Add caption |
Dari seorang Ibu yang ingin selalu belajar memperbaiki diri.
Add caption |
Bismillah...
Assalamualaikum....
Kali ini ingin sedikit berbagi tentang kehamilan. Barangkali akan sedikit memberi pencerahan untuk yang sedang merencanakan kehamilan, sedang mengalami kehamilan pertama, atau sedang harap-harap cemas karena sudah mulai terlambat datang bulan. Dan pastinya ilmu buat yang belum nikah biar nanti lebih siap menghadapi kehamilan :).
Testpack. Testpack memang alat pertama untuk mengetahui kehamilan. Cara kerja testpack adalah mendeteksi adanya hormon HCG yang dihasilkan oleh ibu hamil, dan hormon ini ada bersama urin. Testpack pun bermacam-macam, dari yang tingkat sensitivitas tinggi sampai yang rendah (sesuai dengan harga, dari yang cuma 2.500 sampai yang 25.000).
Sensitivitas testpack ini berbeda-beda, sehingga tiap testpack ada petunjuk tersendiri dalam kemasan. Kalau mau hasilnya akurat ya harus manut petunjuknya. Misal untuk testpack murah test harus dilakukan di pagi hari dan urin yang ditest adalah urin pertama hari itu, syaratnya lagi minimal telat haid 3 hari karena kadar hormon sudah mulai tinggi. Beda lagi dengan testpack mahal, test siang-siang juga oke, dan gak perlu nunggu telat 3 hari. Kalau gak salah ingat bahkan beberapa hari setelah berhubungan sudah bisa digunakan (jarang banget pakai yang mahal euy). Tapi kembali lagi menurut saya pribadi entah itu murah atau mahal demi keakuratan lebih baik test pagi hari dan nunggu telat dulu :).
Entahlah, kadang saya pribadi jadi rada senewen dengan testpack mahal, tiap kali beli yang mahal mesti pas negatif, dan pake yang murah pas positif :D. Kalau diinget-inget emang sudah agak lupa sih udah pake testpack berapa kali. Kayaknya baru 4 kali deh, dan sayang seribu sayang yg 2 kali (mahal) negatif dan 2 kali (murah) positif, huahaha.
Jadi teringat juga karena masih polosnya aku pas bulan pertama nikah aku telat datang bulan dan si calon nenek pas itu sudah berharap banget aku hamil. Berangkatlah kami sore hari ke RS terdekat mau test kehamilan (padahal testnya palingan sama aja pake test pack,kenapa gak dites sendiri coba? :')) dan hasilnya negatif saudara-saudara :D dan itu tidak masuk hitungan yang kumaksud di atas yaps :).
Kehamilan pertama dulu aku juga sudah agak lupa hari ke berapa aku baru test dan tau hamil, sepertinya sekitar telat 1 pekan, dan waktu itu saya habis ke dokter karena diare parah. Dan kehamilan kedua ini ajaibnya aku baru telat 2 hari dan terlihat sudah samar-samar garis positif itu. Padahal aku dan suami belum merencanakan kehamilan ini, tapi dari awal memang hanya KB alami, jadi normal kan kalau aku hamil lagi? :D. Kehamilan kali ini aku khawatir karena batuk-batuk terus dan lagi-lagi diare sampai ambeyen kambuh (mulai punya ambeyen pas hamil pertama), entah feeling darimana, baru telat 2 hari udah minta beli testpack ke suami. Dan walau baru telat 2 hari dan pake testpack murah alhamdulillah sudah terlihat samar-samar garis kedua pertanda positif :).
Aku bahagia, Jundi bahagia, Ayah bahagia, semua bahagia. Kami bahagia dan menikmati penantian 9 bulan ini. Umur janinku sekarang sudah 7w3d dihitung dari HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir), masih ada sekitar 32w lagi perjalanan ini. Bismillah semoga kehamilan ini diberi kelancaran seperti kehamilan pertama. Bismillahi tawakaltu 'alallah...
