Sebuah kata yang mengingatkan manusia tentang arti kembali. Kembali ke kampung halaman, kembali ke negeri sendiri.
Mudik bagiku? Dulu mudik artinya seharian perjalanan pulang pergi ke kota tempat ayah kandungku dilahirkan. Mengunjungi sanak saudara setelah dua belas purnama tidak bersua. Ah, rindu!!
Kini mudik bagiku memiliki makna yang lebih dari sekedar ‘sehari’. Namun mudik artinya adalah menginapkan diri lebih lama di rumah mertua daripada kunjungan biasanya.
Menikah. Menikah membuat perubahan arti mudik bagiku. Mudik tak lagi bermakna kembali ke tanah kelahiran, namun mudik adalah menemani kekasih menjemput kenangannya. Kenangan masa kecilnya dan kenangan masa remajanya. Bukankah begitulah sejatinya cinta? Mencintai apa yang dicintai oleh kekasih, dan membenci apa yang dibenci kekasih.
Dan mudik sesungguhnya adalah nanti. Nanti saat diri tak lagi mampu menambah amal. Saat hanya tiga perkara yang masih mampu mengalirkan pahala : amal jariyah, ilmu bermanfaat, dan anak sholih. Ah, apakah telah kau rindui Penciptamu, Pemilik cinta yang sesungguhnya. Sudahkah kau mencintai apa yang dicintai oleh Penciptamu? Dan sudahkan kau membenci apa yang dibenci Penciptamu?
Mudik. Semoga kelak dimudikkan dalam keadaan sebaik-baiknya : iman, islam, dan ihsan. Khusnul khotimah.
Agie Botianovi
8 Juni 2018
Malam 24 Ramadhan 1439
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusRalat:
BalasHapusSama mbak, setelah menikah mudikku juga ke rumah mertua.
Aamiiin untuk kalimat terakhirnya, Mbak.
Wah mudik kemana nih mbak? Suaminya asli mana
HapusMengamini doa di paragraf terakhir...
BalasHapusAamiin...
Aamiin.
Hapus