Entahlah tiba-tiba ingin menulis tentang cinta. Seperti puisi-puisi picisan yang sering saya tulis dulu jaman SMA. Atau seperti puisi-puisi Rangga? 😅
Tak peduli Rangga-Cinta, Adit-Tita, atau justru Pras-Arini. Kalau di sini adanya Dayat-Agie 😁.
Tujuh tahun pernikahan, konon telah melewati masa ujian kritis di lima tahun pertama. Dan tentang cinta? Sudahkah kita saling mencinta?
Kalau kata Agnes Mo cinta kadang tak ada logika. Namun bagi saya tetap saja sejatinya cinta adalah untuk meraih kesempurnaan cinta-Nya. Inti sari dari saling mencinta adalah untuk meraih ridhoNya.
Ah maafkan, dari kemarin suasana hati lagi baper 😅. Menginjak usia pernikahan yang sudah 7 tahun yang menurut penamaannya adalah masuk usia tembaga, maka ujian cinta di usia ini menurut apa yang saya rasakan berbeda dengan ujian di tahun-tahun sebelumnya.
Konon ujian terberat sebuah pernikahan terjadi pada usia kayu (5 tahun) dan pada usia tembikar (20-25 tahun). Alhamdulilah ujian pertama sudah terlewati, yang entah apa bentuknya namun bisa membuat kami lebih dewasa dalam mencinta. Saya merasa diri ini yang terbilang masih 28 tahun terkadang harus menepis jiwa muda saya demi menyamakan langkah dengannya yang terpaut hampir satu dasawarsa. Ah tapi bukankah diapun seringkali harus berubah menjadi kanak ketika harus menyamakan sudut pandang denganku?
Dan begitulah cinta, seringkali harus menepis ego dan saling mengisi ego pasangan. Bukankah indahnya cinta adalah meraih sakinah? Ketenteraman jiwa demi ibadah kepadaNya. Maka ketika dengan menikah kita bisa lebih menjaga pandangan, tentu ibadah akan lebih tenteram bukan?
Semoga cinta ini hanyalah demi meraih ridho Sang Pencipta.
Agie istri Cak Day
28 Agustus 2018
Writing therapy ala Agie 😅
Tidak ada komentar:
Posting Komentar