berputar-putar, candaan dari sana kemari, lalu serius, kata akhwat itu dia ingin mengkhitbahku.
Semuapun berlangsung begitu saja, beberapa hari setelah hari itu dia datang ke rumahku, melamarku ke orang tuaku. Orang tuaku hari itu memutuskan bahwa dia harus menunggu hingga aku lulus kuliah. Dia pun dengan tegas berkata bahwa dia akan mencari wanita lain jika memang tidak diijinkan menikah sebelum bulan Ramadhan 2011. Itu sama sekali tidak menjadi soal, toh kami memang belum ada rasa apa pun.
Sejak saat itu aku semakin merajinkan istikharah, apabila dia memang jodohku maka mudahkanlah, hanya itu saja. Dan karena memang jodoh, dan Allah Maha Pembolak balik hati. Orang tuaku di awal maret itu pula langsung memutuskan pernikahan kami bulan juni, hanya sekitar 3 bulan dari saat dia pertama kali ke rumahku untuk melamarku.
Semua pun berjalan begitu saja, orang tuanya datang ke rumahku, dan orang tuaku datang ke rumahnya. Semua berlangsung di bulan maret, 3 bulan sebelum pernikahanku. Tiga bulan yang terasa amat lama bagiku kala itu. Menjaga hati selama 3 bulan itu butuh usaha ekstra. Apalagi kami harus banyak berinteraksi untuk mempersiapkan pernikahan. Benar-benar berat...
Pernikahanku berlangsung tanggal 9 juni 2011, tepat beberapa hari sebelum aku harus mengikuti ujian akhir semester. Berangkat kuliah dengan diantar pacar pun pertama kali kurasakan 2 hari setelah pernikahanku, ujian praktikum seingatku. Ah, saat itu benar-benar terasa berbeda. Dengannya semua serba pertama.
Setelah menikah, aku baru menyadari, bahwa dia memang jawaban keinginanku selama ini. Dari dulu aku ingin punya suami berlesung pipit :D. Benar-benar manis di saat tertawa. Hehehe.
Namun sungguh, lelakiku ini istimewa. Dia rela melepaskan karirnya demi aku, padahal pernikahanku baru 5 bulan berjalan. Dia yakin rejeki tidak akan tertukar. Kami pun berdua merintis usaha, benar-benar dari bawah dengan terseok-seok. Namun alhamdulillah setelah hampir 2 tahun kami bangun, bisnis ini justru menghasilkan keuntungan berkali-kali lipat dari gaji suami dulu.
Saat aku hamil di saat masih kuliah dia juga bisa jadi lelaki yang siaga. Kalau kata Ibuku aku benar-benar beruntung mendapatkan suami seperti dia. Kala perutku semakin membesar dan semakin kesulitan untuk memakai kaos kaki, maka dia setiap kali aku akan keluar rumah dengan sabar memakaikannya. Bukannya aku kepedean membanggakan suamiku, tapi aku pikir tidak semua lelaki mau. Tapi dia mau karena dia juga ingin tetap menjaga auratku. :)
Saat aku baru melahirkan, aku masih harus menyelesaikan skripsi. Dan dia dengan rela di rumah sambil bekerja menunggu si kecil, mengerjakan semua sendiri. Karena ibuku tidak setiap hari bisa membantu menjaga Jundi. Walau terkadang dibantu ibuku tapi lebih sering dia mengatasi semua sendiri. Dan tetap saja kukatakan dia istimewa. Mungkin hanya dia dan segelintir ayah yang mau mengganti popok yang terkena BAB bayi. (beberapa curhatan ibu-ibu termasuk ibu saya sendiri suami mereka untuk urusan satu itu tidak mau turun tangan).
Mungkin semua terlihat begitu berlebihan, atau bisa jadi semua laki-laki memang seperti itu. tapi bukankah untuk menjaga cinta kita harus selalu melihat sisi baik dari pasangan?
perkenalan kami memang tak lama, hanya sekitar 2 bulan saja. namun itu membuatku yakin menerima pinangannya. masih teringat, aku mulai kenal dia sejak bulan Ramadhan tahun 2010. kala itu ada acara FLP, bedah karya sekaligus buka bersama. tapi perkenalan kala itu hanya sekedar kenal. bisa jadi pertemuan berikutnya kita masih akan saling menanyakan, "nama kamu siapa?"
mungkin sebelum perkenalan kala itu kami juga sudah pernah bertemu dalam acara FLP yang lain. lagi-lagi hanya sekedar kenal. aku sendiri tak lagi ingat dengan jelas kapan tiba-tiba kami berdua mulai akrab. bisa jadi dalam pertemuan-pertemuan yang banyak, atau dalam diskusi-diskusi singkat di jejaring sosial. itu mungkin berlangsung sekitar bulan januari 2011.
semua ada begitu saja, tanpa kusangka tanggal 28 februari 2011 ada akhwat yang malam-malam menelponku. telpon itu awalnya berputar-putar, candaan dari sana kemari, lalu serius, kata akhwat itu dia ingin mengkhitbahku.
