"Antara rumahku dan mimbarku terdapat taman di antara taman surga." (HR. Bukhari, no. 1196 dan Muslim, no. 1391)
Hari pertama aku di kota madinah alhamdulillah aku bisa merasakan sholat di taman surganya. Hal yang benar-benar tak aku sangka-sangka sebelumnya.
Senin sore aku dan rombongan sampai di kota madinah al munawarah. Selesai bersih diri dan merebahkan diri sebentar aku dan beberapa teman perempuan bersama pergi untuk sholat di masjid nabawi. Namun karena ini adalah pertama kalinya buat kami, kami masih kurang paham tentang letak jamaah dan lain sebagainya, jadilah kami sholat di pelataran masjid mengikuti jamaah yang telah banyak berjajar di pelataran membentuk shaf.
Usai sholat magrib kami berarak mencoba memasuki pintu masjid, pintu 25 tepatnya. Sebelum masuk semua tas akan dilihat isinya oleh penjaga. Alhamdulillah lolos karena gak terdeteksi makanan besar. Kalau di tasku hanya isi al-qur'an, sandal, botol minum, dompet, aman.
Ternyata di dalam masih banyak tempat, seandainya tadi magrib di dalam masjid pun pasti masih bisa. Kami pun melangkah terus ke depan setelah sebelumnya mengisi botol dengan air zamzam yang tersedia di gentong-gentong di dalam masjid. Penuh percaya diri kami duduk di shaf paling depan yang tidak tercover karpet, mepet dengan pembatas ke tempat shaf laki-laki. Karena tempat lain memang sudah banyak yang penuh ๐ .
Menunggu isya dengan sholat, tilawah, dan dzikir. Dan tibalah bubar sholat, tanpa kami tahu sebelumnya banyak orang sudah memadati area dekat pembatas shaf. Askari pun sudah teriak-teriak mengatur dan jujur saja saya gak terlalu paham artinya. Ndlomong liatin layar ada kata-kata Rawda dan denah. Gak boleh ada hp dan lain-lain. Kami yang saat itu berlima masih agak gak paham walau akhirnya paham juga kalau ini waktunya perempuan boleh berkunjung ke Raudhah.
Menunggu sekitar 1 jam usai sholat isya', pukul 10 malam pintu baru dibuka. Begitu pintu dibuka, langsung semua jamaah wanita yang sudah menunggu berlarian menuju raudhah. Begitupun aku dan teman-temanku, kami berusaha tetap bersama tidak terpisah.
'Karpet hijau, karpet hijau, kita harus sampai di karpet hijau!' begitu kata salah seorang teman.
Dan begitulah, karpet hijau yang dimaksud sudah sangat amat padat. Hingga akhirnya kami terpisah, aku akhirnya mendapat sedikit tempat untuk sholat. Segera kulaksanakan sholat 2 rakaat. Rakaat pertama aman, rakaat kedua saya masih berdiri tiba-tiba ada yang duduk di depan saya, namun alhamdulillah tetap bisa bersujud hingga tunai 2 rakaat.
Masyaallah indahnya perjuangan sholat di taman surga. Apalagi bagi jamaah wanita hanya separoh bagian rawda yang diijinkan, dibatasi dengan pembatas hingga tak begitu nampak mimbar Rasulullah saw.
Esok harinya agenda dari rombongan di pagi hari adalah menjemput raudhah, saya turut ikut bersama jamaah perempuan. Dan wow, ternyata jauh lebih ramai daripada malam sebelumnya. Pagi itu oleh askari jamaah dari berbagai negara diatur waktunya di raudhah, bergantian agar tidak terlalu berdesakan.
Untuk orang indonesia dengan cengkok yang khas mereka berkata, 'Ibu-ibu, duduk!' ๐ . Dan qadarullah, justru di kesempatan ini saya tidak bisa sholat karena bareng dengan jamaah dari negara lain. Penuh sesak berdesakan hingga susah bernafas, hanya dzikir dan sholawat yang terucap saat kaki menginjak di karpet hijau. Surga itu memang bukan hal yang mudah untuk diraih.
Ya Allah, ijinkan aku segera kembali kesana, aku rindu, waktuku terlalu singkat. Aku ingin mengulang waktu agar tak sia-sia ๐ญ๐ญ๐ญ.
Agie Botianovi
Ditulis mulai dari saat masih di Madinah, diselesaikan saat sudah di Indonesia.