Semoga bermanfaat
Wassalamu'alaykum
Dirampungkan 18 maret 2015
BundaJundi :)
Aku menikah sekitar 3,5 tahun yang lalu, tepatnya 9 Juni 2011. Waktu itu usiaku belum genap 21 tahun. Di antara teman-teman 1 angkatan aku yang paling duluan menikah. Satu kelas di perkuliahan, satu kelas SMA, satu genk SMP (untuk kabar 1 kelas aku tidak tahu siapa yang lebih dulu menikah :D), hanya di antara teman satu kelas SD aku yang kedua menikah (runner up :D). Eits, tapi menikah itu bukan masalah cepet-cepetan ya, menikah bukan lomba lari. Hanya saja di usiaku aku termasuk cepat bertemu dengan pujaan hati :).
Masih teringat sewaktu aku akan menikah beberapa teman dekatku terlampau kaget akan keputusanku menerima pinangan laki-laki. Bahkan hingga ibu sahabat dekatku juga menyatakan kekagetannya. Agie sudah siap? Agie beneran yakin? Agie, kamu beneran kan mau nikah, gak bohongan kan? :D. Barangkali usiaku di mata mereka masih terlampau muda :).
Menikah di usia 20 tahun dan alhamdulillah di usia 3 bulan pernikahan kami mendapat kabar gembira dari sebuah test pack yang menunjukkan 2 garis yang artinya aku positif hamil. Semua pernikahan pasti menunggu saat-saat yang paling menggembirakan itu bukan? Kehamilan kujalani sambil menempuh perkuliahan yang belum tunai. Aku menikah saat aku masih menempuh pendidikan di akhir semester 6. Dan aku mulai hamil di semester 7. Tentu semua tahu, semester-semester ini semua mahasiswa mulai di'pusing'kan dengan skripsi yang memang menjadi syarat kelulusan dari bangku kuliah.
Aku kuliah di jurusan kimia UIN Malang dengan beban SKS 160 untuk mendapatkan kelulusan. Tentu ini perbedaan yang cukup signifikan jika dibandingan dengan di UB yang hanya 144 SKS (karena teman satu genk SMP semua kuliah di UB). Oke, ini membuat perasaanku sedikit sedih, di saat teman-temanku sudah ujian skripsi dan kompre aku masih ada perkuliahan 16 SKS :D. Tapi alhamdulillah aku ada dukungan penuh dari suami yang selalu siaga untuk kehamilan dan untuk segera menyelesaikan kuliahku.
Walaupun aku sudah menikah aku bertekad harus tetap bisa lulus tepat waktu sesuai janjiku sebelum menikah. Dan akhirnya aku pun lulus 4 tahun 2 bulan (lebih sedikit dari target ^^). Tapi itu tidak masalah, karena masih bisa wisuda bareng-bareng teman-teman 1 angkatan :).
Kehidupan setelah lulus dan sudah memiliki anak banyak kujalani di rumah saja kecuali jika ada agenda di luar. Aku memilih membantu usaha suami di rumah dan menganggurkan ijazah sarjanaku (yeah, hidup itu pilihan bukan? :)). Di awal-awal menjadi ibu aku banyak ikut komunitas milis ataupun fb yang berhubungan dengan ASI dan kesehatan bayi. Menjadi ibu rumah tangga full membuatku harus banyak belajar agar tidak kalah dengan ibu-ibu bekerja yang barangkali lebih mudah untuk mencari informasi.
Namun, terkadang saat teman-temanku mengajakku keluar atau kegiatan lain tentu aku sudah tidak lagi sebebas dulu. Aku menyadari, kehidupanku dengan mereka yang masih single berbeda. Walau mungkin seusiaku masih banyak yang bersenang-senang, jalan-jalan menghabiskan uang gaji di masa lajang. Terkadang aku ingin seperti mereka, tapi di sisi lain aku bersyukur dengan kehidupanku sekarang.
Aku harus selalu bersyukur, di usia yang masih 24 tahun ini aku sudah memiliki pendamping hidup yang baik menurut Allah untukku. Aku sudah memiliki seorang Jundi yang sudah Allah titipkan melalui rahimku. Semua dari hidupku sekarang aku sangat mensyukurinya. Biarlah jika dikata aku menikah (terlalu) muda, inilah pilihan hidupku.