Semuapun berlangsung begitu saja, beberapa hari setelah hari itu dia datang ke rumahku, melamarku ke orang tuaku. Orang tuaku hari itu memutuskan bahwa dia harus menunggu hingga aku lulus kuliah. Dia pun dengan tegas berkata bahwa dia akan mencari wanita lain jika memang tidak diijinkan menikah sebelum bulan Ramadhan 2011. Itu sama sekali tidak menjadi soal, toh kami memang belum ada rasa apa pun.
Sejak saat itu aku semakin merajinkan istikharah, apabila dia memang jodohku maka mudahkanlah, hanya itu saja. Dan karena memang jodoh, dan Allah Maha Pembolak balik hati. Orang tuaku di awal maret itu pula langsung memutuskan pernikahan kami bulan juni, hanya sekitar 3 bulan dari saat dia pertama kali ke rumahku untuk melamarku.
Semua pun berjalan begitu saja, orang tuanya datang ke rumahku, dan orang tuaku datang ke rumahnya. Semua berlangsung di bulan maret, 3 bulan sebelum pernikahanku. Tiga bulan yang terasa amat lama bagiku kala itu. Menjaga hati selama 3 bulan itu butuh usaha ekstra. Apalagi kami harus banyak berinteraksi untuk mempersiapkan pernikahan. Benar-benar berat...
Pernikahanku berlangsung tanggal 9 juni 2011, tepat beberapa hari sebelum aku harus mengikuti ujian akhir semester. Berangkat kuliah dengan diantar pacar pun pertama kali kurasakan 2 hari setelah pernikahanku, ujian praktikum seingatku. Ah, saat itu benar-benar terasa berbeda. Dengannya semua serba pertama.
Setelah menikah, aku baru menyadari, bahwa dia memang jawaban keinginanku selama ini. Dari dulu aku ingin punya suami berlesung pipit :D. Benar-benar manis di saat tertawa. Hehehe.
Namun sungguh, lelakiku ini istimewa. Dia rela melepaskan karirnya demi aku, padahal pernikahanku baru 5 bulan berjalan. Dia yakin rejeki tidak akan tertukar. Kami pun berdua merintis usaha, benar-benar dari bawah dengan terseok-seok. Namun alhamdulillah setelah hampir 2 tahun kami bangun, bisnis ini justru menghasilkan keuntungan berkali-kali lipat dari gaji suami dulu.
Saat aku hamil di saat masih kuliah dia juga bisa jadi lelaki yang siaga. Kalau kata Ibuku aku benar-benar beruntung mendapatkan suami seperti dia. Kala perutku semakin membesar dan semakin kesulitan untuk memakai kaos kaki, maka dia setiap kali aku akan keluar rumah dengan sabar memakaikannya. Bukannya aku kepedean membanggakan suamiku, tapi aku pikir tidak semua lelaki mau. Tapi dia mau karena dia juga ingin tetap menjaga auratku. :)
Saat aku baru melahirkan, aku masih harus menyelesaikan skripsi. Dan dia dengan rela di rumah sambil bekerja menunggu si kecil, mengerjakan semua sendiri. Karena ibuku tidak setiap hari bisa membantu menjaga Jundi. Walau terkadang dibantu ibuku tapi lebih sering dia mengatasi semua sendiri. Dan tetap saja kukatakan dia istimewa. Mungkin hanya dia dan segelintir ayah yang mau mengganti popok yang terkena BAB bayi. (beberapa curhatan ibu-ibu termasuk ibu saya sendiri suami mereka untuk urusan satu itu tidak mau turun tangan).
Mungkin semua terlihat begitu berlebihan, atau bisa jadi semua laki-laki memang seperti itu. tapi bukankah untuk menjaga cinta kita harus selalu melihat sisi baik dari pasangan?
malang,22 desember 2013
first time nulis pake hp baru yang dibelikan ayah ganteng beberapa hari yang lalu. Makasih ya :)
first time nulis pake hp baru yang dibelikan ayah ganteng beberapa hari yang lalu. Makasih ya :)
0 komentar:
Posting Komentar