Aku tidak pernah terpikir sedikitpun jika suatu hari nanti aku akan menjadi seorang pebisnis. Memang, duniaku dari dulu berkutat pada perdagangan, Eyang –yang dari kecil aku tinggal bersamanya- memiliki warung peracangan kecil. Lalu ibuku juga memiliki sebuah toko kecil di rumah. Sejak aku masih SD kelas 4 aku sudah ikut membantu eyang dalam berdagang, setidaknya membantu melayani pembeli atau membantu belanja di toko grosir tempat warung-warung kecil berbelanja. Hingga aku SMA aktivitas tersebut makin biasa aku lakukan, apalagi setelah SMA eyang meninggal aku hidup bersama ibuku yang juga berdagang, jadilah aku ikut membantu ibu berjualan di toko.
Setelah lulus dari SMA aku
diajari ibuku bisnis kecil-kecilan, berjualan permen. Saat itu aku sudah
diterima melalui jalur PMDK di UIN, maka aku nganggur cukup lama tanpa kegiatan
sekolah. Di saat yang lain sibuk SNMPTN, dan tes-tes lainnya aku sibuk di rumah
dengan garapan kristik yang cukup besar (sampek sekarang nggak kelar) dan juga
bisnis permen kecil-kecilan.
Pernahkah kalian naik bus lalu
ditawari permen berwarna hijau atau coklat dengan gula yang menempel di
sekeliling permen? Lalu jika melihat permen tersebut maka kita akan teringat
pada permen yang diberikan saat orang tua kita beli jamu, dan kau yang
menghabiskannya, bukan orang yang minum jamu. Permen itulah yang jadi usahaku
kala itu. Cukup mudah, aku hanya perlu membeli beberapa kilo permen tersebut
lalu aku akan membungkusnya dalam wadah plastik kecil dan kujual ke koperasi
tempat ibuku bekerja. Dari usaha sampingan ini (eh mana yang utama?) aku sudah
bisa beli baju sendiri bahkan beli printer sendiri, Alhamdulillah.
Ibuku dari dulu memang cukup ulet
dalam usaha, berkat ide ibuku ini pula aku mendapat hadiah buku dari pemateri
entrepreneur saat ada kuliah umum di jurusanku. Aku masih ingat, waktu itu
pematerinya bertanya siapa yang sudah memiliki usaha. Yah, karena teman-teman
banyak yang sudah tahu usaha permenku, jadilah aku maju (lebih karena didorong
banyak orang sih waktu itu). Jujur waktu itu cukup malu di usiaku waktu itu
(sekitar semester 4) aku memiliki usaha permen yang mungkin banyak orang akan
memandang sebelah mata. Jika teman-temanku kebanyakan bisnis pulsa, maka aku
tidak, lain daripada yang lain, hehe.
Namun terkadang di padatnya
kegiatanku (entah berapa organisasi yang aku geluti waktu itu) membuat usahaku
ini sering dihandle ibuku, jadinya semua keuangan yang awalnya bisa kuatur
sedemikian rupa pun jadi berantakan. Sampai aku menikah kini pun usaha itu masih
ada, ibu dan ayah yang sering menghandle, terkadang adekku yang SMA juga turut
membantu. Sekarang ibuku tidak hanya membungkusi permen, tapi juga telor ayam
kampong, abon sapi, kemiri, ketumbar dan lain-lain. Alhamdulillah dari usaha
sampingan tersebut bisa membantu menopang kebutuhan ekonomi keluargaku,
setidaknya bisa untuk uang saku 2 adikku yang masih bersekolah.
Sekarang aku memang tidak lagi
usaha permen, tapi usaha jilbab. Entahlah…tidak pernah terpikirkan sama sekali
sebelumnya jika usahaku akan bisa seperti sekarang. Walau sekitar 5 bulan
setelah pernikahanku suamiku justru keluar dari pekerjaannya tapi aku yakin
rejeki setelah pernikahan justru akan dimudahkan. Tidak melulu melalui bekerja
kan orang akan menjemput rejekinya?
Cerita tentang usahaku
sekarang di tulisanku berikutnya ya…^^ semoga bermanfaat
Bundajundi.blogspot.com
Malang, 10 Juni 2013
11.01
0 komentar:
Posting Komentar