Bismillah untuk selalu melakukan yang terbaik :)
Malang, 19 februari 2015
14.45
Assalamualaikum... bismillah hari ini mau bagi resep brownies dari beton atau yang gak tau, beton itu bijinya buah nangka.
Berawal kemarin lihat nangka di penjual sayur akhirnya tertarik beli, trus tiba-tiba inget suami pernah bilang kalo bijinya bisa direbus dan dimakan. Waktu aku kecil pernah sih cuman memorynya gak terlalu kuat jadinya rada lupa kayak gimana. Alhasil kemarin sempet browsing resep kue pake beton tapi ternyata gak nemu, akhirnya modifikasi resep sendiri deh dari resep brownies singkong, hehehe. Hasilnya, alhamdulillah baru jadi Jundi udah habis 2 potong, berikut resepnya.
Bahan :
25 gr white cooking chocolate (menyesuaikan stok di dapur, karena sepertinya kalo mau coklat lebih enak pake dcc, dark cooking chocolate)
25 gr mentega
1 btr telur
40 gr gula pasir
60 gr beton
20 gr tepung terigu
5 gr coklat bubuk
Cara membuat :
1. Rebus beton hingga empuk. Lalu haluskan dengan ulekan.
2. Lelehkan mentega dan wcc dengan cara ditim.
2. Kocok telur dan gula pasir hingga mengembang. Masukkan semua bahan dan aduk dengan kecepatan rendah.
3. Kukus 20 menit.
Resep ini cuma untuk 10 potong kecil brownies, karena keluarga kecil jadi saya selalu memasak dalam porsi kecil.
Jika ingin kue yang lebih spons bisa ditambahkan baking powder secukupnya ke dalam adonan. Hasil kue saya bergelombang karena mungkin mulai mengkukus saat uap belum banyak di dalam dandang, hehehe. Tak apalah yang penting enak. Untuk rasa, beton yang gak halus jadi berasa seperti kacang, jadi seperti brownies kacang, hehehe. Selamat mencoba, semoga bermanfaat :)
Wassalamu'alaykum. ^_^
Udah lama dapat resep ini dari blog mbak Ivon, cuman baru beberapa pekan yang lalu bisa nyoba tapi dengan sedikit modifikasi. Trus beberapa hari sebelumnya coba seperti resep asli (resep asli rasa pandan,modifikasi rasa coklat). Dan hasilnya lumayan lah, tanpa merogoh banyak dana bisa bikin kue enak, hehehe.
Ini salah satu resep yang tanpa menggunakan telur (hemat bahan), seperti beberapa resep simpel yang pernah saya bagi sebelumnya. Kelebihan lagi dari resep ini no gluten, karena 'katanya' gluten (trigu mengandung gluten) baru selesai dicerna 3 hari. Langsung ke resep aja deh ya.
Bahan :
Versi pandan (resep asli)
100 gr tepung beras
80 gr gula pasir
125 ml santan
1/4 sdt garam
1/2 sdt vanila bubuk/pasta
1/2 sdt pasta pandan
1/2 sdt baking powder (resep aslinya 1 sdt, tapi khawatir pahit kalo kebanyakan jadi saya kurangi)
Versi coklat (modifikasi saya)
90 gr tepung beras
10 gr coklat bubuk
1/2 sdt pasta coklat
Bahan lain tetap sama dengan versi asli
Cara membuat :
1. Didihkan air dalam kukusan dan bungkus tutup dengan serbet bersih. Siapkan juga cup bolu d dalam cetakan.
2. Campur semua bahan kering lalu masukkan santan sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga tercampur rata (jika memiliki whisk, mengaduk dengan whisk lebih baik karena lebih cepat merata)
3. Masukkan adonan dalam cetakan hingga penuh. Lalu masukkan dalam kukusan yang sudah mendidih. Kukus kurang lebih 10-15 menit.
Resep di atas adalah versi setengah resep untuk 5 cup sedang. Selamat mencoba :)